Kisah Nabi Shaleh Tidur 40 Tahun, Setelah Allah Mandulkan Istri dan Ternak Kaum Tsamud

Kisah Nabi Shaleh Tidur 40 Tahun, Setelah Allah Mandulkan Istri dan Ternak Kaum Tsamud
Madain Shaleh, di tempat inilah Nabi Shaleh diutus Allah SWT (Foto/Ilustrasi: Ist)
Nabi Shaleh AS sudah berdakwah selama 70 tahun kepada kaum Tsamud namun hasilnya amat minim. Lalu Allah memandulkan istri, sapi-sapi, dan domba-domba piaraan mereka. Tumbuh-tumbuhan mereka pun dikeringkan dan kuda-kuda lari dari mereka. Kaum Tsamud pun marah besar. Semua kesialan itu ditimpakan kepada Nabi Shaleh.

Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan kaum Tsamud bertekad menghabisi Nabi Shaleh. Karena merasa terancam, Nabi Shaleh AS pun lari meninggalkan mereka, pergi ke sebuah gunung yang ada guanya.

Dia masuk ke dalam gua itu. Di dalamnya dia melihat sebuah ranjang yang terbuat dari emas. Di atas ranjang tersebut ada hamparan yang sangat mewah. Dia melihat permata yang bisa menerangi keadaan di dalam gua.

Melihat hal itu, Nabi Shaleh AS pun terheran-heran, lalu dia tidur di atas hamparan dan ranjang tersebut. Lamanya tidur Nabi Shaleh AS tersebut kira-kira mencapai 40 tahun dan tidak ada seorang pun yang tahu ke mana perginya.

Sekadar mengingatkan, Nabi Shaleh diutus pada kaum Tsamūd. Dalam daftar 25 nabi, Nabi Shaleh berada di urutan kelima, setelah Nabi Hud dan sebelum Nabi Ibrahim.

Allah SWT berfirman: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS al-A’raaf:73).

Dia adalah Shaleh bin Kanuk yang diutus oleh Allah kepada kabilah Tsamud. As-Sadi mengatakan, Tsamud adalah nama sebuah sumur yang ada di daerah perbatasan antara Hijaz dan Syam.

Ibn Ishaq mengatakan, setelah Allah membinasakan kaum ‘Ad dengan angin, kaum Tsamud memakmurkan negeri mereka. Mereka menjadikan gunung sebagai rumah yang dilubangi dengan dipahat.

Di rumah itu mereka membuat pintu yang terbuat dari kayu yang dilapisi besi. Allah telah melapangkan kaum Tsamud dengan banyaknya harta.

Setelah mereka mendapatkan tempat di bumi, mereka berlaku sewenang-wenang, melanggar perintah Allah dan menyembah berhala. Maka, Allah mengutus Shaleh kepada mereka.

Berhala Tertunduk
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas mengutip satu riwayat mengatakan kelahiran Nabi Shaleh AS terjadi pada malam Jumat di bulan Muharram. Di malam kelahirannya, semua berhala tertunduk. Berita itu sampai kepada raja, dan dia pun sangat sedih.

“Siapa orangnya yang telah menundukkan berhala-berhala kami?” tanyanya.

Pada saat itu, Iblis masuk ke dalam berhala dan berkata, “Hai penduduk Tsamud, di lingkungan kalian ada seorang anak yang lahir, namanya Shaleh, yang akan merusak agama kalian.”

Setelah Nabi Shaleh tumbuh besar, dia menjadi orang yang paling elok di zamannya dan lisannya fasih berbahasa Arab. Ketika dia menginjak umur 40 tahun, Allah mewahyukan kepadanya agar mengajak kaum Tsamud untuk mengesakan Allah dan melarang mereka dari menyembah berhala.

Setelah menerima wahyu itu, Shaleh pergi ke kaumnya; dia melihat mereka sedang berkumpul dalam hari raya mereka. Mereka telah menjejerkan berhala-berhala mereka yang terbuat dari emas. Lalu Shaleh datang dan berdiri di hadapan raja.

Dia berkata kepadanya, “Ketahuilah! Aku datang kepada kalian sebagai seorang rasul (utusan) Tuhan semesta alam. Aku mengajak kalian untuk mengesakan-Nya.”

Raja berkata kepada Nabi Shaleh AS, “Hai Shaleh, sesungguhnya kabilah-kabilah Tsamud tidak rela bila orang sepertimu menjadi rasul yang diutus kepada mereka.”

Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Allah mengkhususkan utusan-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya.”

Kemudian raja itu menghadap kepada kaumnya dan berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian?”

Mereka menjawab, “Shaleh itu amat pendusta lagi sombong.”

Selanjutnya Nabi Shaleh AS membangun sebuah masjid di tengah-tengah kabilah Tsamud. Setiap hari dia selalu beribadah dan mengajak kaum Tsamud untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tetap dalam kesesatannya.

Dakwah itu dilakukan oleh Nabi Shaleh selama 70 tahun. Begitulah, lalu Allah memandulkan istri, sapi-sapi, dan domba-domba piaraan mereka. Tumbuh-tumbuhan mereka pun dikeringkan dan kuda-kuda lari dari mereka.

Pada saat itu, mereka bermaksud membunuh Nabi Shaleh AS. Maka, Nabi Shaleh AS pun lari meninggalkan mereka pergi ke sebuah gunung yang ada guanya. Di dalam gua itu Allah menidurkan Nabi Shaleh selama 40 tahun. Tidak ada seorang pun yang tahu ke mana perginya.

Mukjizat Nabi Shaleh
Ketika Nabi Shaleh AS terjaga dari tidurnya, Allah mewahyukan kepadanya, “Kembalilah kepada kaum Tsamud, ajaklah mereka untuk bertauhid.”

Maka Nabi Shaleh pun datang kepada kaumnya ketika mereka sedang berkumpul dalam hari raya mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya. Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”

Tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh, berhala-berhala berjatuhan sehingga raja berkata kepada Shaleh, “Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini.”

Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”

Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Batu itu berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya. Lalu dari batu itu keluarlah seekor unta berikut anaknya.

Unta tersebut mengatakan, “Tidak ada tuhan kecuali Allah; Shaleh AS adalah utusan Allah.”

Akhirnya, raja beserta beberapa orang beriman. Kemudian unta itu beserta anaknya berjalan menuju gunung dan lembah untuk mencari rumput. Ketika datang waktu sore, unta itu memasuki kota dan berkeliling kepada orang-orang untuk memberi salam dan memberikan susunya.

Kaum itu keluar dengan membawa wadah dan meletakkannya di bawah payudara unta sampai wadah-wadah tersebut penuh dengan susu. Ketika mereka semua telah merasa cukup, unta itu datang ke Masjid Nabi Shaleh. Unta itu diam di sana beserta anaknya.

Hal itu terus berjalan untuk beberapa lama. Hanya saja, orang-orang kafir membunuh unta itu, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah: Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan (QS an-Naml : 48).

As-Sadi mengatakan, “Peristiwa penyembelihan unta itu terjadi pada hari Rabu tanggal delapan dari bulan Shafar.”

Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Bersenang-senanglah di rumah kalian selama tiga hari. Setelah itu azab akan datang kepada kalian. Tanda-tandanya adalah di hari pertama, wajah-wajah kalian akan berubah warna menjadi merah. Pada hari kedua, akan berubah menjadi kuning, dan pada hari ketiga, berubah menjadi hitam.”

Ketika mereka melihat tanda-tanda yang telah disebutkan oleh Nabi Shaleh tampak pada wajah mereka, maka mereka bermaksud untuk membunuh Nabi Shaleh.

Selanjutnya, Allah mewahyukan kepada Nabi Shaleh untuk pergi dari tengah-tengah kaum Tsamud beserta orang-orang yang beriman kepadanya.

Setelah mendapatkan perintah tersebut, Nabi Shaleh AS pergi beserta orang-orang mukmin ke daerah Syam; lalu mereka menetap di Palestina. Ketika kaum Tsamud bangun pagi di hari keempat, mereka merasakan telah diselimuti oleh kematian. Mereka kenakan kain kafan dan menunggu turunnya azab.

Ketika tiba hari Ahad tanggal 12 Shafar, ada sebuah teriakan dari langit datang kepada mereka sehingga jantung mereka berjatuhan dari dada-dada mereka. Mereka semua mati, baik yang tua maupun yang mudanya.

Itulah firman Allah: Maka jadilah mereka mayat-mayat bergelimpangan di tempat tinggal mereka ( QS al-A’raaf :78).

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: