Kisah Uwais Al-Qarni : Mengajarkan Anak Tentang Berbhakti

Kisah Uwais Al-Qarni : Mengajarkan Anak Tentang Berbhakti
Uwais al Qarni adalah salah satu sahabat nabi yang juga seorang pemuda yang sangat berbhakti kepada ibunya. Foto ilustrasi/istimewa
Salah satu kisah yang perlu kita ceritakan dan kita sampaikan kepada anak-anak adalah kisah Uwais Al-Qarni. Ini tentang kebaktian seorang anak kepada orang tua. Karena salah satu harapan orang tua ketika mendidik anaknya adalah agar anak itu menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Ustadz Abu Ihsan Al Atsaary menjelaskan, kisah Uwais Al-Qarni salah satu kisah yang mungkin bisa memberikan manfaat bagi anak-anak kita tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Kisah ini dituturkan oleh Usair bin Jabir Radhiyallahu ‘Anhu.

Beliau berkata bahwa ketika kafilah dagang dari Yaman datang, Umar bin Khattab bertanya: “Apakah bersama kalian ada orang yang bernama Uwais bin Amir?” Maka seseorang dari mereka menjawab: “Ada.”

Kemudian Uwais dibawa ke hadapan Umar, dan Umar bertanya: “Kamukah Uwais bin Amir yang berasal dari Kabilah Murad, kemudian dari Qarn?” Ia menjawab: “Iya benar.”

Maka Umar bertanya lagi: “Apakah kamu pernah menderita kusta lalu sembuh setelah diobati namun tersisa bekasnya seukuran mata uang dirham?” Ia menjawab: “Iya, benar.”

Umar kemudian bertanya lagi: “Apakah ibumu masih hidup?”

Ia menjawab: “Iya, ibuku masih hidup.”

Maka Umar memberitahukan kepadanya bahwa telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Akan datang kepada kalian seorang yang bernama Uwais bin Amir yang berasal dari Murad, kemudian dari Qarn, bersama sejumlah penduduk Yaman. Ia pernah menderita penyakit kusta lalu sembuh, namun tersisa bekasnya seukuran mata uang dirham. Ibunya masih hidup. Dan dia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Andaikata ia bersumpah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkannya. Jika kalian mampu meminta kepadanya maka mintakan ampunan untuk kalian, maka lakukanlah.”

Setelah menyampaikan sabda Nabi tersebut, Umar berkata kepadanya: “Mintakanlah ampunan untukku.” Maka Uwais pun memintakan ampunan untuk Umar.

"Ini luar biasa tawadhu’nya Umar. Ketika mengetahui keutamaan seseorang ia mengakuinya dan tidak segan bertawassul kepada orang shalih dengan minta doa kepadanya. Ini salah satu bentuk tawassul yang dibolehkan,"ungkap dai yang rutin memberi kajian parenting islami ini.
Wallahu A'lam
(wid)Widaningsih

No comments: