Dunia atau Akhirat, Manakah yang Lebih Menarik?

Dunia atau Akhirat, Manakah yang Lebih Menarik?
Godaan dunia sungguh sangat banyak dan beragam, sehingga banyak manusia yang berebut mencari kesenangan dunia. Sedangkan urusan akhirat terkesan dijalani sambil lalu saja. Foto ilustrasi/ist
Godaan dunia sungguh sangat banyak dan beragam. Sehingga banyak manusia yang berebut mencari kesenangan dunia. Urusan akhirat terkesan dijalani sambil lalu saja. Urusan akhirat sekadar selintas terbesit di pikiran tanpa harus diupayakan dengan bersusah payah dan maksimal.

Sehingga banyak yang melupakan bahwa kesenangan dunia hanya sementara, harta yang dikumpulkan bakal ditinggal, kemewahan di dalamnya bakal hancur sedang akhirat adalah kehidupan selama-lamanya. Jika susah, maka susah selamanya. Jika bahagia, maka bahagia selamanya.

Maka dalam Kitab: Syarah Riyadhus Sholihin, Syeikh Utsaimin menulis bahwa sungguh mengherankan; jika manusia mengejar dunia. Padahal dunialah yang diciptakan untuk manusia. Bukan manusia yang diciptakan untuk dunia.

Baca juga:3 Pesona Dunia yang Bisa Melumpuhkan Iman Manusia

Begitu banyak orang yang melayani dunia. Manusia melayani dunia dengan pelayanan yang luar biasa, dia memforsir badannya dan pikirannya, mengorbankan ibadah akhiratnya, dan banyak membuang waktu bersama keluarganya hanya untuk mendapatkan dunianya. Bahkan tidak jarang mengorbankan harga dirinya untuk mencuri, korupsi, dan sebagainya.

Lalu apa hasilnya..? Apakah manusia akan memperoleh tumpukan harta itu selamanya? Bisa jadi, dia kehilangan dunia itu dalam sekejab. Bisa jadi dia keluar dari rumahnya lalu tidak kembali lagi. Tidur di atas ranjangnya, lalu tidak bangun lagi, dan semua itu adalah nyata adanya.

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun tidak kurang menjelaskan dan memperingatkan umat manusia agar tidak tertipu oleh dunia dan isinya.

Di antaranya firman Allâh Azza wa Jalla :

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. (QS. Yûnus : 24).

Dalam Shaidul Khatir, Imam Ibnul Jauzi mengatakan, urusan akhirat bagi orang yang memahami ilmu, akan dianggap di luar tabiatnya. Apalagi, akhirat adalah hal yang ghaib yang diluar jangkauan nalar. Orang yang tidak punya ilmu cenderung akan melihat dunia adalah fakta nyata. Kebahagiaan, keindahan, dan kemewahan dunia bisa langsung dinikmati. Orang tidak berilmu cenderung mengabaikan nasihat dan ancaman dari Al-Qur'an dan hadis.

Orang yang berilmu akan merenungkan hadis Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

"Demi Allâh! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, -(perawi hadis ini yaitu) Yahya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya- lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?
[HR. Muslim dan Ibnu Hibbân)

Masih banyak gambaran kehidupan dunia yang begitu gamblang dari Qur'an dan hadis. Lalu akankah kita membiarkan kita terus terlena dan tertipu dengan kehidupan dunia? Relakah kita menukar kehidupan akhirat yang kekal dengan kehidupan dunia yang akan segera sirna?

Dunia adalah bunga yang dipetik kemudian layu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ اِلٰى مَا مَتَّعْنَا بِهٖۤ اَزْوَا جًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۙ لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ ۗ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى


"Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS. Ta-Ha 20 : 131)

Hadis dari Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari shahabat Abu Sa’id Al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, ujarnya, “RasulullahShallallahu’alaihi Wasallamduduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekelilin beliau. Beliau bersabda :

“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” (HR. Bukhari Muslim)

Oleh karenanya, syariat Islam menguatkan dengan kabar gembira dan ancaman tentang dunia dan akhirat ini. Agar manusia mempertajam akalnya. Bisa membedakan kenikmatan dunia atau kenikmatan akhirat yang jadi pilihannya.

Tabiat manusia akan memilih antara kesenangan dunia atau akhirat. Bagi yang menghabiskan waktunya mencari dunia saja , maka laksana air yang terus mengalir tempat rendah.

Akhirat harus dadikan tujuan utama. Hidup kita harus penuh dengan ibadah agar selamat kelak di akhirat. Tapi jangan melupakan urusan dunia karena kita hidup di dunia.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ


wabtaghi fiimaaa aataakallohud-daarol-aakhirota wa laa tangsa nashiibaka minad-dun-yaa wa ahsing kamaaa ahsanallohu ilaika wa laa tabghil-fasaada fil-ardh, innalloha laa yuhibbul-mufsidiin

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas : 77)

Wallahu A'lam
(wid)Widaningsih

No comments: