Kisah Nabi Jirjis, Adakah Nabi Setelah Nabi Isa Selain Nabi Muhammad SAW?

Kisah Nabi Jirjis, Adakah Nabi Setelah Nabi Isa Selain Nabi Muhammad SAW?
Masjid Jirjis di Mosul Irak setelah dihancurkan ISIS. (Foto/Ilustrasi: AP
Jirjis oleh sebagian ulama digambarkan sebagai nabi yang memiliki mukjizat dari Allah SWT. Dia dibunuh sebanyak 70 kali dan selalu hidup kembali. Hanya saja, kisah tentang Nabi Jirjis, perihal kapan masa kenabiannya, lokasi dia diutus, banyak versi.

Abi Nashr Muhammad bin Abdurrahman al-Hamdani dalam bukunya berjudul "As-Sabi’yat fi Mawa’izh al-Bariyat" menyebut Jurjis diutus pada masa Bani Israil dipimpin raja yang bernama Darriyan.

Konon sang Raja mewajibkan rakyatnya untuk menyembah berhala di kuil yang ia bangun. Mereka yang tidak patuh akan dilemparkan ke dalam kubangan api yang menyala-nyala. Sudah banyak rakyat yang menjadi korban kekejamannya.

Allah mengutus Jirjis bin Qulthin untuk menyeru kebenaran. Suatu ketika Jirjis bertemu dengan Darriyan. Nabi Jirjis berkata dengan tenang, “Mengapa kamu tunduk menyembah berhala yang tidak dapat mendengar, melihat dan tidak dapat memberi kekayaan kepadamu?”

“Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh nikmat kemegahan ini kuperoleh sejak aku menyembah berhala-berhala itu. Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu pada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu,” jawab Raja Darriyan.

“Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna. Sedangkan nikmat akhirat yang Allah anugerahkan padaku akan langgeng,” ujar Nabi Jirjis.

Setelah itu, mereka berdua berdebat makin sengit. Merasa terdesak, emosi Darriyan bangkit. Saking murkanya pada Jirjis, Darriyan memerintahkan pengawalnya untuk menyiksa beliau. Jirjis kemudian disiram dengan air mendidih yang dicampuri dedaunan sehingga kulitnya melepuh. Daging beliau kemudian diiris-iris sehingga tulangnya terlihat.

Jirjis pun wafat. Namun, dengan kekuasaan Allah, Jirjis bangkit kembali dengan rupa yang lebih menawan dibanding sebelumnya.

Melihat kejadian aneh ini, Darriyan kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membawa enam pasak besi. Dua kaki Jirjis diikat dan direntangkan, lalu keenam pasak tersebut ditancapkan pada tubuh beliau.

Jirjis pun wafat kembali dengan mengenaskan. Namun, Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk mencabuti pasak tersebut. Jirjis pun hidup kembali. “Wahai yang zalim, katakanlah tidak ada Tuhan selain Allah!” teriak Jirjis kepada Darriyan.

Darriyan semakin murka. Ia memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Jirjis ke belanga besar dengan air bergolak. Jirjis direbus dalam belanga tersebut. Lagi-lagi Jirjis wafat. Namun dengan izin Allah, lagi-lagi, beliau hidup kembali.

Darriyan kemudian terus menerus menyiksa Jirjis dengan siksaan yang beragam hingga 70 kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga 100 kali. Namun setiap beliau wafat, beliau dihidupkan kembali oleh Allah SWT.

“Jirjis, jika kau menaatiku, aku akan menaatimu. Sembahlah berhalaku sekali saja, dan aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?” ujar Darriyan setelah kewalahan dan kehabisan akal.

Jirjis lama tidak menyahut, sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka beliau akan menerima tawaran itu.

“Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan berbagai siksaan. Sekarang marilah ke rumah untuk menghilangkan keletihanmu malam ini,” ujar Darriyan kemudian.

Jirjis kemudian mengikuti Darriyan menuju rumah, namun bukan untuk menerima tawaran tadi, melainkan untuk mencari cara mengislamkan raja zalim tersebut.

Di rumah Darriyan, Jirjis semalam suntuk menunaikan sholat dan membaca Kitab Zabur. Bacaannya malam itu meresap ke hati sang permaisuri. Istri Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam.

Pagi harinya, Darriyan sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis sujud pada berhalanya. Namun beliau menolak keras. Akhirnya beliau dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu. Di gubuk itulah beliau dipenjara tanpa diberi makan dan minum.

Suatu hari, ketika merasa lapar, Jirjis berdoa kepada Allah. Dengan izin Allah, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah tumbuh, menghijau, dan berbuah. Menyaksikan hal yang menakjubkan tersebut, sang nenek memohon kepada Jirjis untuk berdoa pada Allah supaya menyembuhkan putranya. Sang nabi pun memenuhi permintaan tersebut. Putra sang nenek tersebut kemudian sembuh dan memeluk Islam.

Jirjis berkata, “Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja. Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.”

Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Jirjis pada 70 berhala tersebut. Dengan izin Allah, patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Jirjis.

Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Jirjis memberi isyarat kepada bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.

Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil di panggung istana dan berkata, “Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian. Segeralah kalian masuk Islam. Percayalah, Jirjis adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”

Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya, “Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”

Sang permaisuri menjawab, “Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezalimanmu belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”

Darriyan kemudian membunuh sang permaisuri dengan sangat kejam.

Menyaksikan kejadian itu, Jirjis berdoa: “Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”

Seusai berdoa, Nabi Jirjis melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh beliau. Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.
Meminta Hujan
Ini adalah salah satu kisah saja. Kisah lainnya bisa merujuk pada riwayat dari Hatim al-Ashom dan dari sekelompok ulama bahwasannya Nabi Allah Jirjis (Nabi Bani Israil) hidup di zaman raja yang zalim. Suatu kali Allah tidak menurunkan hujan sehingga negerinya nyarus hancur.

Maka raja zalim yang kafir ini berkonvoi bersama bala tentaranya hingga sampai ke depan pintu rumah Nabi Jirjis, dan mereka mendapati Nabi Jirjis di tempat Ibadahnya sedang memperbanyak tasbih dan mensucikan Allah.

Lalu raja itu berkata: "wahai Jirjis, sesungguhnya aku membawakan kepadamu surat untuk Tuhanmu, katakan kepada-Nya: "Datangkan untuk kami hujan. Jika tidak, aku akan menyakiti-Nya dengan kesakitan yang akan didengar oleh seluruh manusia dan tidak akan ada yang menurunkan hujan kepada kami selain Dia. Nabi Jirjis terdiam.

Lalu turun Malaikat Jibril dan berkata: "Tuhanmu berfirman kepadamu: 'Tanyakan kepadanya dengan apa engkau menyakiti Tuhan?' maka Nabi Jirjis bertanya kepadanya.

Lalu sang Raja menjawab: "Tidak ada kemampuan bagiku untuk menyakiti-Nya kecuali dengan satu cara karena Ia Maha Kuat dan aku lemah. Hanya saja aku akan menyakiti kekasihnya dan siapa saja yang menyakiti kekasihnya maka sungguh itu akan menyakiti-Nya."

Kemudian Jibril datang lagi dan berkata: "Wahai Jirjis katakan kepadanya: 'jangan engkau lakukan maka kami akan mendatangkan hujan untukmu.'"

Kemudian setelah itu turun hujan dan padang pasir di penuhi dengan air(banjir) dan Allah memerintahkan kepada bumi maka tumbuh tumbuh-tumbuhan yang tidak ada yang seperti itu sebelumnya.

Ketika raja melihat itu maka ia kembali kepada Jirjis dan beliau tetap berada di tempat ibadahnya, maka Nabi Jirjis keluar menemuinya dan berkata: :Hai kamu apalagi yang kamu inginkan dari kami, jangan engkau sibuk dengan hartamu atas kami? Nabi Jirjis khawatir raja meminta hal yang lain.

Maka raja berkata: "Wahai Nabi Allah, aku tidak datang untuk berperang, sesungguhnya aku datang sebagai orang Islam, dan sungguh telah terbuka pandangan yang lemah dan buta, sesungguhnya siapa yang melakukan kebaikan bersama musuhnya karna untuk kekasihnya, maka wajib sujud dahi-dahi untuk keagunganNya. Dan sesungguhnya aku ingin berdamai agar transaksiku mendapatkan keuntungan, dan telah nampak bagiku sekarang rahasia Tauhid, dan aku bersaksi Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada yang disembah dengan benar selain-Nya."

Kisah senada juga diceritakan dalam buku Janabal Ma'rifat (Nama Selain yang Banyak Diketahui dalam Islam) karya Dafiq Rohman. Kisah pertama dan kedua, sama sekali berbeda.

Nabi Setelah Nabi Isa?
Jirjis menurut beberapa sumber disebut seorang nabi yang muncul setelah Nabi Isa dan sebelum Islam. Sumber lain mengatakan, dia adalah hamba Tuhan yang saleh yang menyembunyikan imannya. Ia juga diperkenalkan sebagai salah satu Rasul Yesus.

Dalam Bihar al-anwarnya, al-Allama al-Majlisi mengutip kisah Jirji tetapi menganggapnya tidak berdokumen karena tidak dikonfirmasi dalam hadits dari maksum, meskipun dalam beberapa buku doa, Jirjis disebutkan bersama para nabi lainnya.

Ada pula yang bilang Jirjis dikatakan berasal dari Palestina atau Roma. Dia adalah seorang pedagang murah hati yang sering menyumbangkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan.

Beberapa sumber mengambil kisah Jirjis diilhami oleh karakter Saint George, yang dikenal di kalangan orang Kristen sebagai sosok Ilahi dan legendaris.

Lalu ada pula yang menyebut Jirjis tinggal di Mosul, Irak. Hal ini diketahui dari sebuah bangunan masjid bersejarah dan kuil yang dibangun pada abad ke-14 di Mosul. Bangunan itu sengaja didirikan untuk menghormati Nabi Jirjil. Namun komplek tersebut dihancurkan ISIS dalam suatu serangan pada Juni 2014.

Satu riwayat lagi menyebut Nabi Jirjis merupakan salah satu dari 313 Nabi yang Allah berikan mukjizat. Kitab As-Sabatu Fi Mawaidhil Bariyat menyebut ada 7 peristiwa berdarah yang terjadi pada hari Selasa salah satunya adalah terbunuhnya Nabi Jirjis.

Prof Dr Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya berjudul "Pengantar Studi Akidah Islam" menjelaskan bahwa para ulama tafsir dan sejarah menyebutkan banyak nama para nabi dengan menukil dari Bani Israil, atau berpegang pada pendapat-pendapat yang tidak jelas kesahihannya.

"Jika nukilan-nukilan ini bertentangan dengan apa yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah Nabi, maka kami menolaknya," katanya.

Dia mencontohkan seperti ungkapan orang yang mengatakan, "Bahwa ketiga utusan yang diutus kepada penduduk desa yang kisahnya disebut dalam surat Yasin, mereka adalah pengikut Isa. Dan sesungguhnya Jirjis dan Khalid bin Sinan, keduanya adalah nabi setelah Nabi Isa."

Dia menegaskan menolak semua itu, sebab di dalam hadits sahih disebutkan bahwa antara Nabi Isa bin Maryam dengan rasul kit a Muhammad SAW tidak ada seorang nabi. Hal ini mengacu pada hadits sahih yang diriwayatkan Al-Bukhari 3442 dan Muslim 2365 berbunyi: "Antara aku dengan dia Isa) tidak ada seorang nabi."

Menurut Syaikh Umar Sulaiman Al-Asyqar, para rasul yang disebutkan dalam surat Yasin bisa jadi seorang rasul yang diutus sebelum Isa. Ini adalah pendapat yang rajih. Atau mereka --sebagaimana dikatakan sebagian mufassir--diutus oleh Isa.

"Pendapat ini sangat jauh kebenarannya. Sebab Allah menginformasikan bahwa dialah sendiri yang mengutus mereka. Kata rasul ketika dimutlakkan maka mengaruh pada defisi yang sudah diketahui bersama," katanya.

Sedangkan riwayat-riwayat yang berasal dari Bani Israil (Israiliyyat) mengenai nama-nama sebagian para nabi yang tidak ada dalilnya dalam Al-Quran dan Sunah, katanya, maka sikap kita adalah tidak mendustakan dan tidak pula membenarkan. "Sebab informasi itu mengandung kebenaran dan kedustaan,' demikian Syaikh Umar Sulaiman Al-Asyqar.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: