Gambaran Hari Kiamat pada Surat An-Naba dan Fadhilah Membacanya

Gambaran Hari Kiamat pada Surat An-Naba dan Fadhilah Membacanya
Gambaran Kiamat dalam Surat An-Naba, gunung-gunung yang tadinya kokoh dijalankan oleh Allah dengan terlebih dahulu dihancur-luluhkan lalu diempaskan menjadi abu. Foto ilustrasi/Ist
Banyak surat Al-Qur'an menceritakan peristiwa Hari Kiamat, salah satunya Surat An-Naba yang artinya berita besar. Pada surat tersebut, Allah mengingatkan kaum musyrik tentang kebenaran hari kebangkitan (Kiamat).

Selain hari Kebangkitan, Surat An-Naba juga menceritakan karunia dan kebesaran Allah, kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan ancaman bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.

Surat An-Naba terdiri 40 ayat (golongan surat Makkiyah) diturunkan setelah Surat Al-Ma'aarij. Dinamai An-Naba artinya berita besar diambil dari perkataan An-Naba pada ayat 2 surat ini. Surat ke-78 Al-Qur'an ini juga dinamai "Surat 'Amma Yatasaa Aluun" yang diambil dari ayat pertama surat ini.

Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, kaum kafir Mekkah sering bertanya-tanya tentang diri Nabi dan Kitab Al-Qur'an yang dibawanya. Surat An-Naba diturunkan karena sikap kaum kafir Mekkah yang sering bertanya-tanya tentang hari Kebangkitan.

Di antara mereka ada yang mengingkarinya dan beranggapan bahwa setelah mati habislah urusan mereka. Tidak ada lagi kebangkitan setelah mati. Mereka berpendapat manusia itu lahir ke dunia lalu mati dan ditelan bumi.

Tidak ada yang membinasakan mereka kecuali masa atau waktu saja. Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa yang dibangkitkan itu hanya arwah saja dan bukan jasad yang telah habis dimakan bumi.

Sehubungan dengan sikap orang-orang kafir itu, Allah menurunkan surat ini untuk menolak keingkaran mereka. Allah menegaskan kekuasaan-Nya membangkitkan mereka setelah mati, walaupun mereka telah menjadi tanah.

Berikut gambaran Kiamat pada Surat An-Naba :

إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا (17) يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا (18) وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا (19) وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا (20) إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا (21) لِلطَّاغِينَ مَآبًا (22) لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا (23) لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا (24) إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا (25) جَزَاءً وِفَاقًا (26) إِنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ حِسَابًا (27) وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا (28) وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَابًا (29) فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا (30)

Artinya: "Sesungguhnya Hari Keputusan (kebangkitan) adalah suatu waktu yang ditetapkan. Yaitu hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-bondong (berkelompok-kelompok). Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana. Sungguh neraka Jahanam itu (sebagai) tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka). Menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. Mereka tinggal di sana dalam masa yang lama. Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman. Selain air yang mendidih dan nanah. Sebagai pembalasan yang setimpal. Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan. Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu, rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain azab." (QS An-Naba ayat 17-30)

Pada ayat ke-20 di atas disebutkan "gunung-gunung yang dijalankan sehingga menjadi fatamorgana". Mengutip tafsir Kemenag, gunung-gunung yang tadinya kokoh dijalankan oleh Allah dengan terlebih dahulu dihancur-luluhkan lalu diempaskan menjadi abu. Lalu menjadi seperti kapas yang beterbangan, lalu akhirnya terempas sehingga menjadi fatamorgana. Seperti halnya fatamorgana di gurun pasir, asap pekat yang menggumpal tampak seperti gunung, padahal tidak ada gunung di sana.

Dalam ayat lain (Al-Haqqah ayat 14)disebutkan, "Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan." Tak bisa dibayangkan betapa dahsyatnya hari Kiamat yang didustakan orang kafir.

Peristiwa gempa yang pernah kita rasakan saja pernah membuat kita gemetar dan ketakutan. Bagaimana jika gunung-gunung dibenturkan, siapa yang dapat selamat darinya. Demikian dashyatnya hari Kiamat, semoga umat muslim dilindungi Allah agar tidak ikut merasakannya.

Fadhilah Membaca Surat An-Naba
Surat An-Naba adalah wahyu Allah tentang berita besar tentang hari kebangkitan. Surat ini memiliki fadhilah (keutamaan) bagi yang membacanya setiap hari. Berikut keutamaannya:

1. Mendapat Hisab Ringan pada Hari Kiamat
Dalam kitab Tsawabul A'mal disebutkan Allah kekak akan menghisab orang yang sering membaca Surat An-Naba dengan mudah. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang membacanya (Surat An-Naba') dan menghafalnya, maka hisabnya di hari Kiamat hanya sekitar sholat satu (rakaat). Dan barangsiapa yang menulisnya dan mengalungkannya, maka kutu tidak dapat mendekatinya, ia juga memperoleh kekuatan dan kehebatan yang besar."

2. Dimudahkan Berziarah ke Baitullah
Syaikh Abbas Al-Qummi dalam Kitab "Mafatih al-Jinan; Kunci-kunci Syurga" menyebutkan bahwa Imam Ja'far Shadiq berkata: "Barang siapa membaca Surat 'Amma Yatasa'alun (An-Naba) setiap hari, maka dia tidak akan keluar dari tahun itu kecuali dia telah berziarah ke Baitullah, Makkah."

3. Diberi Minuman Sejuk pada Hari Kiamat
Selain itu, membaca Surat An-Naba' akan dilimpahi kenikmatan di hari Kiamat. Seperti diriwayatkan Syaikh Thabarsi dari Ubay bin Ka'ab dalam Majma' al-Bayan-nya bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membaca surah 'amma yatasa'alun, Allah akan memberinya minuman yang sejuk di hari kiamat."

4. Dapat Menyembuhkan Sakit Perut
Keutamaan lain Surat An-Naba' adalah dapat menyembuhkan sakit perut. "Meminum air (yang dibacakan surat An-Naba' dapat) menghilangkan penyakit perut." (Kitab Khazanah Al-Asrar)

Allahu A'lam!
(rhs)Rusman H Siregar

No comments: