Belajar Ridha dari Sahabat Mulia Abdullah Bin Abbas

Belajar Ridha dari Sahabat Mulia Abdullah Bin Abbas
Kelapangan hati sahabat Abdullah Bin Abbas atas pembagian Allah patut jadi teladan. Foto ilustrasi/Ist
Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma sahabat , ahli ilmu yang lahir tiga tahun sebelum hijrah Nabi. Beliau adalah putra Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah صلى الله عليه وسلم. 

Di akhir hidupnya beliau mengalami kebutaan dan wafat di Thaif pada tahun 68 Hijriyah. Beliau adalah sosok teladan yang tidak pernah mengeluh meskipun Allah mengujinya dengan kebutaan. 

Dai yang juga pakar sejarah Islam Ustaz Budi Ashari memuji kelapangan hati sahabat Abdullah ridha atas pembagian Allah. Beliau pernah bersyair dan mengatakan: "Ya Allah, kalaupun Engkau ambil cahaya mataku sesungguhnya lisanku dan hatiku penuh dengan cahaya." Hal ini merupakan bukti ridha yang luar biasa terhadap pembagian Allah.

"Masya Allah! Tidak ada masalah. Untuknya Allah hanya mengambil cahaya matanya, sekarang tidak bisa melihat tetapi lisan dan hatinya terus bercahaya, terus berzikir, dan berilmu," kata Ustaz Budi Ashari dalam satu tausiyahnya.

Begitulah orang orang saleh dulu mengajari kita tentang ridha dengan pembagian Allah Ta'ala. Abdullah bin Abbas adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis sesudah Sayyidah 'Aisyah radhiyallahu 'anha. Beliau meriwayatkan 1.660 hadis.

Dalam Kitab Manaqib Imam Syafi'i karya Imam Al-Baihaqi, 2/188, disebutkan ada tiga perkara yang menjadi ukuran kehebatan dan kemuliaan ('izzah) seseorang. Barangsiapa yang dapat mengamalkannya insya Allah termasuk hamba yang diridhai Allah Ta'ala.

Ketiga perkara itu adalah:
1. Kemampuan menyembunyikan kemelaratan, sehingga orang lain menyangkamu berkecukupan karena kamu tidak pernah meminta.
2. Kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang mengiramu merasa ridha.
3. Kemampuan menyembunyikan kesusahan, sehingga orang lain mengiramu selalu senang.

Mudah-mudahan Allah selalu memberikan kita kelapangan dada dan keleluasaan hati untuk menerima segala kehendak-Nya.

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: