Kejujuran Syeikh Abu Umar al-Zujaji terhadap Perampok

 

Tuareg camel herdsmen preparing to mount camels to head to water well in the Sahara desert in the Ténéré region - Tchirozerine, north central Niger.

Jujur sejati itu adalah engkau jujur dalam situasi yang tak menyelamatkaan kecuali dusta, itulah yang dilakukan Syekh Abu Umar al-Zujaji dengan seorang perampok

ADALAH seorang syeikh terkemuka, tinggal di Makkah beberapa tahun lamanya Syeikh Abu Umar al-Zujaji yang punya kisah dengan perampok. Beliau murid kesayangan Imam Junaid, Abů ‘Utsmân, al-Nůri, al-Khawâsh, Ruwaima, dan lain-lain.

Kisah beliau disebutkan dalam Kitab al-Risâlah al-Qusyairiyyah. Beliau wafat tahun 348 H.

Abu Umar al-Zujaji pernah bercerita; “Ketika ibuku wafat, beliau mewariskan sebuah rumah. Aku menjualnya seharga lima puluh dinar. Lalu aku berangkat haji berbekal uang ini. Di tengah jalan, setibanya di Babil, seorang perampok mencegat kafilah kami.”

“Apa yang kau miliki?,” kata perampok itu.

“Kejujuran itu lebih baik,” batinku. Lalu aku menjawab, “Lima puluh dinar.”

“Berikan padaku!” perintahnya.

Aku memberikan sekantong uang itu. Dia membuka dan menghitungnya, dan jumlahnya persis seperti yang kusebutkan.

Perampok itu berkata, “Ambillah, karena kejujuranmu telah menawan hatiku.”

Lalu, dia turun dari untanya. Dia mempersilakan aku menaiki untanya, “Pergilah dengan untaku ini.”

“Aku tidak perlu unta, “ jawabku.

“Harus, “ katanya.

Dia terus meminta agar aku mau menerima tawanya. Akhirnya aku menaiki untanya.

“Aku akan mengikuti jejakmu, “ ujarnya.

Ketika tiba tahun berikutnya, dia menyusulku. Sejak itulah dia tinggal bersama dan berguru kepadaku hingga tutup usia. Imam Junaid biasa berkata, “Jujur sejati itu adalah engkau jujur dalam situasi yang tak menyelamatkaan kecuali dusta.” (dalam Qisasul Auliya’: Kisah Para Kekasih Allah).*

Rep: Ahmad
Editor: -

No comments: