Kisah-Kisah Ketika Roh Bekerja Melalui Mimpi

Kisah-Kisah Ketika Roh Bekerja Melalui Mimpi
Saat kita tidur, tubuh kita tergeletak namun roh kita bisa bekerja seakan bermimpi. Foto/Ilustrasi: Ist
Ada seorang laki-laki yang mencaci maki Abu Bakar dan Umar bin Khattab . Suatu hari ketika dia terlalu banyak mencaci maki kedua sahabat ini, salah seorang sahabat Nabi menghadapinya.

Dia tetap mencaci dan tak mau kalah. Lalu sahabat Nabi itu kembali ke rumah dalam keadaan sedih dan gundah, hingga ia tertidur, padahal belum makan malam.

Dalam tidur itu ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Maka ia katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, Fulan mencaci sahabat engkau.”

Beliau bertanya, “Siapa sahabatku itu?”

Ia menjawab, “Abu Bakar dan Umar.”


Beliau bersabda, “Ambillah pisau ini lalu sembelihlah orang itu dengan pisau ini.”

Maka ia mengambil pisau yang dimaksudkan. Ditelentangkan badan tetangganya itu, lalu ia menyembelihnya. Ia melihat seakan-akan tangannya terkena darah lelaki itu, sehingga segera ia lemparkan pisau itu dari tangannya.

Ia mengusap-usapkan tangan ke tanah untuk membersihkan cipratan darahnya. Lalu tiba-tiba ia terbangun dari tidur dan seketika itu pula ia mendengar suara raungan dari rumah tetangganya.

Ia bertanya, “Suara raungan apa itu?”

Orang-orang menjawab, “Fulan mati secara mendadak.”

Keesokan harinya ia mendatangi rumah lelaki tetangganya itu dan ia memeriksa keadaannya. Ternyata di lehernya ada guratan bekas disembelih.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip kisah tersebut dalam bukunya berjudul "Ar-Ruh li Ibnul Qayyim" yang telah diterjemahkan oleh Kathur Suhardi menjadi "Roh".


Muka Menghitam
Selanjutnya Ibnu Qayyim juga mengutip kisah dari Kitabul-Manamat karangan Ibnu Abid-Dunya. Dalam buku itu disebutkan dari seorang syaikh dari Quraisy yang berkisah sebagai berikut:

Di Syam aku pernah melihat seorang laki-laki yang separuh mukanya menghitam, dan dia selalu menu-tupinya. Aku menanyakan hal itu kepadanya.

Maka dia menjawab, “Aku sudah bersumpah kepada Allah, bahwa jika ada seseorang yang bertanya kepadaku tentang hal ini, maka aku akan mengabarkannya. Dulu aku adalah orang yang suka mencela dan mencaci Ali bin Abu Thalib."

"Suatu malam selagi tidur, aku bermimpi didatangi seseorang, yang bertanya kepadaku, 'Engkaukah orang yang sudah mencaci aku?' Lalu tiba-tiba orang itu menampar separuh mukaku, sehingga separuh mukaku menjadi hitam seperti ini.”

Tangan yang Buruk
Ibnu Qayyim juga mengutip Mas'adah yang menyebutkan dari Hisyam bin Hassan, dari Washil, pembantu Abu Uyainah, dari Musa bin Ubaidah, dari Shafiyah binti Syaibah, dia berkata:

Aku berada di sisi Aisyah, ketika ada seorang wanita yang menemuinya sambil membungkus tangannya. Maka para wanita yang lain mengerubutinya.

Wanita itu berkata, “Aku tidak menemuimu melainkan karena tanganku ini. Dulu Ayahku adalah orang yang murah hati. Aku bermimpi melihat kolam air, yang di sana ada beberapa orang yang membawa bejana dan memberikan minum kepada siapa pun yang datang kepada mereka.

Ketika kulihat ayahku, aku bertanya, “Mana ibu?”

Ayahku menjawab, “Lihatlah sekali lagi.”

Maka aku melihat-lihat, ternyata ibuku hanya memegang sesobek kain. Ayahku berkata, “Ibumu tidak pernah mengeluarkan sedekah kecuali sobekan kain itu dan lemak dari seekor yang disembelih orang-orang. Lemak itu telah mencair.”

Ibuku berkata, “Alangkah hausnya.” Maka aku mengambil bejana yang ada dan memberikannya kepada ibu. Aku diseru dari bagian atasku, 'Siapa yang memberinya minum, maka Allah akan memburukkan tangannya.'

"Maka jadilah tanganku seperti yang kalian lihat sekarang ini.”

Lima Jari Membekas di Wajah
Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi, Ashbaqh, Khalaf bin Al-Qasim dan segolongan orang menyebutkan dari Sa'id bin Maslamah, dia berkata bahwa ada seorang wanita di sisi Aisyah yang kemudian bercerita:

Aku telah menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah SAW untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakku, tidak melakukan kedustaan dengan tangan dan kakiku, tidak melakukan kedurhakaan dalam hal yang ma'ruf, aku memenuhi bagi Rabb-ku dan Dia juga memenuhi bagiku. Demi Allah, Dia tidak akan menyiksaku.

Ketika wanita itu tidur, dia didatangi seorang malaikat yang berkata kepadanya, “Sama sekali tidak, engkau suka bersolek, menampakkan perhiasan, kikir berbuat kebaikan, menyakiti tetangga dan durhaka kepada suamimu.”

Kemudian wanita itu menelungkupkan lima jarinya di muka, lalu malaikat berkata, "Lima perkara dengan lima perkara. Jika engkau menambahi, maka aku juga akan menambahimu.”

Pada pagi harinya ada lima jari yang membekas di mukanya.

Susu sebelum Sahid
Abdurrahman bin Al-Qasim, rekan Malik berkata, “Aku mendengar Malik berkata, “Sesungguhnya Ya'qub bin Abdullah bin Al-Asyaj adalah orang pilihan di tengah umat ini. Pada hari sebelum gugur sebagai syahid, dia tidur. Setelah terbangun dari tidurnya dia berkata kepada rekan-rekannya.

“Aku bermimpi dan aku akan menceritakannya kepada kalian. Aku bermimpi seakan aku dimasukkan ke dalam surga lalu aku diberi minuman susu.”

Lalu dia muntah dan muntahannya itu berupa air susu. Setelah itu dia gugur sebagai syahid.

Abul-Oasim berkata, “Itu terjadi dalam suatu peperangan di lautan yang sama sekali tidak ada minuman susu. Saya mendengar tidak hanya Malik yang menceritakannya. Jadi ini merupakan cerita yang sudah terkenal. Dia berkata, “Aku bermimpi seakan aku dimasukkan ke dalam surga lalu di sana aku diberi minuman berupa air susu.”

Orang-orang berkata, “Bagaimana jika engkau memuntahkannya?” Maka dia benar-benar memuntahkan air susu yang kental. Padahal di dalam perahu itu tidak ada air susu dan tidak pula kambing yang bisa diperah air susunya.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: