Kisah Dzulqarnain dan Hancurnya Islam di Baghdad oleh Yakjuj dan Makjuj

Kisah Dzulqarnain dan Hancurnya Islam di Baghdad oleh Yakjuj dan Makjuj
Menurut ahli sejarah, sucapan Dzulkarnain ini terbukti dengan kasus munculnya raja Jengis Khan yang telah membuat kerusakan di muka bumi dan mengadakan penyerangan yang menghancurkan benteng besi dan kerajaan Islam di Baghdad. Foto/Ilustrasi: Ist
Nama Dzulqarnain tertuang dalam QS Al-Kahfi (18) ayat 83 sampai 98. Serangkaian ayat-ayat kisah Dzulqarnain ini berjumlah 16 ayat. Pada ayat 93 sampai 98 dikisahkan Dzulkarnain membangun benteng yang sangat kuat untuk menangkal serangan Yakjuj dan Makjuj .

Menurut ahli sejarah, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Kementerian Agama , ucapan Dzulkarnain ini terbukti dengan kasus munculnya raja Jengis Khan yang telah membuat kerusakan di muka bumi dari Timur sampai ke Barat dan mengadakan penyerangan yang menghancurkan benteng besi dan kerajaan Islam di Baghdad.

Adapun sebabnya raja Jengis Khan ini mengadakan penyerbuan ke negeri Baghdad, oleh karena Sultan Khuwarazmi dari Bani Saljuk telah membunuh beberapa utusan dan pedagang-pedagang yang diutus dari negerinya.

Harta benda mereka dirampas dan diadakan pula penyerbuan ke tapal batas negerinya sehingga menimbulkan kemarahan raja Jengis Khan. Lalu ia menulis surat kepada Sultan Bagdad dengan kata-kata yang pedas sebagai berikut, "Mengapa kamu berani membunuh sahabat-sahabatku dan merampas harta benda perniagaanku. Apakah kamu membangunkan singa yang sedang tidur dan menimbulkan kejahatan-kejahatan yang tersembunyi."

Tidakkah Nabimu memberikan wasiat kepadamu agar tidak berbuat aniaya. Oleh karena itu tinggalkanlah bangsa Turki selagi mereka tidak mengganggu kamu. Mengapa kamu sakiti tetanggamu padahal Nabimu sendiri telah berwasiat untuk menghormati tetangga.

Dan inilah wasiatku kepadamu, "Peliharalah baik-baik dan pertimbangkanlah kebijaksanaanmu sebelum timbulnya rasa dendam dan sebelum terbukanya benteng besi. Dan Allah pasti akan menolong setiap orang yang dianiaya, karena itu tunggulah kedatangan Yakjuj dan Makjuj yang akan turun dari tiap-tiap tempat yang tinggi."

Dari Umu Habibah ra dari Zainab binti Jahsyin ra , bahwa Rasulullah SAW pada suatu hari masuk ke rumah istrinya, Siti Zaenab bint Jahsy dan dengan terkejut beliau mengatakan, "La ilaha illallah, celakalah bagi orang Arab dari suatu kejahatan yang telah mendekat, hari ini terbuka dari Benteng Yakjuj dan Makjuj lubang besar seperti ini."

Dan beliau melingkarkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya. Lalu Zaenab bertanya, "Ya Rasulullah apakah kami akan binasa padahal di kalangan kami terdapat banyak orang-orang yang saleh?" Beliau menjawab, "Ya, apabila kejahatan sudah banyak jumlahnya." (Riwayat al-Bukhari)

Benteng Dzulqarnain
Tatkala Dzulqarnain sampai ke suatu tempat di antara dua buah gunung yang terletak di belakang sungai Jihun di negeri Balkh dekat kota Tirmiz, dia berjumpa dengan segolongan manusia yang hampir tidak mengerti pembicaraan kawan-kawannya sendiri apalagi bahasa lain. Bahasa mereka sangat berbeda dengan bahasa-bahasa yang dikenal oleh umat manusia dan taraf kecerdasan mereka pun sangat rendah.

Mereka menceritakan tentang Yakjuj dan Makjuj, yang oleh sebagian peneliti ditengarai sebagai bangsa Tartar dan Mongol. Mereka membuat kerusakan di muka bumi dengan pembunuhan, perampasan dan segala macam keganasan. "Maka bersedialah kamu menerima sesuatu upah dari kami yang kami kumpulkan dari harta benda kami supaya kamu membuatkan benteng untuk menjaga kami dari serbuan mereka," pinta mereka.

Dialog ini terekam dalam al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 93:

حَتّٰٓى اِذَا بَلَغَ بَيۡنَ السَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِنۡ دُوۡنِهِمَا قَوۡمًا ۙ لَّا يَكَادُوۡنَ يَفۡقَهُوۡنَ قَوۡلًا
قَالُوۡا يٰذَا الۡقَرۡنَيۡنِ اِنَّ يَاۡجُوۡجَ وَمَاۡجُوۡجَ مُفۡسِدُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلٰٓى اَنۡ تَجۡعَلَ بَيۡنَـنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّا‏

Artinya: Mereka berkata, "Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?" ( QS Al-Kahfi (18) : 93).

M Quraish Shihab dalam "Tafsir Al-Mishbah" mengatakan kata Yakjuj dan Makjuj diperselisihkan bukan saja tentang siapa mereka, tetapi juga tentang pengertian kebahasaannya.

Sementara ulama berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata al-aujah yakni kebercampuran. Ada juga yang berpendapat dari kata al-auj yakni kecepatan berlari. Penamaan itu lahir karena mereka adalah suku yang bercampur baur. Jika demikian, nama itu adalah terjemahan bahasa Arab dari satu kata yang digunakan oleh suku penyerang itu.

Ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut asli dari bahasa Cina yang berubah pengucapannya dalam bahasa Arab.

Thabathaba’i menulis bahwa dalam bahasa Cina kata tersebut adalah Munkuk atau Muncuk. Mereka adalah putra Adam, yakni Yafist, leluhur orang Turki.

Ada juga yang berpendapat mereka adalah orang-orang Mongol. Salah seorang penganut paham ini adalah Thabathaba’i. Sedang Thahir Ibn ‘Asyur cenderung memahami Yakjuj dan Makjuj adalah aneka suku, atau satu bangsa yang memiliki dua suku besar yaitu Tatar dan Mongol. Atau asal mereka adalah Makjuj lalu suku-sukunya disebut dengan berbagai nama, antara lain Yakjuj, Tatar, Turkuman dan Turki. "Demikian sedikit dari banyak pendapat tentang mereka," tutur Quraish Shihab.

Mendapat tawaran akan upah, Dzulkarnain pun menjawab, "Apa-apa yang telah Allah karuniakan kepadaku yaitu ilmu, pengetahuan yang cukup, kerajaan besar, kekuasaan yang luas dan kekayaan yang melimpah ruah itu adalah lebih baik dari pada upah yang kamu sodorkan kepadaku, maka kami ucapkan terima kasih atas segala kebaikanmu itu dan aku hanya memerlukan bantuan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat agar aku dapat membuatkan benteng antara kamu dan mereka."

Jawaban ini tercantum dalam al-Quran Surat Al-Kahfi (18) ayat 95-98:

قَالَ مَا مَكَّنِّىۡ فِيۡهِ رَبِّىۡ خَيۡرٌ فَاَعِيۡنُوۡنِىۡ بِقُوَّةٍ اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا
اٰتُوۡنِىۡ زُبَرَ الۡحَدِيۡدِ‌ ؕ حَتّٰٓى اِذَا سَاوٰى بَيۡنَ الصَّدَفَيۡنِ قَالَ انْـفُخُوۡا‌ ؕ حَتّٰٓى اِذَا جَعَلَهٗ نَارًا ۙ قَالَ اٰتُوۡنِىۡۤ اُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرًا ؕ‏
فَمَا اسۡطَاعُوۡۤا اَنۡ يَّظۡهَرُوۡهُ وَمَا اسۡتَطَاعُوۡا لَهٗ نَـقۡبًا
قَالَ هٰذَا رَحۡمَةٌ مِّنۡ رَّبِّىۡ‌ ۚ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّىۡ جَعَلَهٗ دَكَّآءَ‌ ۚ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّىۡ حَقًّا ؕ‏

Dia (Zulkarnain) berkata, "Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka.

Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."

Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.

Dia (Zulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar." ( QS Al-Kahfi (18 ) : 95-98)

Benteng yang Kukuh
Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata radman adalah benteng dan pembendung yang kukuh. Ia adalah sesuatu yang diletakkan di atas sesuatu yang lain sehingga saling berdempet. Ini menjadikannya jauh lebih kokoh daripada apa yang dinamai sadd yang juga dapat bermakna benteng atau pembendung.

Ini berarti Dzulqarnain menjanjikan mereka membangun benteng yang lebih baik dan kokoh daripada yang mereka minta. Kata zubr adalah bentuk jamak dari kata zubrah yaitu potongan-potongan besi yang besar. Tentu saja bangunan itu bukan hanya dari besi dan tembaga semata-mata, tetapi juga batu dan lain-lain.

Hanya saja karena besi itu yang terpenting apalagi tidak semudah menemukan batu, sekaligus untuk menggambarkan kekukuhannya, maka besi itulah yang secara khusus disebut di sini.

Kata ash-shadafain adalah bentuk dual dari kata ash-shadaf yaitu sisi dari suatu gunung. Kata ini tidak digunakan kecuali dalam bentuk dual. Asal katanya bermakna bertemu, sehingga tentu saja pertemuan memerlukan dua pihak.

Dari sini kata yang digunakan al-Qur’an ini berarti kedua sisi gunung. Maksudnya, besi yang ditumpuk tersebut telah memenuhi kedua sisi pertemuan kedua gunung dan telah rata dengan kedua puncak gunung itu. Kata qithran terambil dari kata qathara yakni menetes. Yang dimaksud di sini adalah tembaga yang mencair.

Salah satu cara yang ditempuh dewasa ini untuk menguatkan besi adalah mencampurkannya dengan kadar tertentu dari tembaga. Dengan demikian petunjuk yang diberikan Allah kepada Dzulqarnain itu dan diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an ini merupakan salah satu hakikat yang mendahului penemuan ilmiah sekian abad lamanya.

Setelah dinding yang berlapis-lapis itu selesai terbangun dan masyarakat pun menerimanya dengan penuh sukacita, Dzulqarnain bersyukur kepada Allah SWT

Hancurnya Benteng
Allah SWT berfirman:

وَتَرَكۡنَا بَعۡضَهُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ يَّمُوۡجُ فِىۡ بَعۡضٍ‌ وَّنُفِخَ فِى الصُّوۡرِ فَجَمَعۡنٰهُمۡ جَمۡعًا

Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya. ( QS Al-Kahfi : 99)

Pada hari hancurnya benteng besi itu, maka keluarlah Yakjuj dan Makjuj muncul dari belakang benteng gelombang demi gelombang, merusak tanaman dan harta benda seperti yang tersebut dalam firman Allah: "Hingga apabila (tembok) Yakjuj dan Makjuj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi." ( QS al-Anbiya'/21 : 96)

Pada hari terbukanya tembok itu Kami biarkan mereka bercampur aduk dalam keadaan kacau balau, kemudian situasi itu akan mengingatkan penghuni bumi ketika ditiup sangkakala oleh malaikat Israfil pada hari Kiamat, lalu dikumpulkan mereka di padang Mahsyar untuk diadili. Sesuai dengan firman Allah:

Katakanlah, "(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi." ( QS al-Waqi'ah/56 : 49-50)

Dan firman Allah: "Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka." (QS al-Kahfi/18: 47)

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: