Khalifah Harun ar-Rasyid Mencari Ilmu

 

SUATU saat, Imam Malik diminta oleh Khalifah Harun ar-Rasyid untuk berkunjung ke istana dan mengajar hadis kepadanya. Namun, ulama yang bergelar Imam Dar al-Hijrah itu meminta agar khalifah yang datang sendiri ke rumahnya untuk belajar. “Wahai Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi,” kata Imam Malik.

Akhirnya, Harun ar-Rasyid yang datang kepada Imam Malik untuk belajar. Meski seorang khalifah, Harun ar-Rasyid mencari ilmu dengan cara yang biasa ditempuh oleh kalangan rakyat jelata, yakni dengan mendatangi para ulamanya.

Tidak hanya terhadap Imam Malik, Harun ar-Rasyid juga menjaga ketawadukan di hadapan guru-guru para putranya.

Suatu saat, Harun ar-Rasyid pernah meminta kadi istananya untuk mengundang para ulama hadis agar mengajar hadis di istananya. Namun, tidak ada yang merespons undangan itu, kecuali undak ada yang dua ulama, yaitu Abdullah bin Idris dan Isa bin Yunus.

Mereka bersedia mengajarkan hadis dengan syarat, yakni belajarnya harus dilaksanakan di rumah mereka tidak di istana. Akhirnya, kedua putra Harun ar-Rasyid, al Amin dan al-Makmun, mendatangi rumah Abdullah bin Idris.

Dari Abdullah bin Idris, dua putra khalifah itu memperoleh pengajaran seratus hadis. Sebagai ucapan terima kasih, al-Makmun memberikan 10 ribu dirham. Namun, Isa bin Yunus menolak dan mengatakan, “Hadis Rasulullah ﷺ tidak untuk mendapatkan apa apa, walau hanya segelas air untuk minum.”

Demikianlah, kebesaran, kehebatan, serta kekuasaan tidak membuat Harun ar-Rasyid bersifat sombong. Lebih dari itu, beliau merendahkan hati dan mendidik anak anaknya dengan teladan yang baik sehingga tercapailah masa yang paling gemilang pada zaman itu.

Pengajaran sikap tawadu’ Harun ar-Rasyid kepada putra-putranya tidak hanya mengandalkan para ulama, namun ia sendiri memberi teladan kepada putra-putranya. (Sejarah Kebudayaan Islam, H. Abu Ahmad-Sungarso, sebagaimana tercatat dalam al-Adab as-Syari’iyah oleh as-Safarini).*

Rep: Ahmad
Editor: Bambang S

No comments: