“Shahib Cikini”: Tulis Kitab, Lawan Penjajah

“Shahib Cikini”: Tulis Kitab, Lawan Penjajah SAYYID Ali bin Husain Al Aththas lahir pada tahun 1301 H dari keluarga ulama di Huraidhah Hadramaut. Sang ayah wafat setelah ia berumur satu tahun delapan bulan. Meski demikian, sang ayah telah mendoakannya dan memberinya laqab zain al abidin. Sedangkan ibunya adalah seorang syarifah yang merupakan pendidiknya pertama kali, hingga Sayyid Ali bisa mengucakpkan dua syahadat. Di Hadramaut Sayyid Ali pun berguru kepada para ulama dari kalangan Ba`alawi.

Pada tahun 1327 Sayyid Ali bin Husain pergi menuntut ilmu ke Makkah dan berguru kepada para ulama, termasuk Sayyid Muhammad bin Sulaiman Al Ahdal.

Meski telah menuntut ilmu di Makkah, sekembalinya ke Hadramaut Sayyid Ali bin Husain tetap melanjutkan menuntut ilmu, hingga akhirnya menjadi seorang ulama besar.

Menghabiskan Waktu untuk Mengajar

Sayyid Ali bin Husain tidak pernah menyia-nyian waktunya dalam kesehariannya. Jika setelah melaksanakan shalat shubuh, ia melanjutkan dzikir hingga waktu dhuha, kemudian baru pulang ke rumahnya. Di rumah para penuntut ilmu sudah menunggu untuk membaca kitab-kitab. Di waktu dhuhur Sayyid Ali pergi ke masjid, dan setelah menunaikan shalat majelis ilmu pun berlangsung kembali hingga tiba waktu ashar. Setelah shalat ashar Sayyid Ali pun tetap tidak beranjak dari masjid, hal itu dilakukan dalam rangka berdzikir, menela’ah kitab-kitab atau menyampaikan fatwa bagi siapa saja yang bertanya, hingga maghrib tiba. Setelah melaksanakan shalat maghrib Sayyid Ali masih berada di masjid untuk melakukan ibadah. Jika setelah isya’ ia pun kembali mengajar, kemudian setelah itu kembali ke rumah.

Pada tahun 1338 H Sayyid Ali bin Husain hijrah ke Nusantara. Meski sudah menjadi ulama besar, namun hal itu tidak menghalanginya untuk berguru kepada para ulama, seperti Habib Abdullah bin Muhsin Al Aththas di Bogor, juga Habib Ahmad bin Abdullah Pekalongan, serta ulama lainnya.

Selanjutnya Sayyid Ali bin Husain memilih menetap di Cikini Jakarta untuk mengajar dan berdakwah, sehingga ia sering disebut sebagai shahib Cikini. Majelisnya dihadiri oleh khalayak ramai. Disamping berdakwah Sayyid Ali bin Husain juga menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, ikut serta dalam melakukan  perlawanan terhadap penjajah, serta melakukan berbagai upaya untuk menyatukan umat Islam.

Setelah cukup lama konstrasi dalam melakukan dakwah dan menyebarkan ilmu, pada tahun 1396 H, Allah Ta’ala memanggil ulama shalih ini, ia pun dimakamkan di samping makam Habib Muhsin bin Muhammad Al Aththas.

Sayyid Ali bin Husain meninggalkan karya berjudul Taj Al A’rasy fi Al Manaqib Al Habib Al Quthub Shalih bin Abdillah Al Aththas, setebal dua jilid dan diterbitkan di Indonesia. Biografinya tercatat di Tashnif Al Asma’ (2/33-35) juga Mu’jam Al Ma’ajim (2/1396).

No comments: