Thufail bin Amr Ad-Dausi: Penyair yang Paling Dikhawatirkan Masuk Islam oleh Kaum Kafir

Thufail bin Amr Ad-Dausi: Penyair yang Paling Dikhawatirkan Masuk Islam oleh Kaum Kafir
Thufail dikaruniai bakat sebagai penyair, hingga nama dan kemahirannya termasyhur di kalangan banyak suku. Foto/Ilustrasi : Ist
Dia adalah Thufail bin Amr Ad-Dausi . Di bumi Daus ia dibesarkan dalam keluarga yang mulia dan terhormat. Ia dikaruniai bakat sebagai penyair, hingga nama dan kemahirannya termasyhur di kalangan banyak suku. Kaum kafir Quraisy cemas bila ia datang ke Mekkah. Mereka khawatir Thufail kepincut dakwah Nabi Muhammad SAW .

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Rijalun haular Rasul" dan telah diterjemahkan Agus Suwandi menjadi "Kisah 60 Sahabat Nabi" menceritakan saat tiba pasar Ukaz, Thufail mengambil kedudukannya di barisan terkemuka.

Pasar Ukaz adalah tempat berkumpul dan berhimpunnya manusia, untuk mendengar dan menyaksikan penyair-penyair Arab yang datang berkunjung dari seluruh pelosok serta untuk menonjolkan dan membanggakan penyair masing-masing. Walaupun bukan pada musim Ukaz, Thufail juga sering pergi ke Mekkah.

Suatu ketika, ia berkunjung ke kota suci itu saat Rasulullah SAW telah memulai dakwah beliau secara terang-terangan. Orang-orang Quraisy khawatir bila Thufail menemuinya dan masuk Islam, lalu menggunakan bakatnya sebagai penyair itu untuk membela Islam, sehingga akan bencana besar bagi Quraisy dan berhala-berhala mereka.

Untuk mencegah itu, mereka menyambut kedatangannya dengan menyediakan segala bentuk kesenangan dan kemewahan untuk melayaninya sebagai tamu, lalu selalu mengingatkan agar tidak bertemu
dengan Rasulullah SAW.

“Muhammad memiliki ucapan laksana sihir, hingga dapat mencerai beraikan anak dari ayah, seseorang dari saudaranya, serta seorang suami dari istrinya. Kami ini cemas terhadap dirimu dan kaummu dari kejahatannya. Karena itu, janganlah engkau berbicara dengannya atau mendengarkan ucapannya,” bujuk para petinggi kaum kafir Quraisy.

Marilah kita simak cerita Thufail tentang kisahnya itu:

Demi Allah, mereka selalu membuntutiku hingga aku hampir saja membatalkan maksudku untuk menemui dan mendengar ucapannya. Ketika aku pergi ke Kakbah, aku menutup telingaku dengan kapas agar bila ia berkata, aku tidak mendengar perkataannya. Kebetulan waktu itu aku mendapatinya sedang sholat di dekat Kakbah.

Aku berdiri di dekatnya dan takdir Allah menghendaki agar aku mendengarkan sebagian apa yang dibacanya dan terdengarlah olehku perkataan yang baik.

Aku berbisik kepada diriku sendiri, “Celakalah ibuku kehilangan diriku. Demi Allah, aku ini seorang yang pandai dan seorang penyair. Aku mampu memilah mana yang baik dari yang buruk. Apa salahnya bila aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh laki-laki itu? Jika ucapannya itu baik, aku akan menerimanya dan bila buruk, aku akan meninggalkannya."

Aku menunggunya hingga berpaling hendak pulang ke rumahnya, lalu mengikutinya hingga ia masuk rumah. Aku mengejar dan kukatakan kepadanya:

"Wahai Muhammad, kaummu telah mengatakan ini dan itu tentang dirimu kepadaku. Demi Allah, mereka selalu menakut-nakuti diriku terhadap urusanmu, hingga aku menutupi telingaku dengan kapas agar tidak mendengar perkataanmu. Tetapi, Allah menghendaki agar aku mendengarnya, dan terdengarlah olehku ucapan yang baik. Karena itu, jelaskanlah kepadaku apa yang menjadi urusanmu itu."

Rasulullah SAW pun menawarkan Islam kepadaku dan membacakan Al-Quran. Demi Allah, aku tidak pernah mendengar satu ucapan pun yang lebih baik atau suatu urusan yang lebih benar daripada itu. Akhirnya aku masuk Islam dengan mengucapkan syahadat yang benar.

Aku lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku ini seorang yang ditaati oleh kaumku dan sekarang aku akan kembali kepada mereka, serta akan menyeru mereka kepada Islam. Untuk itu berdoalah kepada Allah agar aku diberi-Nya suatu tanda yang akan menjadi bukti bagiku tentang urusan yang kudakwahkan kepada mereka."

Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, karuniakanlah suatu tanda baginya..."

Allah Ta'ala di dalam Kitab-Nya telah memuji: "(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya." (QS Az-Zumar: 18).

Sekarang kita bertemu dengan salah seorang yang dipuji itu dan ia merupakan suatu gambaran yang tepat mengenai fitrah yang cerdas.

Saat mendengar beberapa ayat mengenai petunjuk dan kebaikan yang diturunkan Allah ke dalam hati Rasul-Nya, seluruh pendengaran dan hatinya terbuka dan akhirnya mengulurkan tangannya untuk berbaiat untuk masuk Islam. Tidak sebatas ini saja, ia langsung bersedia membebani diri dengan tanggung jawab menyeru kaum dan keluarganya kepada agama yang benar dan jalan yang lurus ini.

Karena itulah, kita menyaksikan saat tiba di rumah dan kampung halamannya, ia langsung menjumpai ayahnya dan menjelaskan kepadanya tentang akidah dan hajat dalam hatinya.

Ia langsung mengajak ayahnya masuk Islam setelah menceritakan perihal Rasul yang menyeru kepada agama Allah, dan tentang kebesaran, kesucian, amanah, ketulusan, serta ketaatan beliau kepada Allah Rabb semesta alam.

Ayahnya masuk Islam seketika itu juga. Selanjutnya, Thufail beralih kepada ibunya, maka ibunya pun menerima Islam. Setelah itu, ia berdakwah kepada istrinya yang juga menerima Islam. Ketika hatinya menjadi tenteram karena Islam telah meliputi rumahnya, iapun berpindah kepada kerabat dekat, bahkan kepada seluruh penduduk Daus. Namun, tidak ada seorang pun di antara mereka yang memenuhi seruannya dan memeluk Islam selain Abu Hurairah.


Kaumnya justru menghina dan mengucilkannya, hingga akhirnya ia tidak bisa lagi menahan kesabaran untuk tetap bersama mereka dan atas perlakuan mereka. Ia menaiki kendaraannya menempuh padang pasir dan kembali kepada Rasulullah SAW mengadukan kondisinya dan menambah bekal dengan ajaran-ajaran beliau.

Ketika telah tiba di Mekkah, ia bergegas ke rumah Rasulullah SAW dengan membawa kerinduan di hati. Ia berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, aku tidak kuasa lagi menghadapi perzinaan dan riba yang merajalela di Daus. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar menghancurkan Daus.”

Akan tetapi, betapa terharunya Thufail ketika melihat Rasulullah mengangkatkan kedua tangan ke langit sembari berdoa, “Ya Allah, tunjukilah orang-orang Daus, dan datangkanlah mereka ke sini sebagai muslim.”

Setelah itu beliau memalingkan pandangan ke Thufail sembari bersabda, “Kembalilah kepada kaummu dan berdakwahlah kepada mereka dengan lemah lembut.”

Peristiwa yang disaksikan ini memenuhi jiwa Thufail dengan keharuan dan mengisi kalbunya dengan kepuasan. Ia lalu memuji Allah dengan pujian setinggi-tingginya, yang telah menjadikan Rasul SAW sebagai insan pengasih ini sebagai guru dan pembimbingnya, dan menjadikan Islam sebagai agama dan tempat berlindungnya.

Ia segera bangkit dan kembali ke kampung halaman dan kaumnya. Di sana, ia senantiasa mengajak mereka kepada Islam secara lembut seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah SAW.

Selama ia berada tengah-tengah kaumnya, Rasulullah telah hijrah ke Madinah dan telah terjadi Perang Badar, Uhud, dan Khandag. Ketika Rasulullah SAW sedang berada di Khaibar, setelah kota itu dibukakan oleh Allah untuk kaum muslimin, tiba-tiba satu rombongan besar yang terdiri dari delapan puluh keluarga Daus datang menghadap Rasulullah SAW sambil membaca tahlil dan takbir. Mereka lalu duduk di hadapan beliau dan berbaiat secara bergantian.

Ketika pemandangan meriah dan proses baiat yang diberkahi itu telah selesai, Thufail duduk seorang diri, merenungkan kembali kenangan-kenangan lamanya dan membayangkan langkah yang akan diambilnya untuk masa mendatang.

Ia teringat saat kedatangannya kepada Rasulullah SAW memohon agar beliau mengangkat tangan ke arah langit dan mengucapkan doa, “Ya Allah, hancurkanlah orang-orang Daus,” namun ternyata Rasulullah SAW menyampaikan permohonan lain yang menggugah keharuannya dengan ungkapan, “Ya Allah, tunjukilah orang-orang Daus, dan bawalah mereka ke sini sebagai muslim.”

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: