Kisah Tragis Utsman bin Affan (4): Prestasi Selama Menjadi Khalifah

Kisah Tragis Utsman bin Affan (4): Prestasi Selama Menjadi Khalifah
Ilustrasi/Ist
KAUM muslimin pada zaman khalifah Utsman bin Affan telah banyak membuahkan hasil. Pada zaman tersebut kaum muslimin melanjutkan penaklukan-penaklukan terhadap negeri-negeri kafir di dua arah, timur dan barat. 
Di arah timur, kaum muslimin telah berhasil menumpas pemberontakan yang terjadi di daerah Persia dan Khurasan (yang sekarang terbagi menjadi 3 negara yaitu Iran, Afghanistan dan Turkistan) dan daerah Azerbaijan yang merupakan negara bagian Uni Soviet dahulu dan ibukotanya Baku (ini bagian yang terbesar, adapun bagian yang terkecil mengikut kepada Iran). 

Kota yang terpenting adalah kota Tibriz. Ditambahkan lagi, bahwa kaum muslimin telah berhasil menaklukan banyak daerah-daerah lain semisal Tubristan (di utara Iran sekarang) dan negeri al-Kharaz yang terletak di tepi barat laut Qazwin.

Pada tahun 31 H raja Persia yang bernama Raja Yazdegerd III terbunuh, hingga runtuhlah negara Persia yang tidak bisa bangkit lagi. 

Di arah barat atau negara Romawi, kaum muslimin mendapatkan banyak kemenangan juga.

Mu’awiyah bin Abi Sufyan penguasa Syam juga telah berhasil memerangi negeri Romawi hingga ‘Ammuriyah (sekarang di Turki), sebagaimana beliau juga berhasil menaklukan Jazirah Qubruz dengan pasukan (angkatan) lautnya di laut tengah (Mediterania).

Di arah ini juga, kaum muslimin berhasil menumpas pemberontakan di Mesir tepatnya di Iskandariyah. Dan di laut tengah pasukan Islam dapat mengalahkan pasukan Romawi di suatu peperangan yang dikenal dengan perang Dzati ash-Shuwari. Berkat kemenangan-kemenangan ini, negara Islam menjadi negara kelautan.

Mushab Utsmani
Khalifah Utsman juga memiliki jasa yang lain yaitu beliau mempersatukan kaum muslimin di atas satu mushaf, karena dikhawatirkan akan terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dalam bacaan al-Qur’an. 

Pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-Qur'an di beberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan surahnya atau lafal (dialeknya). 

Salah seorang sahabat bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan Azerbeijan. Masing-masing pihak menganggap cara membaca Al- Qur'an yang dilakukan adalah paling baik. 
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada Khalifah Usman bin Affan selanjutnya Khalifah Usman membentuk sebuah panitia penyusunan Al- Qur'an. Panitia ini di ketuai oleh Zaid bin Tsabit anggotanya Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Harits. 

Para sahabat ini menulis mushaf yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit pada zaman Abu Bakar ash-Shidiq dan penulisan tersebut diteliti dengan matang.

Tugas yang dilaksanakan adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur'an dalam sebuah buku yang disebut mushaf. Salinan kumpulan Al-Qur'an itu disebut mushaf oleh Panitia Mushaf diperbanyak sejumlah empat buah. Salah satunya tetap berada di Madinah, sedangkan sisanya dikirim ke Suriah, Basrah, dan Kufah. 

Semua naskah Al-Qur'an yang dikirim ke daerah -daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf Al-Imam atau Mushaf Utsmani. 

Dengan usaha beliau yang mulia inilah kaum muslimin bersatu di atas satu mushaf. Dan perbuatan ini terhitung suatu kebanggaan/keistimewaan bagi Utsman.
(mhy) 
Miftah H. Yusufpati

No comments: