A. Hassan dalam Pandangan Dr. G.F. Pijper

A. Hassan aktif menulis buku, majalah sampai tafsir Al-Quran

A. Hassan dalam Pandangan Dr. G.F. Pijper

DR. G. Pijper dalam karyanya berjudul “Studen Over De Geschiedenis Van De Islam in Indonesia 1900-1950” (1977: 120-126), menulis beberapa fakta menarik tentang A. Hassan dan organisasi Persis-nya.

Akan penulis rangkum bagian-bagian cukup penting pada poin-poin berikut: Pertama, A. Hassan disebut sebagai inspirator tunggal Persatuan Islam, sebagaimana Ahmad Soerkati yang merupakan inspirator Al-Irsyad.

Kedua, mengenai nama A. Hassan. Pada tanggal 23 Juni 1949, A. Hassan mengirim surat kepada Pijper dengan berbahasa Arab yang intinya, nama aslinya adalah Hassan ibn Ahmad. Ditulis A. Hassan karena kebiasaan orang India yang menempatkan nama ayah di depan. Aslinya “Hasan” cuma ditulis “Hassan” karena ayahnya menulisnya mengikuti cara orang Inggris yang suka menulis huruf mati dengan tanda tasydid.

Ketiga, A. Hassan disebut sebagai penulis produktif dan sangat pandai menulis buku, majalah dan brosur. Buku Tafsir al-Furqan, Soal-Jawab, majalah Pembela Islam, Al-Lisaan adalah salah satu contohnya yang menggambarkan produktifitas dan keseriusannya dalam bidang kepenulisan.

Keempat, dari segi jumlah Persis tidak begitu besar. Tetapi pengaruh Persis di bidang rohani sangat besar berkat tulisan A. Hassan.

Lebih dari itu, sebagai tambahan atas poin Pijper ini, tidak berlebihan apa yang dikatakan oleh Moh. Roem, peran A. Hassan dan Persatuan Islam dalam berjasa besar dalam pengembangan bahasa Indonesia lewat karya-karya tulisnya.

Kelima, pada bulan Februari tahun 1940, A. Hassan menulis surat ke Dr. Pijper bahwa dia bersama keluarganya akan pindah ke Bangil, Jawa Timur. Demikian juka percetakan dan sekolah agamanya diboyong ke Bangil. Menurut cerita yang didapat, A. Hassan ke Bangil dibiayai seorang India kaya raya yang sepaham dengan dirinya.

Keenam, pada masa penjajahan Jepang, sebagaiaman surat yang ditujukan ke Pijper, A. Hassan berhenti dari aktivitas tulis-menulis karena ada sensor dari Jepang setiap tulisan yang mau terbit. Sikapnya terhadap penjajah (Belanda maupun Jepang) tegas, sebagaimana Ahmad Soerkati. Ia sama sekali tidak mau tentang orang Jepang.

Ketujuh, Pijper tidak tahu pasti wafatnya A. Hassan. Akhirnya tahu dari Haji Tubagus Syu’aib Sastradiwirya (seorang murid dan pengagum) yang mengirimkan surat bahwa A. Hassan wafat pada tahun 1958.

Kedelapan, A. Hassan benar-benar seorang reformis walaupun bukan lulusan sekolah reformis dari Mesir. Dia tahu Muhammad Abduh dan Soerkati, tapi pandangannya yang reformistis tidak dipengarui keduanya.

Kesembilan, banyak sekali karya-karya A. Hassan. Pijper membahasakan ibarat batang-batang padi yang mencuat ke atas sawah Priyangan yang subur.

Kesepuluh, meminjam pendapat Adolf von Harnack (1851-1930) seorang Teolog Jerman, Dr. Pijper tidak ragu mendapuk A. Hassan sebagai benar-benar seorang reformis. Katanya, “Reformasi yang sungguh-sungguh penting selalu berpangkal pada sebuah pemikiran yang kritis.” Dan A. Hassan telah melakukannya. Rahimahullah rahmatan wasi’ah.*/Mahmud Budi Setiawan

No comments: