Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Mimpi Sosok yang Mengaku Tuhan

Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Mimpi Sosok yang Mengaku Tuhan
Ilustrasi Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, ulama besar sufi kelahiran Persia yang dijuluki Sulthonul Aulia. Foto/dok Shopee
Ulama besar sufi yang punya kedalaman ilmu dan makrifat Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (470-561 H) pernah bermimpi mendengar suara yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Kisah mimpi ini diceritakan dalam Majmu Fatawa (I/172) dan Dzail Thaqatil Hanabilah (I/294).

Syaikh Al-Jilani rahimahullah pernah berkata dalam kitabnya Sirrul Asror bahwa mimpi datangnya dari Allah, tetapi kadang-kadang ada juga yang datang dari setan. Secara garis besar, mimpi terbagi dua yaitu mimpi subjektif dan mimpi objektif. Mimpi subjektif artinya pandangan atau perasaan yang lahir dari diri sendiri. Sedangkan mimpi objektif adalah mengandung gambaran yang berkaitan dengan suasana seseorang yang bebas dari keresahan.

Dikisahkan, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani pernah bermimpi melihat sebuah singgasana besar yang di atasnya ada cahaya. Kemudian ada suara yang memanggilnya, "Wahai Abdul Qadir! Ini aku tuhanmu, dantelah aku halalkan untukmu perkara-perkara yang aku haramkan atas selainmu". Maka aku (Syaikh Abdul Qadir) mengatakan kepadanya: "Apakah engkau adalah Allah yang tiada Ilah yang berhak disembah dengan benar melainkanmu? Pergilah wahai musuh Allah!" 

Maka cahaya itupun pecah dan berubah menjadi kegelapan. Dan dikatakan kepadaku (Syaikh Abdul Qadir Jilani), "Wahai Abdul Qadir! Engkau telah selamat lantaran ilmu yang ada padamu. Padahal aku TELAH MENYESATKAN 70 ORANG ALIM DENGAN CARA INI." Ada orang yang bertanya kepada Syaikh, "Darimana engkau tahu jika itu adalah syaithan?" 

Beliau menjawab: "Dari perkataannya, 'TELAH AKU HALALKAN UNTUKMU PERKARA-PERKARA YANG AKU HARAMKAN ATAS SELAINMU, padahal syariat yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam tidak dapat dihapus lagi." 

Di dalam Fathul Ghuyub disebutkan bahwa Syaikh Al-Jilani rahimahullah berkata, "Sirnakanlah kegelapan (kedzaliman) dengan cahaya lentera, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Bila terbersit di dalam hatimu sesuatu atau datang kepadamu suatu ilham, maka timbanglah semua itu dengan Qur'an dan Sunnah. 

Bila kamu mendapati di dalam Qur'an dan Sunnah perkara itu telah diharamkan, seperti zina, riya', bergaul dengan orang-orang fasik dan dzalim serta yang semisal dengan itu dari perbuatan dosa dan maksiat, maka janganlah kamu terima hal itu dan jangan kamu kerjakan, dan pastikanlah bahwa itu datangnya dari setan yang terlaknat."

Dari keterangan itu kita dapat memetik hikmah bahwa Syaikh Al-Jilani tidak membolehkan kita untuk langsung percaya kepada ilham atau mimpi begitu saja. Tetapi hendaklah kita ukur terlebih dahulu akan kebenarannya menurut dalil-dalil Qur'an dan Sunnah Nabi. Untuk mengetahui kebenaran tafsir sebuah mimpi, seseorang perlu bimbingan guru atau ulama yang tersambung dengan Nabi صلى الله عليه وسلم.

Sumber:
Wasiat Emas dan Aqidah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani karya Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa 

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: