Pra-Islam: Pemeluk Yahudi Masuk Wilayah Arab dan Peristiwa Ashabul Ukhdud

Pra-Islam: Pemeluk Yahudi Masuk Wilayah Arab dan Peristiwa Ashabul Ukhdud
Situs reruntuhan Kota Najran tempat kisa Ashabul Ukhdud terjadi di Yaman. Kisah yang diceritakan dalam surat al-Buruj. (Foto/Ilusrasi: richardwilding)
Sebelum Islam datang, penduduk wilayah Arab sebagian sudah memeluk agama Yahudi dan Nasrani . Umat Yahudi telah lama tersebar di Khaibar, Yatsrib (Madinah), Wadi al-Qura, Fadak, Taima, dan di bagian selatan, khususnya Himyar. Penyebaran agama ini diwarnai kekerasan. Salah satunya adalah para peristiwa Ashabul Ukhdud.

Dr Abdul Aziz MA dalam bukunya berjudul "Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam" menyebutkan berbagai riwayat historis mengenai penyebaran agama Yahudi di kalangan orang Arab kurang begitu jelas.

Salah satu riwayat mengaitkan penyebaran agama ini dengan peristiwa hijrahnya orang Yahudi dari Babylonia sekitar tahun 606 SM di masa Raja Nebukadnezar (Bukhtanasar) yang kekuasaannya mencakup Palestina.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitab 'Sirah Nabawiyah' menjelaskan penaklukan bangsa Babylonia dan Asyur di Palestina oleh Nebukadnezar mengakibatkan tekanan terhadap orang-orang Yahudi. Banyak di antara mereka yang ditawan dan dibawa ke Babylonia.

Sebagian orang Yahudi lainnya meninggalkan Palestina dan pindah ke Hijaz bagian utara.

Riwayat lain menyebutkan, sebagian orang Yahudi bermigrasi ke wilayah selatan dari Kanaan di Palestina pada masa kekuasaan Romawi di bawah Kaisar Titus pada 70 M dan sebagian lagi pada masa Kaisar Adrianus tahun 132 M.

Pencaplokan bangsa Romawi terhadap Palestina ini disertai tekanan terhadap orang-orang Yahudi dan penghancuran tempat suci mereka.

Lalu banyak kabilah Yahudi yang berpindah ke Hijaz kemudian menetap di Yatsrib, Khaibar, dan Taima. Di sana orang Yahudi mendirikan perkampungan Yahudi dan benteng pertahanan. Dalam kondisi itulah, agama Yahudi menyebar di sebagian masyarakat Arab melalui orang-orang Yahudi imigran itu.

Menurut Abdul Aziz, Palestina di masa silam merupakan bagian Semenanjung Arabia yang tidak memiliki perintang apa pun bagi orang Yahudi untuk bermigrasi ke wilayah selatan Arabia, bukan hanya untuk mencari daerah subur tempat mengembangkan keahlian pertanian mereka tetapi juga untuk tujuan dagang dan keagamaan.

"Bukti sejarah berupa pekuburan orang Yahudi Himyar (Homeriton) di timur kota Haifa memperlihatkan bahwa generasi Yahudi Yaman banyak yang menjalin hubungan dengan orang Yahudi Palestina," tulisnya.

Gelombang pertama imigran Yahudi ke selatan diduga bermukim di Khaibar, sehingga daerah ini menjadi permukiman Yahudi tertua di selatan.

Menurut sebagian ahli, Khaibar berasal dari kata Ibrani Kheber, berarti kelompok, jemaat, atau markas tentara. Permukiman di daerah subur ini dimulai oleh Syaftia bin Mahlayel dari Bani Farish. Namun, Yatsrib-lah yang kemudian jadi pusat orang Yahudi Arab.

Sebelum kedatangan mereka dari utara, di kota itu telah bermukim kabilah-kabilah Arab. Mereka menyambut baik kedatangan orang-orang Yahudi dan bahkan sebagian kecil kabilah Arab itu kemudian menganut agama Yahudi. Hal ini terlihat dari nama-nama kabilah yang asli Arab, seperti Bani Auf, Bani Ikrimah, atau Bani Tsa'labah. Maka, sebagian ahli menduga bahwa Yahudi Bani Qainuga pun sebenarnya orang Arab yang telah lama memeluk agama itu.

Melalui kemampuan bertani, menjinakkan binatang, dan berdagang, orang Yahudi meraih pengaruh kuat di kota itu. Tetapi setelah kedatangan kabilah Arab dari selatan, al-Aus dan al-Khazraj, pengaruh mereka melemah dan terkalahkan oleh kedua kabilah tersebut.

Ashabul Ukhdud
Agama Yahudi juga merambah ke wilayah Yaman karena dibawa oleh As'ad Abu Karib. Mulanya, Abu Karib pergi berperang ke Yatsrib dan ketika itulah ia kemudian memeluk agama Yahudi di sana. Sepulangnya ke Yaman, dia membawa dua pemuka Yahudi dari Bani Quraizhah sehingga agama Yahudi pun menyebar di sana.

Setelah As'ad Abu Karib meninggal dunia, digantikan oleh anaknya, Zur’ah Dzu Nuwas. Sang anak ini berhasil membangun Kerajaan Himyar serta pernah menaklukkan kota Najran dan memaksa penduduknya yang beragama Nasrani memeluk Yahudi.

Hanya saja, orang-orang Masehi penduduk Najran menolak sehingga mereka dimasukkan ke dalam parit lalu dibakar. Semua orang dibantai dalam peristiwa ini dan tidak ada yang tersisa. Ini terjadi pada tahun 523 Masehi dan diabadikan dalam Al-Quran Surah Al-Buruj .

Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam diceritakan, warga Najran lebih memilih mati daripada meninggalkan ajaran tauhid Nabi Isa lantas menjadi Yahudi. Terjadilah penangkapan besar-besaran terhadap rakyat. Mereka yang melawan langsung dibunuh dan dicincang.

Pada saat inilah terjadi apa yang disebut peristiwa Ashabul Ukhdud. Ibnu Hisyam menafsirkan bahwa apa yang dimaksud dengan Ukhdud adalah sebuah lubang yang memanjang di tanah seperti parit, aliran air dan sebagainya. Jamak dari kata Ukhdud adalah Akkahadiid.

Ashabul Ukhdud merupakan kisah keteguhan orang-orang beriman yang memperjuangkan ketauhidan mereka kepada Allah SWT. Demi mempertahankan keimanannya, mereka rela mengorbankan nyawa.

Dzu Nuwas memerintahkan pasukannya menggali parit panjang diisi dengan api menyala-nyala. Para tawanan terdiri lelaki, perempuan, dewasa, dan anak-anak dibariskan di pinggir parit berapi itu.

Mereka yang menolak agama Yahudi didorong ke dalam parit yang membakarnya hidup-hidup. Jumlah orang Najran yang dibantai dalam peristiwa ini mencapai 20.000 jiwa.

Diceritakan dalam ayat 4-7 surat al-Buruj, penguasa zalim Dzu Nuwas dan para pejabatnya menikmati kezalimannya dengan menyaksikan siksaan orang-orang beriman yang dibakar dalam parit. Raja dan pejabatnya menonton penyiksaan itu dengan duduk di atasnya.

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: