Empat Hal Yang Membuat Setan Bersedih

 Takwa (ilustrasi).

Takwa (ilustrasi).

Foto: alifmusic.net
Setan akan sedih karena empat hal.
nbsp;
Pendiri Tarekat Syadziliyah, al- Imam Abu Hasan `Ali As-Syadzili, mengatakan, sebagaimana tertulis dalam Risalah Al- Amin, setan akan sedih karena empat hal.

Pertama, tatkala seseorang duduk berpikir tentang hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, kemudian orang itu mengerjakannya.

Kedua, ketika seseorang berpikir tentang semua hal yang dapat menjauhkan dirinya dari Allah SWT, kemudian orang itu menjauhinya.

Ketiga, ketika seseorang berpikir tentang dosa-dosa yang telah lalu, kemudian orang itu meminta ampun dan bersyukur.

Keempat, ketika seseorang duduk berpikir tentang sesuatu hal yang telah dia perbuat pada masa lalu kemudian dia bersyukur dan memohon ampunan-Nya.

Pesan sang imam di atas mengisyaratkan upaya pembersihan diri. Hal yang mendekatkan diri kepada Allah, misalkan, adalah upaya membersihkan hati kita dengan selalu mengingat Allah, baik dalam keadaan suka maupun duka.Yadzkuruna Allaha qiyaaman wa qu'udan(Ali Imran: 191). Arti tekstualnya adalah mengingat Allah dalam keadaan berdiri (bahagia) maupun duduk (sengsara).

Melakukan zikir bukanlah untuk mendapatkan materi, melainkan mengharapkan kedekatan Allah. Berharap Allah membersamai kita dalam setiap gerak, langkah, dan perkataan.Hati menjadi tenang. Pandangan indrawi dan rasa batin tak sekadar berpaku pada yang zahir, tapi juga yang tak tampak.

Hal berikutnya adalah ketika seseorang melihat maksiat. Apa yang dia lakukan?

Setan akan sedih karena empat hal.

Apakah ikut melakukan hal tercela itu, atau justru menjauhinya, kemudian memohon kepada Allah agar menjauhkan hal tersebut dari dirinya dan orang-orang yang dicintainya?

Orang yang hatinya disinari ketakwaan, meski sedikit, pasti akan menggerakkan organ tubuh untuk berlindung dari dosa. Sebaliknya, orang yang terlumuri dosa, yang dikuasai syahwah bahimiyah (nafsu kebinatangan), maka dia akan menikmati dosa, bahkan sampai membunuh orang dekatnya, menghina kekasih Allah, meng anggap dirinya adalah tuhan, bahkan merasa lebih he bat dari Allah. Naudzubillah.

Di sini kita harus memperbanyak istighfar, astaghfirullah. Ini adalah zikir yang merendah kan diri kita di hadapan Allah, mengakui diri ini tidak berarti apa-apa, banyak mela kukan salah, sehingga memohon kasih sayang Sang Pen cipta. Allah berfirman, mohonlah ampunan ke pada Tuhan-Mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun (Nuh: 10).

Setelah memohon ampunan, kita harus bersyukur. Berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Al-Futuhat al-Madaniyahmenjelaskan seperti apakah perilaku syukur dengan mengisahkan pengalaman Nabi Musa Alaihissalam berikut ini. 

Suatu ketika Allah memerintahkan Nabi Musa sungguh-sungguh bersyukur kepada Allah. Lalu Nabi Musa bertanya, siapa yang mampu melakukan hal seperti itu. Kemudian Allah berfirman, jika dirinya telah menyaksikan segala nikmat berasal dari Allah maka itulah sikap syukur yang sesungguhnya.

Bersyukur itu sederhana. Kita sekadar hidup, meski diliputi banyak keterbatasan, tetap harus bersyukur, karena Allah memberi kesempatan kita untuk bernapas dan beribadah kepadanya.

Bersyukur adalah bagian dari pengakuan diri kita yang berutang kehidupan, berutang nikmat, dan banyak hal, kepada Allah. Dengan bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat- Nya (Ibrahim ayat 7), meski kita sering tak menyadari tambahan tersebut.

Dengan kita banyak berzikir, bertakwa, bersyukur, dan beristighfar, setan akan banyak bersedih, meski dia akan terus meluncurkan seribu godaan sampai kiamat. 

sumber : Dialog Jum Rol

No comments: