Peristiwa Bulan Rajab: Sayyidah Aminah Mulai Mengandung Tanpa Gangguan

Peristiwa Bulan Rajab: Sayyidah Aminah Mulai Mengandung Tanpa Gangguan
Pasukan Gajah. Sayyidah Aminah hamil di bulan Rajab dan melahirkan di Rabiul Awal tahun Gajah. Foto/Ilustrasi: Ist
Sayyidah Aminah binti Wahb mulai mengandung janin yang kelak diberi nama Muhammad pada bulan Rajab. Setelah mengandung selama sembilan bulan, pada bulan Rabi’ul Awwal, Sayyidah Aminah melahirkan makhluk yang paling mulia, baginda Nabi agung Muhammad SAW.

Prof Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul "Membaca Sirah Nabi Muhammad" (Lentera Hati, 2011) menjelaskan bahwa selain mengandung janin yang istimewa, Aminah tak sama sekali mengalami gangguan ataupun kesulitan akibat kehamilannya. Padahal biasanya para wanita hamil kerap mengalami kesulitan dan gangguan fisik akibat kehamilan.

Selama masa kehamilan itu, berdasarkan beberapa riwayat, terdapat bisikan atau mimpi yang menggembirakan tentang janin yang dikandung Sayyidah Aminah. Maka dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut membuat Sayyidah Aminah merasa tenang dan aman serta mengenyahkan segala hal yang mengganggu fisik dan pikirannya.

Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, ketika bulan memancarkan sinarnya dengan terang, Sayyidah Aminah mendengar suara yang berkata, “Tidak lama lagi engkau akan melahirkan tokoh umat ini. Kalau dia lahir, berdoalah memohon perlindungan untuknya dari Yang Maha Esa dan dari semua yang iri hati dan namailah dia Muhammad.”

Maka pada hari Senin malam menjelang fajar, Sayyidah Aminah dengan ditemani hanya oleh pembantunya yang berasal dari Ethiopia, Barakah Ummu Aiman, mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Disebutkan juga dalam beberapa riwayat bahwa bidan yang membantu Sayyidah Aminah melahirkan bernama Al-Syaffa.

Pada mulanya Sayyidah Aminah merasa takut dan hal ini sangat wajar bagi ibu hamil yang hendak melahirkan. Lebih-lebih kelahiran anak pertama. Namun rasa takut itu hanya hinggap sekejap saja di hati Sayyidah Aminah, beliau kemudian dapat melahirkan dengan normal.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menceritakan pada saat Sayyidah Aminah hamil, sang suami Abdullah bin Abdul Muthalib wafat.

Alkisah, pada saat ibunda Aminah sedang hamil, ayahanda Abdullah meninggalkan sang istri tercinta untuk berdagang ke Suriah. Ia juga pergi ke Gaza. Kemudian singgah ke tempat saudara-saudara ibunya di Madinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam perjalanan.

Saat Abdullah akan kembali pulang dengan kafilah ke Mekkah tiba-tiba ia menderita sakit. Kawan-kawannya pun pulang lebih dulu meninggalkan Abdullah di rumah saudaranya di Madinah .

Begitu mendengar putranya sakit, Abdul Muthalib mengutus Harith- anaknya yang sulung – untuk menjemput Abdullah ke Madinah . Tetapi sesampainya di Madinah ia menerima kabar duka bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan pula. Abdullah meninggal sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekkah.

Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abdul Muthalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan seorang suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan hidupnya.

Abdullah mewariskan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan, yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh Nabi. Tak lama kemudian, Aminah melahirkan seorang anak laki-laki.

Abdul Muthalib menyambut kelahiran cucunya itu dengan gembira. Ia menganggap ini sebagai pengganti Abdullah, anaknya. Diangkatnya bayi itu lalu dibawanya ke Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal.

Pada hari ketujuh kelahiran Muhammad, Abdul-Muthalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. "Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abdul Muthalib.

Beda Pendapat

Menurut Haekal, ada perbedaan pendapat mengenai hari, tanggal, bulan dan tahun kelahiran nabi. Caussin de Perceval dalam Essai sur l'Histoire des Arabes menyebut, bahwa Muhammad dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekkah di rumah kakeknya Abdul Muthalib.

“Hari itu (Senin) adalah hari kelahiranku," jawab Nabi Muhammad ketika ditanya seorang sahabat mengapa dirinya berpuasa pada hari Senin.

Di kalangan umat Islam, riwayat yang paling populer menyebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada sebuah riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas:

“Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabi'ul Awwal, Tahun Gajah .”

Di dalam kitabnya al-Mukhtashar al-Kabir fi Sirah al-Rasul (1993), Imam Izuddin bin Badruddin al-Kinani menyatakan bahwa pendapat ini adalah sahih. Pendapat itu juga dikuatkan dengan riwayat Qays bin Makhramah, meski tidak disebutkan secara detil berapa tanggalnya.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi, Qays bin Makhramah mengatakan kalau dirinya dan Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun yang sama, yaitu Tahun Gajah.

Sementara sejarawan al-Mas’udi, sebagaimana dikutip Quraish Shihab, berpendapat kalau Nabi Muhammad lahir pada 8 Rabi’ul Awwal, atau empat hari lebih awal dari pendapat yang populer selama ini.

Al-Mas’udi mencocokkan tanggal itu dengan kehadiran pasukan bergajah Raja Abrahah. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW lahir 50 hari setelah pasukan bergajah datang.

Sementara, masih menurut Al-Mas’udi, kehadiran pasukan bergajah terjadi pada hari Senin, 13 Muharram dan mendekati tanggal 17 Muharram. Dari situ, Al-Mas’udi menyimpulkan bahwa tanggal lahir Nabi Muhammad itu 8 Rabi’ul Awwal, bukan tanggal 12.

Pakar ilmu falak asal Mesir, Mahmud al-Falaki al-Mashry, memiliki pendapat yang berbeda. Mahmud menyebut kalau tanggal kelahiran Nabi Muhammad adalah 9 Rabi’ul Awwal tahun 571 Masehi atau hari ke-55 setelah tentara gajah Raja Abrahah mengalami kekalahan.

Di samping ketiga pendapat di atas, ada beberapa pendapat yang menyebutkan kalau Nabi Muhammad lahir pada bulan Rajab, Ramadhan, atau Muharram.

Dalam sebuah riwayat, ‘Uqbah bin Mukarram mengemukakan bahwa hari lahir Nabi Muhammad adalah hari Senin tanggal 12 Ramadhan.

Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad dilahirkan jauh sebelum Raja Abrahah menyerang Ka’bah, atau sekitar 15 tahun sebelum Tahun Gajah.

Imam al-Dzahabi dengan keras menilai kalau riwayat itu –Nabi Muhammad lahir 15 tahun sebelum Tahun Gajah- sebagai sebuah kebohongan. Pastinya, kini mayoritas umat Islam di seluruh dunia memperingati hari lahir Nabi Muhammad pada 12 Rabi’ul Awwal. Waallahu ‘Alam.
(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: