Aqidah Ahlus Sunnah tentang Alam Kubur

Aqidah Ahlus Sunnah tentang Alam Kubur
Ahlus Sunnah berpendapat iman kepada siksa dan nikmat kubur merupakan keimanan kepada perkara yang gaib. Foto/Ilustrasi: Ist
Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini masalah-masalah yang berhubungan dengan alam kubur dan keadaan para penghuninya sampai kepada masalah kebangkitan seluruh manusia dari alam kubur, sesuai dengan yang terungkap di dalam ayat-ayat al-Qur-an, hadis-hadis shahih, dan perkataan-perkataan para salaf.

Asraf bin ‘Abdil Maqsud bin ‘Abdirrahim menyebut aqidah Ahlus Sunnah tersebut dalam kitab "Al-Qabru ‘Adzaabul Qabri…wa Na’iimul Qabri" yang diterjemahkan Beni Sarbeni menjadi "Kubur yang Menanti, Kehidupan Sedih dan Gembira di Alam Kubur"

Pertama, menurut Ahlus Sunnah, iman kepada siksa dan nikmat kubur merupakan keimanan kepada perkara yang gaib. "Mereka mengimani segala hal yang dikabarkan oleh Nabi SAW dan hal tersebut adalah shahih, maka semuanya wajib dibenarkan, baik dapat disaksikan dengan panca indera kita atau tidak, dipahami dengan akal kita atau tidak.

Di antara keimanan kepada perkara yang ghaib adalah beriman kepada hari Akhir dan beriman kepada siksa kubur, nikmatnya, fitnahnya dan keadaan-keadaannya.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur-an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” ( QS Al-Baqarah/2 : 4)

Kedua, Ahlus Sunnah juga mengimani alam yang tiga, yaitu dunia, kubur, dan akhirat. Sesungguhnya Allah SWT menjadikan setiap alam tersebut berbagai hukum yang dikhususkan kepada masing-masing alam tersebut. Dia menyusun manusia dari badan dan jiwa. Dia-lah Allah Yang menjadikan hukum dunia kepada badan sedangkan ruh mengikutinya, dan menjadikan hukum alam kubur kepada ruh sedangkan jasad mengikutinya.

Dan apabila telah datang hari dikumpulkannya jasad-jasad, dan manusia berdiri (bangkit) dari kubur-kubur mereka, maka Allah SWT menjadikan hukum, nikmat dan siksa di dalamnya menimpa ruh juga badan secara bersamaan.

Ketiga, Ahlus Sunnah mengimani bahwa kubur adalah persinggahan pertama alam akhirat. Jika seorang hamba selamat darinya, maka alam yang berikutnya akan dialami dengan lebih mudah olehnya. Dan jika dia tidak selamat, maka alam berikutnya akan dialami lebih sulit lagi, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :

إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَـازِلِ اْلآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَـا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ.

“Sesungguhnya kubur adalah persinggahan pertama dari kehidupan akhirat, jika seseorang selamat darinya, maka (kehidupan) setelahnya akan lebih mudah. Dan jika seseorang tidak selamat darinya, maka (kehidupan) setelahnya akan lebih dahsyat.” (at-Tirmidzi)

Asraf bin ‘Abdil Maqsud bin ‘Abdirrahim menjelaskan persinggahan di alam akhirat itu banyak sekali. Paling dekat dari kehidupan manusia adalah alam kubur, lalu alam kebangkitan, dikumpulkan di alam mahsyar, mauqif, hisab, shirat, mizan, dan yang lainnya.

Menurutnya, kubur adalah persinggahan pertama untuk kehidupan akhirat dan persinggahan terakhir untuk kehidupan dunia, karena itu alam kubur dinamakan pula alam Barzakh (benteng pembatas antara dunia dan akhirat).

Bencananya merupakan tanda bagi seluruh malapetaka dan apa yang dilihat oleh seorang hamba adalah tanda yang menunjukkan ke mana seorang hamba akan kembali, jika dia adalah orang kafir dan munafik:

فَيُفْرَجُ لَهُ فُرْجَةٌ قِبَلَ النَّارِ، فَيَنْظُرُ إِلَيْهَا يَحْطِمُ بَعْضُهَـا بَعْضًا، فَيُقَـالُ لَهُ: هَذَا مَقْعَدُكَ عَلَى الشَّكِّ كُنْتَ وَعَلَيْهِ مُتَّ وَعَلَيْهِ تُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى ثُمَّ يُعَذَّبُ.

Maka Neraka diperlihatkan kepadanya, lalu dia melihat di dalamnya satu sama lain saling menghantam dan dikatakan kepadanya, “Ini adalah tempatmu, dahulu kamu ada di dalam keraguan, mati dalam keadaannya, dan dibangkitkan dalam keadaannya, insya Allah. Kemudian dia diazab.” (HR Ahmad)

Dia berkata:

رَبِّ لاَ تُقِمِ السَّاعَةَ.

“Ya Allah! Jangan Engkau datangkan hari Kiamat.”

Dia mengatakan seperti itu, karena tahu akan segala siksa yang akan didapatkannya di alam berikutnya sebagaimana yang Allah SWT telah janjikan.

Adapun seorang muslim yang melakukan kemaksiatan, jika dia selamat dan dirinya dibersihkan dengan azab kubur, maka kehidupan yang akan dialami selanjutnya akan lebih mudah. Sebab jika dia memiliki dosa, maka dosanya itu akan dihapus dengan siksa kubur.

Dan jika dia tidak selamat dengan tidak dibersihkan dirinya dari dosa dengan terlepas dari siksa kubur, maka sesungguhnya di dalam dirinya ada dosa tersisa yang menjadikan sebab dia akan mendapatkan siksa pada alam selanjutnya.

Sesungguhnya alam yang akan datang kepadanya akan lebih berat, karena neraka adalah siksa yang paling pedih sedangkan kubur adalah satu lubang dari lubang-lubang neraka.

Keempat, Ahlus Sunnah mengimani malaikat maut yang ditugaskan untuk mencabut semua ruh di alam ini. Hal ini sebagaimana diungkap dalam firman Allah Ta’ala:

قُلْ يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ

“Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Rabb-mulah kamu akan dikembalikan.” ( QS As-Sajdah/32 : 11)

Dalam kitab Ahkaamul Janaa-iz wa Bida’uha karya al-Albani dijelaskan nama ini adalah nama baginya (Malaikat Maut) sesuai dengan ayat tersebut.

Dan sesungguhnya Malaikat Maut memiliki rekan (para pembantu) yang membantunya di dalam mencabut ruh. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Ta’ala:

الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُوْنَ

“… Ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami, dan Malaikat-Malaikat Kami itu tidak melalaikankewajibannya.” ( QS Al-An’aam/6 : 61).

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: