Kisah Akhir Tragis Ummu Jamil yang Menyebut Jibril sebagai Setan

Kisah Akhir Tragis Ummu Jamil yang Menyebut Jibril sebagai Setan
Ilustrasi Ummul Jamil. Nama aslinya adalah Arwa, karena kecantikannya dia berjuluk Ummu Jamil maknya Ibu yang Cantik (Foto/Ilustrasi: arabelegance)
Tatkala Rasulullah SAW masih menunggu wahyu untuk menjawab pertanyaan kaum kafir Quraisy, Ummu Jamil meledek Nabi. “Setanmu telah meninggalkanmu!" serunya. Setan yang dimaksud oleh musuh Nabi ini tentu saja adalah malaikat Jibril .

Dalam buku "Para Penentang Muhammad" karya Misran dan Armansyah disebutkan nama asli perempuan ini adalah Arwa, namun karena kemolekannya, ia berjuluk Ummu Jamil yang bermakna Ibu Cantik. Sayang, perangainya tidak secantik wajahnya.

Dia dikenal sebagai perempuan bermulut tajam. Namanya bahkan disebut-sebut dalam Surat Al-Masad (Al-Lahab) sebagai hammilata al-hathab, yaitu perempuan pembawa kayu bakar, yang bila terbakar, apinya bisa melalap apa saja. Arwa adalah istri Abu Lahab.

Dalam kehidupan sehari-harinya, Ummu Jamil memang sering membawa kayu bakar sendiri ke rumahnya. Kayu yang dibawanya adalah jenis kayu al-hisk yang memiliki buah berduri dan biasanya tersangkut di bulu domba. Namun, sebutan itu sesungguhnya merupakan metafora dari perempuan yang senang menyebarkan fitnah yang memojokkan Rasulullah SAW.

Perempuan ini memiliki silsilah lengkap, Ummu Jamil binti Harb ibn Umayyah ibn Abd Syams. Dari pihak ayah, Ummu Jamil memiliki saudara bernama Abu Sufyan ibn Harb, yang sempat menjadi musuh Rasulullah SAW sebelum masuk Islam.

Menghina Jibril
Kisah itu bermula saat kaum Quraisy ingin membuat opini yang menyudutkan Rasulullah SAW. Mereka lalu mengirimkan beberapa orang utusan, termasuk di antaranya Uqbah ibn Abi Mu'aith.

Para utusan tersebut diminta untuk mencari-cari kelemahan Rasulullah dari para rabi Yahudi di Madinah. Para rabi itu kemudian menyarankan agar para utusan tersebut mengajukan tiga pertanyaan yang akan sulit dijawab oleh Rasulullah SAW. Ketiga pertanyaan itu terkait dengan Ashhabul Kahfi, Dzul Qarnain, dan persoalan arwah.

Singkat cerita, para utusan itu mengajukan pertanyaan yang disarankan para rabi tadi kepada Rasulullah SAW. Menghadapi pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW tidak langsung menjawab. Beliau berjanji akan menjawabnya setelah wahyu turun. “Besok aku jawab," ujar Rasulullah tanpa mengucapkan insya Allah. “Tunggulah tiga hari!"

Namun, setelah tiga hari, wahyu yang ditunggu ternyata belum turun juga. Ummu Jamil melihatnya sebagai kesempatan emas untuk menyudutkan Rasulullah SAW. Maka, keluarlah kata-kata kasar dan menyakitkan itu dari mulutnya. “Setanmu telah meninggalkanmu!" serunya dengan penuh rasa puas. Riwayat lain menyebut Ummu Jamil mengatakan, “Setannya terlambat datang kepadanya".

Dalam sebuah hadits lain lagi Ummu Jamil mengatakan “Wahai, Muhammad! Sesungguhnya aku sangat berharap agar setanmu benar-benar telah meninggalkanmu. Aku tidak melihatnya selama dua atau tiga malam.”

Akhir Tragis
Namun, tidak berselang lama, turunlah Surat Ad-Dhuha sebagai wahyu yang ditunggu-tunggu. Dalam surat ini antara lain penegasan Allah SWT tidak meninggalkan Nabi Muhammad SAW dan tidak (pula) membencinya. Allah Ta’ala tetap bersamanya, membimbingnya, dan meninggikan derajatnya setingkat demi setingkat.

Kebencian Ummu Jamil yang begitu besar terhadap Rasulullah SAW mengakibatkan dirinya mendapat balasan setimpal di akhir hayatnya, sama seperti suaminya, Abu Lahab . Ummu Jamil meninggal dalam keadaan yang tak kalah menyedihkan.

Perempuan tua itu meninggal dalam perjalanan pulang saat membawa seikat kayu bakar. Karena letih, dia berhenti sejenak. Kemudian, tiba-tiba dia tertarik ke belakang oleh tali pengikat kayu itu dan meninggal dengan leher terbelit oleh tali.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: