Beda Penganut Paham Rafidhah dan Syi'ah
Siapa sejatinya penganut paham Rafidhah dan Syi'ah ? Mahmud az-Zaby mengatakan Rafidhah adalah sekelompok penganut Syi'ah yang memandang Ali bin Abi Thalib dan anak cucunya lebih utama daripada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab .
"Mereka tidak menyukai kedua sahabat Nabi yang khalifah itu, bahkan mencaci-makinya. Kaum Rafidhah mempercayai, para imam itu ma'shum alias bebas-salah," ujar Mahmud az-Zaby dalam buku berjudul "Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at" yang diterjemahkan Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail menjadi "Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi" (Pustaka, 1989).
Menurut Mahmud az-Zaby, kaum Rafidah ini memberikan segala kehormatan Nabi (selain kenabian) kepada para imam. Mereka juga mempercayai kedatangan kembali imam Muntadhar (imam tertunggu) yang sementara ini menghilang, tanpa meninggal. Mereka mempunyai pemikiran khusus, yang sangat berbeda dari dasar pemikiran Suni.
Adapun kaum Syi'ah, lanjut Mahmud az-Zaby, mereka itu pencinta berat keluarga Nabi (ahl al-bayt). Mereka lebih mengutamakan Ahl al-Bayt daripada sahabat yang bukan keluarga Nabi. "Tetapi mereka tidak membenci, memaki atau mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan Umar," ujarnya.
Dalam Minhaj al-Sunnah, Ibn Taimiyyah mengemukakan alasan mengapa ada sekte Syi'ah yang disebut Rafidhah. Menurut ibn Taimiyyah, sejak Zayd tampil ke gelanggang politik, Syi'ah terpecah menjadi dua, yaitu golongan Rafidhah dan golongan Zaidiyyah. Ketika ditanya mengenai Abu Bakar dan 'Umar, Zaid menyatakan simpatinya kepada kedua sahabat itu.
Zaid mendoakan keduanya. Sekelompok pengikutnya kemudian meninggalkan Zaid. Zaid berkata kepada mereka: "Apakah kalian menyempal dariku?"
Sejak mereka menyempal dari Zaid itu, istilah Rafidhah muncul. Adapun kaum Syi'ah yang tetap setia kepada Zaid, mereka itu diberi nama Zaidiyah, artinya, yang memihak kepada Zaid.
Ibn Taimiyyah juga menjelaskan, Ali ibn Abi Thalib pernah berpidato di mimbar, di kota Kufah. Katanya: "Umat Islam terbaik setelah Nabi Muhammad adalah Abu Bakar dan 'Umar."
Mahmud az-Zaby mengatakan karena tidak mengerti, seringkali orang menyebut rafadh bagi pencinta keluarga Nabi, tanpa membedakan antara istilah rafadh dan tasyayyu'.
Ibn Katsir dalam "Al-Bidayah wan-Nihayah" menceritakan, pada suatu saat kaum Syi'ah berkumpul bersama Zaid. Mereka bertanya kepada Zaid: "Apa maksud perkataan Anda, 'Allah memberi rahmat kepada Anda pada (diri) Abu Bakar dan 'Umar?"
Zaid menjawab: "Semoga Allah mengampuni Abu Bakar dan 'Umar. Aku tidak pernah mendengar seorang pun dari keluargaku yang berlepas tangan dari mereka berdua. Aku tidak pernah mengatakan tentang mereka kecuali yang - baik-baik. Aku ingin mengajak Anda kembali kepada Kitab Allah dan Sunah Rasul, menghidupkan sunah Nabi dan menumpas bid'ah. Jika mau mendengarkan, kalian dan aku akan memperoleh kebaikan. Tetapi bila kalian membangkang, maka aku bukanlah penolong kalian."
Mendengar nasihat itu, kontan orang-orang Syi'ah itu bubar meninggalkan Zaid. Mereka menarik kembali bai'at mereka. Sejak hari itu, mereka disebut kaum Rafidhah. Adapun orang-orang yang mendengarkan dan menerima nasihat Zaid, mereka disebut Zaidiyyah.
Menurut Mahmud az-Zaby, penduduk Kufah umumnya penganut paham Rafidhah, sedangkan warga Makkah umumnya pengikut mazhab Zaidiyah. Baiknya, kaum Zaidiyah tetap menghargai Abu Bakar dan Umar. Jeleknya, mereka lebih mengutamakan Ali daripada kedua sahabat tadi. Padahal Ali tidak lebih utama dari Abu Bakar dan Umar. "Bahkan, mungkin tidak -lebih utama daripada 'Utsman, menurut paham Suni yang benar dan sahih," ujarnya..
Menurut al-Mas'udi dalam kitab "Muruj adz-Dzahab", Zaid ibn Ali pernah berkata kepada kaum Syi'ah yang menuntut agar Zaid berlepas tangan dari Abu Bakar dan 'Umar. Kata Zaid: "Abu Bakar dan 'Umar itu pemimpin kakekku. Maka aku tidak bisa melupakan mereka." Mendengar itu, orang-orang Syi'ah bubar, menyempal.
(mhy)
No comments:
Post a Comment