Keutamaan Abu Bakar dan Kisah Anjing yang Dapat Berbicara

Keutamaan Abu Bakar dan Kisah Anjing yang Dapat Berbicara
Sosok sahabat terkemuka, Abu Bakar Ash-Shiddiq (kanan) dijuluki Ash-Shiddiq karena orang pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi/tangkapan layar film Omar
Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu merupakan sahabat Nabi yang memiliki banyak keutamaan. Selain termasuk orang-orang pertama memeluk Islam, beliau adalah sahabat paling dicintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Salah satu keutamaannya adalah tidak mengalami hisab pada Hari Kiamat. Hal ini diceritakan dalam Kitab Al-Mawa'izh Al-'Usfuriyah karya Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengan Malaikat Jibril 'alaihissalam. Lalu Rasulullah bertanya: "Apakah umatku akan mengalami hisab atau penghitungan amal?"

"Iya! Mereka akan mengalami hisab kecuali Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, maka ia tidak akan mengalaminya. Kemudian dikatakan kepadanya: Hai Abu Bakar! Masuklah ke dalam surga. Ia menjawab: Aku tidak akan mau masuk ke dalam surga kecuali bersama dengan orang-orang yang mencintaiku di dunia," jawab Jibril.

Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad SAW dari golongan umat beliau. Ibnu Umar pernah berkata: "Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu 'Utsman bin Affan." (HR Al-Bukhari). Beliau juga orang paling pertama beriman kepada Rasulullah, menemani Rasulullah dan membenarkan perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika hijrah.

Kisah Anjing yang Dapat Berbicara
Kisah ini terjadi di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sebuah cerita dengan sanad bersambung kepada Anas bin Malik bahwa ia berkata: "Suatu hari kami sedang duduk di dekat Rasulullah, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari golongan sahabat mendatangi dan menghadap Rasulullah dengan kondisi kedua betisnya berdarah.

"Apa yang telah terjadi dengan kedua betismu?" tanya Rasulullah.

"Aku melewati seekor anjing milik si Fulan yang munafik. Kemudian anjing itu menggigitku," jawab laki-laki itu. "Duduklah," kata Rasulullah menenangkan.

Kemudian laki-laki itu pun duduk di depan Rasulullah SAW. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki lain dari golongan sahabat datang menghadap Rasulullah dengan kondisi kedua betisnya berdarah. Ia berkata: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku melewati seekor anjing milik si Fulan yang munafik. Kemudian anjing itu menggigitku," kata laki-laki itu.

Rasulullah SAW pun segera berdiri dan berkata kepada para sahabatnya: "Antarkan kita melihat anjing ini agar kita bisa membunuhnya."

Kemudian semua sahabat berdiri dan masing-masing membawa pedang. Ketika mereka semua telah mendatangi anjing itu dan hendak memenggalnya, maka anjing itu tiba-tiba berdiri di hadapan Rasulullah SAW dan berkata dengan bahasa yang fasih dan jelas:

"Janganlah kalian membunuhku. Sesungguhnya aku ini anjing yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya."

"Mengapa kamu menggigit kedua laki-laki ini?" tanya Rasulullah.

"Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini adalah anjing yang diperintahkan untuk menggigit siapa saja yang berkata kotor tentang Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan Umar radhiyallahu 'anhu," jawab anjing itu.

Mendengat itu, kemudian Rasulullah berkata: "Hai kalian berdua (laki-laki). Apakah kalian mendengar apa yang dikatakan anjing ini?"

Dua laki-laki itu menjawab: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kami bertaubat kepada Allah dan minta maaf kepada Rasul-Nya." Segala puji adalah milik Allah.

Demikian keutamaan Abu Bakar dan kisah anjing yang dapat berbicara dengan izin Allah. Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah agar dapat meneladani dan mencintai Abu Bakar sebagaimana Nabi juga mencintainya. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar." (HR Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah)

(rhs)Rusman H Siregar

No comments: