Shalahuddin Al Ayyubi: "Kesiapan Umat Berjihad, Diihat dari Shalat Subuhnya"

 Ilustrasi 


  Ilustrasi Salahudin al-Ayyubi, seorang sultan yang juga panglima perang, melawan Balian de Ibelin, salah satu pemimpin penting Tentara Salib. Peperangan yang berlangsung antara kedua pihak meninggalkan kehancuran yang begitu dahsyat di pihak Balian.

Pada sekitar tahun 27 Rajab tahun 583 H atau tanggal 2 Oktober 1186 Masehi, Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut Baitul Maqdis atau Al Quds di Yerussalem melalui Perang Salib.

Shalahuddin Al-Ayyubi kemudian dengan tenang meminta Balian untuk menyerahkan Yerusalem kepada kaum Muslim dengan beberapa tawaran.

“Aku akan mengantarkan (orang Kristen) dengan aman sampai ke wilayahnya. Setiap jiwa kalian, wanita, anak-anak, orangtua, seluruh pasukan dan juga ratu kalian. Dan aku akan akan mengembalikan raja kalian dan apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak ada satu pun dari kalian yang disakiti. Aku bersumpah.” Ujar Shalahuddin.

Tawaran dari panglima perang yang berhati lembut ini membuat ragu Balian karena dahulu tentara Kristen membantai orang Muslim di Yerusalem.

Tetapi, Salahuddin al-Ayyubi menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang pembantai. Ia adalah Salahuddin al-Ayyubi.

Maka itu, Yerussalem kemudian diserahkan kepada umat Muslim.

Perkataan Shalahuddin al-Ayyubi itu terus terngiang di telinga para pemirsa film fenomenal yang menceritakan Perang Salib II abad ke-12, “Kingdom of Heaven”.

Film yang ditulis orang berkebangsaan Amerika dan disutradarai oleh orang Inggris ini menyanjung sosok Shalahuddin al-Ayyubi sebagai panglima perang yang murah hati.

Panglima Muslim yang Disegani Dunia Barat

Kendati berhasil menaklukkan Perang Salib II, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi tidak membunuh orang Kristen yang sudah kalah.

Ia tetap membiarkan gereja berdiri, rumah – rumah orang Kristen tegak, dan menjamin keselamatan mereka.

Banyak tokoh Barat yang terinspirasi dengan jiwa heroik dan kemurahan hati Sultan Shalahuddin.

Terlebih lagi, penduduk Yerussalem yang beragama Kristen dan Yahudi. Sempat seorang tua beragama Nasrani bertanya kepada Sultan Shalahuddin, “Kenapa engkau tidak membalas musuh-musuh yang sudah membantai umat Islam di Yerussalem?”

Sultan Shalahuddin lantas menjawab,” Agama Islam adalah agama yang damai. Bukan agama pendendam yang melakukan perilaku tidak manusiawi. Agama Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan yang meminta maaf, dan melupakan kekejaman musuh. Meskipun sebelumnya mereka mendzalimi kita.”

Orang tua beragama Nasrani itu begitu tersentuh dengan jawaban sang Sultan. Ia lantas berkata,” Betapa indah agama Islam! Di akhir hayatku, tunjukkan cara agar aku bisa memeluk agama Isam?”

Sultan Shalahuddin berkata,”Ucapkanlah dua kalimat syahadat.”

Menurut seorang profesor yang mengajar di University of London dan penulis buku tema Perang Salib, Jonathan Phillips, ia mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayyubi merupakan salah satu pahlawan Islam terbesar sepanjang sejarah.

Sultan Shalahuddin al-Ayyubi tidak hanya menginspirasi kaum Muslimin. Tetapi juga telah mengetuk banyak hati banyak orang, termasuk kalangan dari Yahudi dan Kristen.

Mengukur Kesiapan Tentara Dengan Shalat Subuh Berjamaah

Sultan yang dijuluki Singa Perang Salib ini dikenal sebagai pemimpin yang ahli ibadah. Sultan Shalahuddin kerap menyuruh pasukannya untuk shalat berjamaah di masjid dalam setiap waktu shalat.

Sultan Shalahuddin meyakini bahwa kebangkitan umat Islam dan kekuatan pasukan dapat dibentuk melalui tegaknya shalat berjamaah di masjid.

Pasukan Islam yang senantiasa menegakkan tiang agama, mereka adalah tentara yang akan mudah meraih kemenangan.

Terlebih lagi, mendirikan shalat Subuh berjamaah di masjid sangat berat. Rasulullah sendiri menyampaikan bahwa shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Subuh dan Isya’.

Padahal, shalat subuh adalah shalat yang disaksikan langsung oleh para malaikat. Jikalau setiap orang tahu betapa berharga nilai shalat shubuh berjamaah di masjid, tentu mereka akan mendatangi masjid walaupun dengan merangkak.

Seorang pemimpin Yahudi berkata, Yahudi tidak akan takut kepada umat Islam kecuali bila keadaan umat Islam sampai pada taraf jumlah jamaah subuh telah melebihi jamaah Salat Jumat.

Bahkan, seorang pemimpin kaum Yahudi berkata, Yahudi tak akan gentar menghadapi umat Islam, kecuali bila jumlah jamaah shalat subuhnya sudah melebihi jamaah shalat Jumat.

Begitu hebat keutamaan shalat shubuh di masjid, mengingat shalat shubuh dilaksanakan sebelum terbit fajar.

Tak salah jika Sultan Shalahuddin menjadikan shalat subuh sebagai tolak ukur nilai kekuatan umat Islam.

Dalam Surat Al Baqarah ayat 153, Allah berfirman,” Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

muslimahdaily

No comments: