Orangtua Para Pembebas Baitul Maqdis di Yerusalem

 Anak-anak belajar di kelas di tengah pandemi COvid-19.

Anak-anak belajar di kelas di tengah pandemi COvid-19.

Foto: istimewa
Bercermin pada orang tua shalahuddin Al Ayubi
Uttiek M Panji Astuti, Penulis Buku dan Traveller.
Presiden meminta pembelajaran tatap muka (PTM) dievaluasi, khususnya di tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten seiring kasus harian Covid-19 yang mengalami peningkatan signifikan. [Republika, 1/2].

Beberapa hari terakhir sekolah-sekolah kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh seiring dengan kenaikan kasus Omicron.

Bagi orangtua ini bak simalakama. Di satu sisi, angka kenaikan itu tak bisa diabaikan. Di sisi lain, baru sejenak “bernafas lega” karena anak-anak kembali ke bangku sekolah setelah hampir dua tahun, eh, harus belajar dari rumah lagi.

Tak hanya orangtua yang menginginkan anaknya kembali ke sekolah. Anak-anak pun juga sudah tak betah belajar dari rumah. Seperti survei yang dilakukan UNICEF secara online pada 4.000 anak Indonesia di 34 provinsi.

Hasilnya, sekitar dua pertiga (66 persen) mengatakan mereka merasa tidak nyaman belajar dari rumah dan mayoritas (87 persen) mengatakan ingin segera kembali ke sekolah. 

Namun, setengah (50 persen) responden mengatakan mereka percaya akan lebih baik untuk kembali ke sekolah setelah jumlah kasus COVID-19 berkurang.

Di balik itu semua, banyak juga orangtua yang mempunyai success story mendampingi anaknya belajar dari rumah saat pandemi. 

Kalau sebelumnya di sekolah anak cenderung pasif dan prestasinya pas banderol, justru setelah belajar di rumah menunjukkan kemajuan yang pesat. Kuncinya adalah visi misi besar orangtua. Sebagaimana yang dicontohkan Najmuddin Ayyub dan Sit Khatun, istrinya.

Syahdan sampai lewat usia, Najmuddin belum juga berkenan menambatkan hatinya pada seorang gadis. Sekalipun banyak kandidat potensial yang disodorkan padanya. Mulai putri para bangsawan hingga putri sultan.

“Aku menginginkan istri shalihah yang akan menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan anak-anak yang akan ia tarbiyah dengan tangannya sendiri hingga mampu mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin,” jawabnya saat ditanya pamannya, Asaduddin Syirkuh bin Syadzi

“Mana ada gadis yang seperti itu?” kejar Sang Paman.

Sungguh, Allah Maha Mendengar. Siapa nyana suatu hari ia mendengar seorang gadis bicara pada Syaikh di sebuah masjid di Tikrit.

“Aku menginginkan seorang pemuda yang menggandeng tanganku ke surga dan melahirkan darinya anak-anak yang akan mengembalikan kemuliaan Baitul Maqdis pada kaum Muslimin”

Mendengar percakapan itu, Najamuddin langsung meminangnya. Dari pernikahan dua orang bervisi besar itu lahirlah Sang Pahlawan Pembebas Baitul Maqdis, Shalahuddin Al Ayyubi.

Bukan suatu yang mustahil kalau menginginkan kemuliaan yang sama: melahirkan anak-anak yang akan membebaskan Baitul Maqdis. 

Caranya, tarbiyah mereka dengan tangan sendiri sebagaimana yang dicontohkan Najamuddin Ayyub dan Sang Istri.

Jakarta, 4/2/2022

Rol

No comments: