Kisah Nabi Musa dan Lelaki Fasik yang Dicintai Allah

Kisah Nabi Musa dan Lelaki Fasik yang Dicintai Allah
Kisah Nabi Musa dan seorang lelaki fasik dari kalangan Bani Israil patut dijadikan ibrah betapa luasnya rahmat Allah. Foto ilustrasi/ist
Dikisahkan pada zaman Nabi Musa 'alaihissalam ada seorang lelaki Bani Israil yang dikenal fasik dan banyak dosa. Ia tidak mau berhenti dari kefasikannya. Penduduk setempat juga tidak mampu menghentikan kefasikannya.

Dalam Kitab Al-Mawaizh Al-Usfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan akhir hayat lelaki fasik itu berujung indah meskipun meninggal dunia dalam keadaan terasing.

Suatu hari para penduduk memohon kepada Allah atas kefasikan laki-laki itu. Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa 'alaihissalam untuk mengusir laki-laki itu. Allah berfirman: "Sesungguhnya di antara Bani Israil ada seorang laki-laki fasik. Usir ia dari tempat tinggal mereka agar siksaan api tidak menimpa mereka!"

Kemudian Nabi Musa mendatangi lelaki itu dan mengusirnya. Setelah diusir, laki-laki itu pergi ke sebuah desa. Allah memerintahkan Nabi Musa mengusirnya dari desa itu.

Nabi Musa pun mengusirnya dari desa itu. Lelaki itu pun keluar dan pergi menuju padang luas yang tidak ada penghuninya. Tidak ada burung berterbangan dan tidak ada binatang-binatang lain. Beberapa waktu kemudian, laki-laki itu jatuh sakit. Tak seorang pun ada di dekatnya yang bisa menolongnya.

Saking sakitnya, lelaki fasik itu jatuh ke tanah. Di tengah-tengah derita sakitnya, laki-laki itu berdoa: "Ya Allah! Andai ibuku berada di sampingku niscaya ia akan mengasihaniku dan menangisi betapa hinanya diriku. Andai ayahku berada di sampingku niscaya ia akan menolongku, memandikanku dan juga mengkafaniku. Andai istriku berada di sampingku niscaya ia akan menangis karena berpisah dariku. Andai anak-anakku berada di sampingku niscaya mereka semua akan menangis di belakang jenazahku sembari berdoa: 'Ya Allah! Ampunilah ayahku yang terasingkan, yang lemah, yang banyak maksiat, yang fasik, yang terusir dari kota ke kota, dari kota ke desa, dan dari desa ke padang luas. Ia keluar dari dunia menuju akhirat dengan kondisi putus asa dari segala sesuatu kecuali dari rahmat-Mu."

Laki-laki itu kemudian melanjutkan doanya: "Ya Allah! Apabila Engkau memisahkanku dari ibuku, anak-anakku, dan istriku maka janganlah Engkau memisahkanku dari rahmat-Mu. Dan apabila Engkau membakar hatiku dengan berpisah dari mereka maka janganlah Engkau membakarku dengan api neraka-Mu karena kemaksiatanku!"

Kemudian Allah mengutus untuknya bidadari yang menjelma menjadi ibunya, bidadari yang menjelma menjadi istrinya, mengutus anak-anak kecil surga menjadi anak- anaknya, dan satu Malaikat menjelma menjadi ayahnya. Mereka semua duduk di samping lelaki itu dan menangisinya seolah-olah mereka itu adalah anak-anaknya, istrinya, ibunya dan bapaknya yang hadir di sampingnya.

Kemudian hati laki-laki itu pun menjadi lega dan ia berdoa: "Ya Allah! Janganlah Engkau memutuskanku dari rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kemudian lelaki fasik itu meninggal dunia dalam keadaan suci dari dosa-dosa dan diampuni Allah Ta'ala.

Kemudian Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa. "Hai Musa! Pergilah ke padang luas ini dan tempat ini. Di sana ada seorang kekasih-Ku yang meninggal dari kalangan para kekasih-Ku. Mandikan ia, kafani ia dan sholati ia!"

Ketika Nabi Musa sampai di tempat yang diwahyukan, beliau melihat laki-laki fasik yang pernah diusirnya dari kota dan dari desa. Nabi Musa juga melihat para bidadari menangisinya.

Kemudian Nabi Musa berkata: "Ya Allah! Bukankah ia adalah laki-laki fasik yang aku usir dari kota sesuai perintah-Mu?" Allah menjawab: "Iya! Hai Musa! Tetapi aku telah mengasihinya dan mengampuni dosa-dosanya sebab rintihannya saat sakit, dan sebab terpisahnya ia dari tempat tinggal, kedua orang tua, anak- anak dan istri. Kemudian Aku mengutus para bidadari yang menjelma menjadi ibunya dan malaikat yang menjelma menjadi ayahnya karena mengasihi betapa hinanya dirinya dalam keasingannya. Sesaat ketika laki-laki terasing itu mati, para penduduk langit dan bumi menangisinya karena kasihan dengannya."

"Lantas pantaskah Aku tidak mengasihinya padahal Aku adalah Dzat Yang Paling Mengasihi?"

Subhanallah, betapa luasnya rahmat Allah. Kisah ini mengajarkan kita agar tidak sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah.

Syaikh Muhammad Ushfury menukil salah satu Hadis Nabi:

عن ابن مسعود رضي الله تعالى عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الفاجر الراجي رحمة الله تعالى أقرب إلى الله تعالى من العابد المقنط

Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat".
(rhs)Rusman H Siregar

No comments: