Mukasyafah yang Dialami Para Wali (4/Tamat)

Sekilas Tak Masuk Akal, Inilah Mukasyafah yang Dialami Para Wali (4/Tamat)
Mukasyafah sering dialami para waliyullah sebagai salah satu karunia Allah kepada mereka. Foto/Ist
Mukasyafah adalah ketersingkapan rahasia Ilahi yang tersembunyi (ghaib). Mukasyafah berasal dari kata "kasyafa-yaksyifu" berarti menyingkap atau menampilkan. Mukasyafah hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang mencapai makam wara', zuhud, tawakkal dan ridha. Mereka adalah kaum shoolihin, para waliyullah (wali), ulama sufi.

Berikut lanjutan Mukasyafah yang dialami para waliyullah ini dikutip dari pendahuluan Kitab "Al-Tabaqat Al-Kubra" karya Imam 'Abdul Rauf Al-Munawi dan juga dalam Kitab "Mawaqi’ Al-Nujum karya "Syaikh Al-Akbar".

Ada waliyullah yang memakan makanan dari orang lain. Zaid memakan makanan dari Umar padahal Umar tidak di hadapannya. Umar merasa kenyang di tempatnya dan dia merasakan bau makanan itu seakan-akan dia yang memakannya. Hal ini pernah terjadi pada Al-Hajj Abu Muhammad al-Marwazi dan Abu' Abbas bin Abi Marwan di Ghirnatah. 

Itu terjadi karena ahli makrifat mempunyai keinginan yang suci dan bersih dari dosa dalam batinnya. Allah memberikan karamah dalam dirinya sebagai penghormatan dan untuk membaguskan maqamnya, maka dari keinginannya itu keluarlah apa yang ia sebutkan.

Ada wali yang memakan makanan spiritual yang menjadikan jiwanya kekal. Ia tidak membutuhkan makanan jasmaniah kecuali hanya sedikit untuk mempertahankan dirinya. Kekekalan jiwa bisa tercapai dengan makanan ruhani.

Ada wali yang mengetahui rahasia biji-bijian dan penyemaiannya di bumi, hujan yang menyebabkannya tumbuh, angin yang menyebarluaskannya dan apa-apa yang membuat bumi menjadi tenang, serta matahari yang memancarkan cahayanya sebagai makanan bagi tumbuhan. Makanan itu mengandung kesempurnaan seperti yang diusahakan manusia. Pengetahuan tentang ini adalah ilmu yang mulia dan bernilai tinggi yang Allah berikan kepada para wali-Nya.

Ada wali yang dikaruniai kemampuan mengetahui hakikat bumi, lapisan-lapisan, dan rahasia-rahasianya, serta segala hukum alam yang ditetapkan oleh Allah secara terperinci. Kemudian ada waliyullah yang dibukakan kepadanya alam Malakut, rahasia kehidupan, dan pengetahuan yang tersembunyi di dalam air. Sehingga ia bisa mengetahui kehidupan yang kasat dan tak kasat mata dan mampu merasakan hal-hal yang berbahaya dan zat-zat yang ada di laut.

Ada wali yang mengetahui segala tingkat ilmu, kegunaannya di dunia, siapa yang memiliki dan tidak memilikinya, dan lain-lain.Ada wali yang bisa berjalan di udara. Hal tersebut dialami oleh banyak wali. Ada seorang laki-laki yang melihat orang sedang berjalan di udara, lalu ia bertanya kepadanya, "Karena apa engkau mendapatkan karamah itu?" Ia menjawab, "Kutinggalkan nafsuku untuk menuruti keinginan-Nya, maka Dia menundukkan udara bagiku." Lalu ia berlalu.

Ada wali yang dibukakan kepadanya pintu alam ruh di alam Malakut, sehingga ia bisa mengetahui hakikat dari rahasia dan cara Malaikat naik turun, rahasia pengaturan dan penundukan mereka, kewajiban-kewajiban dan hak-hak mereka.

Ada wali yang bisa datang ke Lauh Mahfuzh melalui esensi hatinya. Lalu dengan izin Allah, ia dapat menyingkap dan menyaksikan secara langsung (musyahadah) hal-hal yang ada di sana, padahal anggota badannya tidak bergerak, kecuali kedua matanya.Ada wali yang terus-menerus bersimpuh di hadapan Lauh Mahfuzh, padahal tidak ada manfaatnya. Ada wali yang terkadang menyaksikan Lauh Mahfuzh.

Ada wali yang bisa melihat bagaimana pena menulis di atas Lauh Mahfuzh. Ada wali yang melihat gerakan pena di lauh mahfuzh. Setiap maqam mempunyai tata cara yang khusus. Tanda orang yang menyaksikan Lauh Mahfuzh adalah ia menyebutkan rahasiamu padahal kamu diam saja. 

Seperti yang dikatakan Al-Junaid ketika ditanya, "Siapa ahli makrifat itu?" Ia menjawab, "Orang yang memberitahukan rahasiamu padahal kamu diam saja." Dan tanda orang yang menyaksikan pena Lauh Mahfuzh sedang menulis adalah ia bisa mengetahui rahasia yang kamu katakan dalam hati dari manapun asalnya dan sebab adanya.
Ada wali yang diperlihatkan oleh Allah rahasia-rahasia yang tersimpan di alam yang paling agung.

Ada wali yang diperlihatkan oleh Allah alasan dan sebab terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa. Setelah ia mengetahuinya, ia memikirkan apakah peristiwa itu mempunyai pengaruh atau tidak? Apabila ada pengaruhnya, maka ia bersiap-siap untuk menerimanya. Apabila pengaruhnya merusak, maka ia mengingatkan teman-temannya. 

Apabila pengaruhnya berupa rahmat atau kabar gembira, maka ia bersiap-siap untuk bersyukur dan memuji Allah. Seperti Ibnu Barjan yang memberitahukan tahun akan terjadinya penaklukan Baitul Maqdis. Dan pada tahun yang ditentukan, terjadilah apa yang diramalkannya.

Ada wali yang diberitahu Allah tentang kelemahan dirinya, apa yang akan ia dapatkan, dan bagaimana keadaannya nanti. Ada wali yang sampai pada keadaan ketika ia tidak melihat seorang pun yang ia ajak bicara kecuali Allah. Ia melaksanakan segala perintah-Nya. 

Maqam ini adalah maqam yang penting. Orang yang mengalami maqam ini adalah Khair al-Nasaj radhiyallahu 'anhu. Ketika terbersit hal tersebut dalam pikirannya, lalu ia diuji dengan bertemu seseorang yang berkata kepadanya, "Kamu budakku, namamu Khair." Nassaj seakan-akan mendengar Allah yang mengatakan ucapan tersebut. Orang itu kemudian mempekerjakan Nassaj selama beberapa tahun, lalu ia berkata kepadanya, "Kamu bukan budakku dan namamu bukan Khair." Lalu orang itu melepaskan Nassaj.

Demikianlah karamah tidak akan pernah habis untuk diungkap. Karamah-karamah yang disebutkan di atas cukup untuk mencapai tujuan, yaitu agar manusia tidak meremehkan para wali. Bersopan santun kepada mereka apabila mendengar perkataan, perbuatan atau keadaan mereka, mematuhi perkataan mereka meskipun belum paham, dan berdamai dengan mereka supaya selamat. 

Apabila engkau mendengar rahasia Allah yang tersembunyi dalam diri makhluk yang dipilih sesuai kehendak-Nya, maka terimalah dan percayailah, jika tidak, maka kamu tidak akan mendapat kebaikan.

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: