Turki Utsmani Bebaskan Tunisia dari Cengkraman Spanyol, 238 Kapal Dikerahkan
Tunisia merupakan negara di Afrika yang pernah ditaklukkan dan dibebaskan Kesultanan Turki Utsmani dari cengkraman Spanyol dan kekaisaran Romawi. Pada zaman kuno, Tunisia dihuni oleh Suku Berber dan kekaisaran Romawi pernah memperkenalkan Agama Kristen.
Penaklukan Tunisia oleh Dinasti Turki Utsmani pada Tahun 1534 mengubur cita-cita Spanyol untuk menguasai Afrika Utara. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 238 kapan dikerahkan berikut puluhan ribu pasukannya. Dinasti Turki Utsmani berhasil menguasai Tunisia selama lebih dari 300 tahun. Kemenangan pasukan Utsmaniyah ini memberi pengaruh besar dalam membentuk peradaban Islam dan komunitas Turki di Tunisia.
Tunisia adalah negara paling utara di Afrika yang berbatasan dengan Aljazair dan Libya. Populasi Tunisia terdiri dari sebagian besar orang Arab, Turki dan Berber. Negara ini mayoritas berpenduduk muslim (sekitar 98%).
Dalam "Dinasti Turki Utsmani di Masa Pemerintahan Sultan Salim II" karya Ummy Nadhifah diceritakan kisah Kesultanan Turki Utsmani membebaskan Tunisia dari cengkraman Spanyol. Penaklukan ini terjadi pada masa Sultan Salim II menjadi pemimpin Dinasti Utsmaniyah.
Setelah wafatnya Sultan Sulaiman I, kepemimpinan Dinasti Turki Utsmani dilanjutkan oleh anaknya, Sultan Salim II. Pemerintahan Sultan Salim II terbilang singkat yaitu 8 tahun. Dinasti ini bermula dari salah satu kabilah yang hidup di wilayah Turkistan di bawah kepemimpinan Sulaiman Shah. Suku ini awalnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menghindari serbuan Mongol.
Perpindahan suku ini sampai ke wilayah Asia Tengah saat kepemimpinan dipegang oleh Utsman bin Ertugrul bin Sulaiman Shah yang merupakan pendiri Dinasti Turki Utsmani. Seiring waktu, Turki Utsmani menjadi imperium besar yang pernah berjaya selama enam abad lebih (Tahun 1281-1924 M).
Turki Utsmani merupakan Dinasti Islam paling lama dan terluas dalam sejarah Islam. Kerajaan Islam ini menguasai wilyah meliputi Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Tak hanya merebut negeri-negeri Arab, wilayah kekuasaan Turki Utsmani sampai Wina, bahkan Balkan. Pusat-pusat Islam juga tumbuh di Trace, Macedonia, Thessaly, Bosnia, Herzegovina, Bulgaria, Albania, dan sekitarnya. Bahkan raja-raja Islam di Indonesia (abad ke-17), seperti Aceh dan Banten pernah berhubungan dengan kerajaan Turki Utsmani.
Setelah wafatnya Sulaiman I Al-Qanuni pada Tahun 1566 M, kepemimpinan Turki Utsmani dilanjutkan oleh putranya Sultan Salim II. Sultan Salim II merupakan sultan yang kurang tertarik dengan kemiliteran dan lebih banyak menyerahkan kekuasaan kepada para menterinya. Pada usia 18 tahun sebelum ditetapkan menjadi sultan, ia sempat beberapa kali menjabat gubernur di berbagai provinsi di antaranya di Konya, wilayah Anatolia.
Sultan Salim II merupakan putra ke-3 dari Sultan Sulaiman I Al-Qanuni (wafat 1566 M). Beliau lahir di Konstantinopel pada 28 Mei 1524 M. Sultan Salim II memiliki empat anak, yaitu Murad III yang merupakan penerus dari Sultan Salim II, Ismihan Sultan, Gevherhan Sultan, dan Sah Sultan.
Sultan Salim II kurang memiliki kemampuan dalam melakukan penaklukan. Tidak seperti ayahnya yang sangat cakap dalam urusan perang. Untung saja dalam memimpin negara ia dibantu oleh para wazir yang mumpuni.
Pembebasan Tunisia dari Cengkraman Spanyol
Menukil keterangan Ali Muhammad Ash-Shallabi, sebelum Perang Lepanto pada Tahun 1569 M, Tunisia berada di bawah penguasaan Turki Utsmani. Setelah kemenangan Kristen pada pertempuran Lepanto, Don John, berhasil merebut Tunisia pada Oktober 1573 M.
Karena seringnya terjadi pemberontakan di Tunisia, Sultan Hafashi Abdul Abbas Asy-Syadzili yang saat itu memerintah Tunisia meminta tolong kepada Raja Spanyol Phillip II untuk melindungi dan memadamkan pemberontakan yang ada di Tunisia dengan imbalan memberikan hak-hak istimewa.
Mereka diperkenankan tinggal di wilayah Tunisia semau mereka. Raja Phillip kemudian meminta daerah Binzarat dan Halq al-Wadi. Setelah itu, Don John berangkat dengan armadanya dari kepulauan Sisilia pada Oktober 1573 M dengan membawa 138 kapal dan 20.000 pasukan. Dia mendarat di Halq al-Wadi yang sebelumnya diduduki Spanyol.
Don John menduduki Tunisia dan penduduk asli Tunisia keluar meninggalkan Tunisia akibat kekejian pasukan Spanyol. Setelah kekalahan Turki Utsmani pada Perang Lepanto, kepala staf Angkatan Laut Qalj Ali, membangun kembali Angkatan Laut Turki Utsmani untuk mempersiapkan penaklukan selanjutnya, yaitu mengambil alih Tunisia kembali.
Qalj Ali mempersiapkan persenjataan pasukan laut dan melatih mereka menggunakan senjata api modern. Aktivitas persenjataan modern ini telah membuat pandangan orang-orang asing tertarik dan membuat posisi Qalj Ali semakin mantap. Sampai-sampai Paus memerintahkan Phillip II untuk melakukan tipu muslihatnya dengan menawarkan gaji yang banyak, tanah dari Kerajaan Nables dan mendapat gelar sebagai pangeran.
Penawaran itu juga diberikan kepada dua orang yang membantu Qalj Ali, tetapi upaya ini gagal, dan membuat Qalj Ali sangat marah. Sultan Salim II mengeluarkan perintah kepada perdana menterinya, Sinan Pasha dan panglima Angkatan Lautnya, Qalj Ali, untuk bersiap-siap menuju Tunisia demi mengembalikan wibawa pemerintahan Turki Utsmani di sana.
Sultan Salim II juga mengeluarkan maklumat pada beberapa wilayah untuk mendatangkan pasukan dan bahan logistik yang akan berangkat bersama 238 kapal dalam ukuran beragam. Sebagaimana dia memerintahkan kepada pejabat yang bekerja di Anatolia dan Roma untuk ikut dalam perjalanan laut tersebut, dia juga memastikan orang-orang untuk ikut mendayung kapal.
Armada Turki Utsmani berlayar pada 14 Mei 1574 M dipimpin Sinan Pasha dan Qalj Ali. Pasukan ini bertolak dari selat-selat dan menyebarkan panji-panjinya di Laut Putih. Mereka segera menyerang pesisir Kalabaria dan Masina. Pasukan Turki Utsmani juga berhasil menguasai satu kapal Kristen dan dari sana mereka memotong jalan laut dalam jangka waktu hanya lima hari.
Pada saat itu, Haidar Pasha penguasa Turki Utsmani di Tunisia tiba. Pada saat yang sama kekuatan dari Aljazair datang dipimpin oleh Ramadhan Pasha. Bantuan dari Tripoli juga tiba di bawah pimpinan Mustafa Pasha. Pada saat yang sama datang pasukan sukarelawan dari Mesir.
Pasukan Turki Utsmani berhasil menguasai Halq al-Wadi setelah melalui pengepungan yang sangat rapi. Pada saat yang bersamaan, kekuatan yang lain juga melakukan pengepungan di Kota Tunisia. Akibatnya, pasukan Spanyol yang berada di Tunisia melarikan diri ke Al-Bustiyun bersama dengan Raja Hafashi Muhammad ibn al-Hasan.
Setelah semua pasukannya berkumpul, pasukan Turki Utsmani melanjutkan misisnya untuk mengepung Al-Bustiyun. Pasukan Turki Utsmani mengepung penduduk setempat dengan pengepungan yang sangat ketat dari semua arah. Sinan Pasha terjun langsung ke medan perang dan dia memerintahkan membentuk barikade untuk melihat siapa yang akan dia perangi dari orang-orang Al-Bustiyun dan mengepungnya.
Orang-orang Hafashi meminta perlindungan di Sisilia di mana mereka masih saja melakukan kejahatan dan konspirasi untuk raja-raja Spanyol dengan harapan bisa kembali bertahta di negerinya. Sikap ini dijadikan senjata oleh Spanyol yang bisa dia mainkan kapan saja, tatkala kondisinya sangat memungkinkan.
Turki Utsmani perlahan menduduki wilayah Tunisia hingga akhirnya mereka mampu menguasai beberapa pelabuhan seperti Malihah, Wahran, dan Mursi besar. Hal ini pun mengubur semua cita-cita Spanyol di Afrika Utara. Dinasti Turki Utsmani berhasil menaklukkan Tunisia.
Wafatnya Sultan Salim II
Sejarawan muslim menyebutkan bahwa Sultan Salim II meninggal dunia karena kakinya terpeleset di kamar mandi. Beliau pun jatuh sakit. Beberapa hari kemudian Sultan Salim II wafat. Beliau meninggal dunia pada 13 Desember 1574 M di Istanbul Turki. Sultan Salim II merupakan sultan pertama yang wafat di Istanbul. Beliau wafat pada usia 50 tahun.
Wallahu A'lam
(rhs)Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment