50 Tahun Peristiwa Pembakaran Masjid Al-Aqsha

Kecurigaan bahwa 'Israel' terlibat aktif dalam perencanaan dan memfasilitasi upaya pembakaran tidak pernah dibantah 50 Tahun Peristiwa Pembakaran Masjid Al-Aqsha
Saat itu hari Kamis 21 Agustus 1969. Tiba-tiba asap hitam mengepul dari sisi tenggara Masjid Al-Aqsha, dan seteleh diperiksa lebih dekat terlihat kobaran api besar di salah satu sisinya. Muslim dan Kristen sama-sama bergegas ke masjid untuk memadamkan api, tetapi pasukan keamanan zionis mencegah masuknya mereka.
Sempat terjadi bentrokan yang cukup sengit, akhirnya mereka sampai berjalan ke tempat sumber api dan mulai mengatasi api. Ternyata alat pemadam kebakaran gagal bekerja, mereka mencari sumber air tapi menemukan pompa rusak dan selang terputus. Akhirnya mereka bersatu dengan cepat untuk membentuk rantai manusia dan menggunakan ember dan wadah kecil lainnya untuk membawa air ke gedung.
Hanna Hassan mengisahkan dalam tulisannya di middleeastmonitor.com. Truk-truk pemadam kebakaran dari kota-kota sekitar Tepi Barat Nablus, Ramallah, Al-Bireh, Bethlehem, Hebron, Jenin, dan Tulkarem tiba untuk memadamkan api. Tapi pasukan Zionis juga mencegah mereka mencapai tempat kejadian, dengan mengklaim bahwa adalah tanggung jawab Kotamadya Yerusalem untuk menangani masalah tersebut. Situasi ini membuat api menyala selama berjam-jam hingga membakar bagian jendela tepat di bawah kubah, sebelum api akhirnya padam.
Saat asap itu hilang, tingkat kerusakannya diketahui. Api telah menyapu beberapa bagian tertua masjid, terutama menghancurkan mimbar kayu dan gading berusia 900 tahun yang dihadiahkan oleh Salahuddin Al-Ayubi, serta panel mosaik di dinding dan langit-langit; banyak area di dalam masjid yang hangus terbakar.
Kemudian berita tentang kebakaran Masjid Al-Aqsha menyebar, demonstrasi rakyat Palestina terjadi di seluruh sudut kota. Pihak Zionis membalas dengan menutup semua titik akses ke masjid, sehingga shalat Jumat keesokan harinya tidak diadakan di kompleks untuk pertama kalinya.
Seorang tersangka segera diidentifikasi; Dennis Michael Rohan, seorang turis Kristen Australia, yang ditangkap pada 23 Agustus. Rohan tidak takut mengungkapkan motifnya untuk kejahatan; sebagai “utusan Tuhan”, dia ingin mempercepat kedatangan Yesus yang kedua Kristus yang, dalam pandangannya, hanya dapat dicapai dengan membiarkan orang-orang Yahudi membangun sebuah kuil di tempat Masjid Al-Aqsa, di mana diklaim bahwa Kuil Solomon awalnya berdiri.
Sementara Rohan dinyatakan gila dan dirawat di rumah sakit jiwa, banyak kalangan ragu tentang dia menjadi satu-satunya pelakunya. Pada tanggal 28 Agustus, 24 negara mayoritas Muslim mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB.
PBB sempat menanggapi dengan mengutuk serangan itu dan meminta ‘Israel’ membatalkan semua pengaturan yang akan mengubah status Al-Quds. ‘Israel’ mengabaikan resolusi ini, seperti yang telah dilakukan Zionis terus mencaplok Al-Quds, bahkan hingga kini.
Kecurigaan bahwa ‘Israel’ terlibat aktif dalam perencanaan dan memfasilitasi upaya pembakaran tidak pernah dibantah. Banyak juga yang melihat normalisasi intimidasi Zionis, termasuk upaya ‘Israel’ untuk menghapuskan warisan Palestina di wilayah tersebut.* Rofi Munawwar

No comments: