Kisah Ibrahim bin Adham: Ketika Kuburan Kian Ramai dan Kota Makin Sepi

Kisah Ibrahim bin Adham: Ketika Kuburan Kian Ramai dan Kota Makin Sepi
Ibrahim bin Adham mengaakan setiap hari kuburan semakin ramai, dan kota semakin sepi. Foto/Ilustrasi: Ist
Farid al-Din Attar dalam bukunya berjudul "Tadhkirat al-Auliya’" menyampaikan sejumlah kisah tentang karamah Ibrahim bin Adham salah satunya adalah kisah berikut ini:

Pada suatu hari Ibrahim bin Adham melakukan perjalanan di gurun. Di tengah jalan ia ditegur oleh seorang prajurit. “Siapakah engkau?”

“Seorang pelayan,” jawab Ibrahim bin Adham.

“Manakah jalan menuju ke permukiman?” tanya prajurit itu lagi.

Ibrahim menunjuk ke kuburan.

“Engkau mengolok-olokku,” teriak prajurit itu lalu menyerang Ibrahim. Kepala Ibrahim pun terluka, dan darah menyembur keluar.

Selanjutnya, prajurit itu mengikatkan tali ke leher Ibrahim dan menyeretnya. Orang-orang dari kota terdekat yang datang ke arah itu berhenti menyaksikan peristiwa tersebut.

“Orang bodoh, dia adalah Ibrahim-e Adham (“e” biasanya digunakan oleh orang-orang Persia, maknanya sama dengan “bin”, yang berarti “putra”), sahabat Allah,” teriak mereka.

Prajurit itu tersungkur di kaki Ibrahim dan memintanya untuk memaafkannya dan membebaskannya dari kesalahan yang telah dilakukannya.

“Engkau mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah seorang pelayan,” dia membela diri.

“Siapa di sini yang bukan seorang pelayan?” Ibrahim menjawab.

“Aku melukai kepalamu, dan engkau berdoa untukku,” kata prajurit itu.

“Aku berdoa agar engkau diberkahi atas caramu memperlakukanku,” jawab Ibrahim. “Ganjaranku untuk caramu memperlakukanku adalah surga, dan aku tidak berharap ganjaranmu mesti neraka.”

“Mengapa engkau menunjuk ke kuburan ketika aku menanyakan jalan ke permukiman?” prajurit itu bertanya.

“Karena setiap hari kuburan semakin ramai, dan kota semakin sepi,” jawab Ibrahim.
mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: