Menundukkan Pandangan dari Gadis Cantik, Allah Menikahkan Mereka

Gadis Amerika Serikat itu tampak gelisah. Satu per satu penumpang lift telah keluar, dan kini tinggallah ia bersama seorang pemuda Maroko. Ia khawatir akan diganggu atau terjadi apa-apa dengannya, sebab ia akan berada cukup lama di dalam lift di gedung tinggi itu. Telah banyak tindak kejahatan terjadi di New York. Da
“Agamamu yang telah melarangmu melihat wajah gadis asing, pasti juga melarangmu mengganggu kan?”

“Ya, Islam melarang kami berbuat buruk. Termasuk mengganggu orang lain”
Sang gadis berpikir dengan cepat. Ini adalah mutiara langka, simpulnya. Pria seperti inilah yang dicarinya. Pria yang baik hati, taat kepada agamanya dan pasti setia.

“Maukah engkau menikah denganku?” Mungkin pertanyaan itu amat tabu bagi banyak wanita Asia, tetapi gadis Amerika itu tanpa malu mengatakan kejujuran hatinya saat itu juga. Ia tidak banyak mempertimbangkan apakah sang pemuda itu nantinya mau atau menolak. Jika ia mau, berarti ia telah beruntung dengan langsung menanyainya. Kalaupun tidak pemuda itu tidak mau, toh hanya mereka yang tahu dialog itu. Tidak akan ada ruginya, tidak pula menjatuhkan harga dirinya.
“Saya muslim. Apa agamamu?” tanya sang pemuda.
“Saya bukan muslimah”
“Kalau begitu saya tidak bisa menikah denganmu”
“Jika aku masuk agamamu, apakah engkau mau menikah denganku?”
“Ya, insya Allah”

Gadis cantik itu kemudian bertanya bagaimana cara masuk Islam. Dengan cepat, ia juga mempelajari Islam. Akhirnya, gadis cantik itu menjadi mualaf dan menikah dengan pemuda Maroko tersebut.
Pemuda Maroko itu tidak menyangka, istrinya adalah seorang gadis yang kaya raya. Rupanya ia mendapatkan warisan yang sangat banyak dari orang tuanya. Kini, jadilah pemuda Maroko itu orang yang kaya raya bersama istrinya yang cantik dan shalihah.
Masya Allah… Pemuda itu telah menghindarkan dua matanya dari hal yang dilarang Allah, maka Allah kini membalasnya dengan dua kebaikan; mendapatkan gadis itu dan menjadi orang kaya. [Disarikan dari kisah yang diceritakan ulama Mesir Syaikh Muhammad Hassan]
n berada di lift hanya berdua dengan pemuda asing, ketakutan itu makin menggelayut. Ia memasang kewaspadaan, sembari mengamati gerak-gerik pemuda itu.


Ia hampir tiba di lantai tujuan. Pelan-pelan perasaan khawatirnya mulai menghilang, berganti penasaran. Pasalnya, ia melihat pemuda itu tampak selalu menundukkan pandangan.
Saat keluar dari lift, gadis itu memberanikan diri bertanya. “Apakah aku tidak cantik?”


“Bagaimana aku tahu engkau cantik atau tidak, aku tidak melihat wajahmu,” kata pemuda itu masih dengan menundukkan pandangan.

“Mengapa engau tidak melihatku, apakah aku tidak cantik?”
“Agamaku melarangku.”
“Aku sempat berpikir engkau akan menggangguku”
“Aku takut kepada Allah”

No comments: