Cerdasnya Nabi Yusuf, Lahan Pertanian Tetap Produktif pada Masa Kekeringan
Pemerintah berupaya melakukan optimalisasi lahan agar sawah yang semula panen sekali setahun menjadi dua kali lewat inovasi sistem pengairan seperti pompanisasi. Tujuannya, agar sawah agar tetap berproduksi di musim kemarau.
Upaya menghidupkan produktivitas lahan untuk pertanian mengingatkan pada Kisah Nabi Yusuf pada masa silam. Hal ini terjadi berkat manajemen atau pengaturan air pada zaman Mesir kuno.
Peneliti Kementerian Pertanian Lady Hafidaty R.K., S.Si, M.Si dan Peneliti di BRIN Dr. Destika Cahyana lewat artikelnya bertajuk Keluar dari Jebakan Impor Pangan dengan Meneladani Nabi Yusuf yang diterbitkan Antara, mengungkapkan, air diatur sedemikian rupa untuk menghidupkan lahan gurun menjadi sangat subur, seperti yang kemudian dikenal sebagai Kota Al-Fayyūm, yang menjadi sentra pertanian.
Al-Fayyūm merupakan daerah di hulu Mesir, yang terletak di depresi besar Gurun Barat di barat daya Kairo. Air dari Sungai Nil disalurkan ke dalam Danau Qarun (jarak Sungai Nil dengan Danau Qorun sekitar 100 km) melalui Kanal Yusuf (Joseph Canal’s) mengikuti saluran kuno ke Fayyūm yang bercabang-cabang untuk menyediakan air irigasi.
Nabi Yusuf juga membangun kincir air untuk menaikkan air dari danau ke lahan Al-Fayyūm yang posisinya lebih tinggi di hulu Mesir. Manajemen air melalui teknologi kincir air pada masa tersebut menjadi kunci guna menghidupkan lahan agar berproduksi sepanjang tahun.
Berkat air, selama tujuh tahun Yusuf memanen gandum dan menyimpannya untuk persediaan tujuh tahun paceklik berikutnya. Dengan cara itu, Yusuf membawa Bangsa Mesir selamat dari bencana kekeringan, kelaparan, dan kekacauan akibat krisis pangan.
Atasi kekeringan..
Apabila diamati dari literatur sejarah, maka secara garis besar terdapat strategi kunci Nabi Yusuf dalam mengatasi kekeringan yang diprediksi bakal melanda.
Pertama, perencanaan selama tahun-tahun kelimpahan. Ketika Nabi Yusuf memahami mimpi tentang tujuh tahun kelimpahan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan, dia segera menyadari pentingnya merencanakan masa depan.
Ia menyarankan kepada Raja Mesir, kala itu, untuk menyimpan sebagian besar hasil pertanian selama tahun-tahun kelimpahan. Yusuf mengoptimalkan tujuh tahun kelimpahan dengan memastikan ketersediaan air sepanjang tahun. Ia membangun kincir angin dan kanal-kanal untuk mengambil air dari sumbernya, lalu mengalirkannya ke lahan-lahan subur.
Kedua, penyimpanan makanan. Nabi Yusuf mengatur penyimpanan makanan secara besar-besaran selama tahun-tahun kelimpahan. Ia membangun gudang-gudang besar alias lumbung pangan di seluruh Mesir untuk menyimpan gandum dan sumber daya pangan lainnya. Ini memungkinkan Mesir untuk memiliki persediaan makanan yang cukup selama masa kelaparan.
Ketiga, distribusi selama masa kelaparan. Ketika masa kelaparan tiba, Nabi Yusuf bertanggung jawab mendistribusikan sumber daya pangan yang disimpan dengan adil kepada masyarakat Mesir.
Ia melakukan ini dengan bijaksana, memastikan bahwa makanan didistribusikan secara merata dan tidak ada yang kelaparan.Keempat, kebijaksanaan dalam pengelolaan. Nabi Yusuf menggunakan kebijaksanaan dan keadilan dalam pengelolaan sumber daya.
Nabi Yusuf telah mengatur sistem pengaturan harga atau alokasi sumber daya berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Ini membantu mencegah penimbunan atau penyalahgunaan sumber daya oleh pihak tertentu.
Kelima, pengawasan dan pengelolaan pertanian. Nabi Yusuf juga telah memimpin upaya untuk mengoptimalkan produksi pertanian selama tahun-tahun kelimpahan.
Ini bisa termasuk teknik irigasi yang lebih efisien atau strategi pertanian lainnya untuk meningkatkan hasil tanaman.Selain itu, selama masa kelaparan, beliau mungkin telah memberikan nasihat kepada petani tentang cara mengelola sumber daya air yang terbatas.
Dengan mengelola pertanian dan persediaan pangan dengan bijaksana selama tahun-tahun kelimpahan dan kelaparan, Nabi Yusuf berhasil mengatasi kekeringan dengan mengurangi dampaknya pada masyarakat Mesir dan memastikan ketersediaan makanan yang cukup untuk semua orang. Bangsa Indonesia dapat meneladani strategi kunci Nabi Yusuf untuk diterapkan di negara kita.
Pada konteks Indonesia, terdapat beberapa poin yang dapat menjadi fokus perbaikan di Tanah Air. Pertama, perencanaan jangka panjang. Indonesia dapat memperbaiki perencanaan jangka panjang untuk menghadapi tantangan, seperti perubahan iklim dan kekeringan.
Di tengah perubahan iklim yang semakin terasa, penting untuk memiliki strategi adaptasi yang kokoh, termasuk mengantisipasi kemungkinan masa kelaparan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.Rol
No comments:
Post a Comment