Kekhalifahan Dinasti Fatimiyah : Pendiri, Sejarah, dan Kekayaan


Kekhalifahan Dinasti Fatimiyah : Pendiri, Sejarah, dan Kekayaan
Dinasti Fatimiyah beraliran syiah ismailiyah dan Ubaidillah al Mahdi adalah khalifah yang pertama. Foto : Ilustrasi/Ist.
Kekhalifahan Dinasti Fatimiyah yang meliputi pendiri, sejarah, dan kekayaan peradabannya menarik untuk dipelajari karena ada informasi penting di dalamnya. Baik mengenai kontroversi ideologi syiah ismailiayah-nya maupun tentang pergerakan dinasti ini untuk meninggikan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan menciptakan sebuah peradaban. Disebut Dinasti Fatimiyah karena dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah Zahra putri Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam dan sekaligus istri Ali bin Abi Thalib Radhiallahu'anhu.

Seperti diketahui, pergolakan politik dan mazhab sangat kuat terjadi di kalangan umat Islam pasca-wafatnya Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Hingga kemudian pada tahun 909 Masehi, di Tunisia, seseorang yang bernama Said bin Husein yang memiliki nama lain Ubaidullah al-Mahdi Billah mendirikan Dinasti Fatimiyah. Meski dinisbatkan pada Fatimah binti Muhammad, namun sebagian besar ulama telah membantah klaim nasab Ubaidullah al-Mahdi, oleh karena itu ada yang menyebut menyebut daulah ini dengan Daulah Ubaidiyah bukan Daulah Fatimiyah.

Menurut Musyrifah Sunanto, penulis buku Sejarah Islam Klasik, Prenada Media, 2003, bahwa Dinasti Fatimiyah beraliran syiah ismailiyah. Ubaidillah al Mahdi berpindah dari Suria ke Afrika Utara (Tunisia) karena propaganda Syiah di daerah ini mendapat sambutan baik, terutama dari suku Barber Ketama. Dengan dukungan suku ini, Ubaidillah al Mahdi menumbangkan gurbernur Aglabiyah di Afrika, Rustamiyah Kharaji di Tahart, dan Idrisiyah Fez dijadikan sebagai bawahan.

Ubaidillah merupakan khalifah pertama daulah Fatimiyah. Ia memerintah selama lebih kurang 25 tahun (904-934 M). Dalam masa pemerintahannya, al-Mahdi melakukan perluasan wilayah kekuasaan ke seluruh Afrika, meliputi Maroko, Mesir, Multa, Alexandria, Sardania, Corsica, dan balerick. Pada 904 M, Khalifah al-Mahdi mendirikan kota baru dipantai Tunisia yang diberi nama kota Mahdiyah yang didirikan sebagai ibukota pemerintahan.

Di Afrika Utara kekuasaan mereka segera menjadi besar. Pada tahun 909 mereka dapat menguasai dinasti Rustamiyah dan Tahert serta menyerang bani Idris di Maroko. Pekerjaan daulah Fatimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan ummat Islam bahwa mereka adalah keturunan Fatimah binti Rasulullah dan istri dari Ali bin Abi Thalib.

Pada awalnya, aliran Syiah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas alias lebih banyak sembunyi-sembunyi. Baru pada masa Abdullah bin Maimun yang mentransformasikan ini sebagai sebuah gerakan politik keagamaan, dengan tujuan menegakkan kekuasaan Fatimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionaris ke segala penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyah. Kegiatan inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang berdirinya dinasti Fatimiyah.

Pada tahun 969 M, Fatimiyah sudah memiliki kekuatan yang cukup besar, inilah saatnya menakulkkan wilayah yang besar, strategsi, dan memiliki pengaruh dan prestise, yaitu Mesir. Saat itu, Mesir dipimpin oleh Dinasti Iksidiyah yang dipercayakan penguasa Abbasiyah untuk bertanggung jawab di Mesir dan wilayah kota suci: Mekah, Madinah, dan Jerusalem. Daulah Fatimiyah berhasil menaklukkan Dinasti Iksidiyah sehingga secara otomatis tiga kota suci tersebut jatuh ke wilayah kekuasaan Fatimiyah. Setelah itu, mereka menjadikan Kairo sebagai ibu kota kekhalifahan.

Di akhir tahun 900-an M, daulah ini menjadi sebuah kekuatan adidaya, mereka menguasai sebagian besar dunia Islam, kekuasaan mereka terbentang dari Maroko hingga Suriah. Saat inilah para orientalis menyebut bahwa Daulah Fatimiyah mencapai masa keemasan dan mempraktikkan nilai-nilai toleran antara umat beragama. Meski beberapa literatur sejarah juga mencatat bahwa nilai-nilai toleran itu semakin buruk saat mereka berhasil menaklukkan Mesir.

Daulah Fatimiyah memasuki era kejayaan pada masa pemerintahan Abu Tamin Ma’Abu Daud yang bergelar al-Mu’iz (953-997). Al-Mu’iz behasil menaklukkan Mesir dan memindahkan pemerintahan ke Mesir. Pada masa ini rakyat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dengan kebijakan-kebijakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Indikatornya adalah banyaknya bangunan fisik seperti Mesjid, Rumah sakit, Penginapan, jalan utama yang dilengkapi lampu dan pusat perbelanjaan. Pada masa ini pula berkembang berbagai jenis perusahaan dan kerajinan seperti tenunan, kermik, perhiasan emas, dan perak, peralatan kaca, ramuan, obat-obatan.

Kesuksesan lainnya adalah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Besarnya minat masyarakat kepada ilmu pengetahuan mendapat dukungan penguasa dengan membangun Dar al-Hikmah pada tahun 1005 M dan perguruan tinggi al-Azhar (yang sebelumnya adalah bangunan masjid), yang mengajarkan ilmu kedokteran, Fiqh, Tauhid, Al-Bayan, Bahasa Arab, Mantiq, dan sebagainya.

Sehingga secara umum bisa disebut bahwa Dinasti Fatimiyah pernah merasakan menguasai kota Raqadah, al-Mahdiyah, dan Kairo dibawah kepemimpinan 14 khalifah selama 262 tahun yaitu sejak tahun 909 yakni masa masa awal pendirian hingga 1171 saat kehancurannya. Kejayaan itu dapat dilihat dalam bidang agama dengan toleransi yang tinggi, pendidikan dengan pembangunan universitas, dan perpustakaan. kebudayaan dan peradaban dengan kota Kairo sebagai bukti, arsitektur dengan masjid al-Azhar dan kesenian dengan produk tekstil, tenunan, keramik dan penjilidan.

Di sisi lain, dalam Jerusalem: The Biography, disebutkan bahwa dalam perspektif Islam, justru Fatimiyah tidak menerapkan sistem yang longgar bagi orang-orang Sunni atau Ahlussunnah. Sunni dipaksa menyebutkan nama-nama kahlifah Fatimiyah dalam setiap khutbah Jumat, orang-orang Syiah Ismailiyah diperbolehkan bahkan dimotivasi untuk berkunjung ke Jerusalem, sedangkan orang-orang Sunni dilarang melakukan hal itu.

The History of Islam menyebutkan bahwa secara keseluruhan, masa pemerintahan Fatimiyah adalah penderitaan dan kesusahan bagi Ahlussunnah, lantaran mereka melakukan kezaliman pada Ahlussunah. Puncaknya terjadi pada masa khalifah Fatimiyah dipegang oleh al-Hakim bi Amrillah (996-1021 M), ia kerap menyiksa orang-orang selain dari Syiah Ismailiyah termasuk juga orang-orang Yahudi dan Kristen. Semua gereja dan sinagog di Jerusalem dihancurkan atau minimal ditutup, sampai-sampai orang-orang Yahudi dan Kristen harus berpura-pura menganut agama Syiah Ismailiyah.

Kekayaan peninggalan Fatimiyah sangat luar biasa. Abati Hawa, dalam Dinasti Fatimiyah, mencatat bahwa kemajuan bangunan fisik sungguh luar biasa. Indikasi-indikasi kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya bangunan-bangunan yang dibangun berupa masjid-masjid, universitas, rumah sakit dan penginapan megah. Jalan-jalan utama dibangun dan dilengkapi dengan lampu warna-warni, dalam bidang industri telah dicapai kemajuan besar khususnya yang berkaitan dengan militer seperti alat-alat perang, kapal dan sebagainya.

Setelah masa keemasan itu, secara berangsur Fatimiyah mulai terlihat keruntuhannya. Kemunduran Daulah Fatimiyah dimulai ketika Khalifah al-Zahir wafat dan digantikan oleh anaknya yang masih berumur sebelas tahun, Ma’ad al-Muntashir. Ia berkuasa hampir selama enam puluh tahun, dari 1035-1094 M. Pada masa pemerintahannya wilayah Fatimiyah yang luas menyusut sedikit demi sedikit hingga lebih kecil dari wilayah Mesir sekarang. Pada masa itu kekacauan terjadi dimana-mana; kericuhan dan pertikaian terjadi di antara orang Turki, Barbar, dan Sudan, kekuasaan negara lumpuh, kelaparan yang terjadi selama tujuh tahun pun melumpuhkan perekonomian negara.

Keadaan menyedihkan itu diakhiri oleh Shalahuddin al-Ayyubi pada 1171 M, ia meruntuhkan Daulah Fatimiyah dan menjatuhkan khalifahnya yang terakhir. Dan harus diakui bahwa di antara peninggalan Daulah Fatimiyah yang paling berharga adalah Universitas al-Azhar. Meski semula mencetak sarjana-sarjana Syiah, namun kemudian diganti oleh Panglima Shalahuddin al-Ayyubi menjadi universitas yang mencetak tokoh-tokoh Sunni dan intelektual muslim terkemuka.

Wallahu A'lam
(wid)Widaningsih

No comments: