ODED YINON PLAN: Pecah Belah Dunia Arab oleh Zionis, Bagaimana Indonesia? (Bag.3 TAMAT)

Negara-negara Islam pro-NATO dan zionist, telah sangat bergantung pada janji-janji dari “tuan” AS mereka, bahwa mereka akan memiliki jalan yang jelas menuju kemenangan, akhirnya tanpa takut justru bom jatuh di atas kepala, oleh “tuan” mereka sendiri.
Tidak hanya berbagai kelompok teroris ISIS dipaksa untuk menyebar seperti tikus tanpa pemberitahuan sesaat, tentara bayaran mereka bagai mesionaris, kompensasi untuk tugas berbahaya mereka bahkan tidak termasuk.
Untuk membuktikan kepada komunitas bangsa-bangsa dunia bahwa AS, Inggris, Prancis, Arab Saudi, dan Israel, khususnya, hanya memainkan permainan yang sangat berbahaya dan mematikan, Putin harus memberi mereka semua, negara-negara Anglo-American Axis, beberapa tali untuk “menggantung” mereka.
Linda S. Heard, yang menulis untuk CounterPunch pada tahun 2006 silam, mengkaji kebijakan terbaru di bawah George W. Bush seperti ‘perang melawan teror” (war on terror), dan peristiwa di Timur Tengah dari Perang Iran-Irak tahun 1980-1988 hingga Invasi Irak pada tahun 2003, dan menyimpulkan:
“Ada satu hal yang kita ketahui. “Rencana Zionis untuk Timur Tengah” Oded Yinon 1982 sebagian besar telah berbentuk. Apakah ini kebetulan murni? Apakah Yinon seorang paranormal yang berbakat? Mungkin! Atau, kita di Barat adalah korban dari agenda yang sudah lama dipegang bukan karena kita dan tanpa keraguan bukan untuk kepentingan kita.” (16)
Virginia Tilley berpendapat bahwa ada ketegangan yang kuat antara AS sebagai hegemon global yang mengandalkan sistem negara regional yang kuat, dan kepentingan Israel dalam sistem negara yang lemah di Timur Tengah di luar perbatasannya di sisi lain
Virginia Tilley adalah seorang ilmuwan politik Amerika yang berspesialisasi dalam studi perbandingan konflik etnis dan ras. Dia adalah Profesor Ilmu Politik di Southern Illinois University-Carbondale di AS.
Dalam konteks ini Tilley mengutip pandangan Yinon sebagai menjabarkan logika yang terakhir, tetapi menentukan bahwa mereka tidak cukup unik pada waktu itu, karena tulisan Ze’ev Schiff di Haaretz pada bulan yang sama, 5 Februari 1982, telah menegaskan bahwa kepentingan geostrategis Israel akan paling baik dilayani oleh fragmentasi Irak, misalnya, menjadi entitas tripartit yang terdiri dari negara-negara Syiah dan Sunni yang dihasut dari realitas Kurdi Utara.
Ekonom Kanada Michel Chossudovsky pakar perkembangan ekonomi, globalisasi, lembaga keuangan internasional dan ekonomi dunia, di situs webnya, Global Research, mereproduksi terjemahan Shahak pada April 2013, dengan alasan bahwa hal itu memberikan cahaya bagi konsep Israel Raya (the Greater Israel) dalam kebijakan koalisi pemerintah yang dipimpin oleh partai Likud yang dipimpin oleh Binjamin Netanyahu dan kalangan militer Israel dan pembentukan intelijen. (21)
Pada tahun 2017, Ted Becker, mantan Profesor Hukum Walter Meyer di New York University dan Brian Polkinghorn, profesor terkemuka dari Conflict Analysis and Dispute Resolution (Analisis Konflik dan Penyelesaian Sengketa) di Universitas Salisbury, berpendapat bahwa rencana Yinon diadopsi dan disempurnakan dalam dokumen kebijakan 1996 yang berjudul “A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm” (Pembersihan: Strategi Baru untuk Mengamankan Ranah), ditulis oleh kelompok riset di Institute for Advanced Strategic and Political Studies yang berafiliasi dengan Israel di Washington.

Sunni and Syiah conflict


A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm (umumnya dikenal sebagai laporan “Istirahat Bersih”) adalah dokumen kebijakan yang disiapkan pada tahun 1996 oleh kelompok studi yang dipimpin oleh Richard Perle untuk Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel saat itu.
Kelompok ini disutradarai oleh Richard Perle, yang beberapa tahun kemudian, menjadi salah satu tokoh kunci dalam perumusan strategi Perang Irak yang diadopsi pada masa pemerintahan George W. Bush pada tahun 2003.
Ted Becker dan Brian Polkinghorn, keduanya mengakui bahwa musuh yang diakui Israel di Timur Tengah mengambil urutan peristiwa:
  • Pendudukan Israel atas Tepi Barat
  • Pendudukan Dataran Tinggi Golan
  • Pengepungannya atas Gaza
  • Invasi Libanon
  • Pembomannya ke Irak
  • Serangan udara di Suriah, dan
  • Upayanya untuk mengandung kapasitas nuklir Iran
Ketika membaca dalam terang Rencana Yinon (the Yinon Plan) dan analisis jeda pembersihan (Clean break), untuk menjadi bukti bahwa Israel terlibat dalam versi modern dari The Great Game (Permainan Besar), dengan dukungan arus Zionis di neokonservatif Amerika dan Gerakan fundamentalis Kristen (Christian fundamentalist movements).
Mereka juga menyimpulkan bahwa Likud Party (Partai Likud) yang berarti “konsolidasi” pimpinan Benjamin Netanyahu adalah sebuah partai politik sayap kanan di Israel, tampaknya telah mengimplementasikan kedua rencana tersebut, Rencana Yinon (the Yinon Plan) dan analisis jeda pembersihan (Clean break). (42)
Permainan Besar, atau The Great Game, adalah istilah yang pertama kali disebutkan oleh Arthur Connolly, yang mengacu pada persaingan dan konflik strategi antara Imperium Britania dan Kekaisaran Rusia demi supremasi di Asia Tengah.
Periode “Permainan Besar” berlangsung sejak Perjanjian Gulistan antara Rusia dan dinasti Qajar di Persia (1813), hingga Konvensi Inggris-Rusia tahun 1907. Setelah Revolusi Bolshevik pada 1917, konflik Inggris-Rusia kembali terjadi antara Britania Raya dan Uni Soviet, namun dengan intensitas yang lebih rendah yang dikenal sebagai Perang Dingin (Cold War).

Konflik Sunni vs Syiah, adalah salah-satu kartu As yang telah dimainkan oleh Zionist pro-Israel dan pengikutnya.
Bagaimana dengan wilayah Indonesia?

Setelah Israel dengan jelas mempublikasikan dokumen dan strategi mereka, akankah warga dunia bahkan kita diam saja melihat mereka melaksanakan programnya? Atau apakah strategi dan tak-tik ini hanya satu?
Semua rencana “Yinon Plan” di wilayah Timur Tengah, sebagian besar telah terlaksana, dan sebagian kecil tidak, atau bisa dibilang BELUM. Namun tak menutup kemungkinan rencana pembentukan negara besar “The Greater Israel” atau Israel Raya (Eretz Yisrael Hashlema) akan tetap dijalankan dan harus terlaksana,alias tetap harus terwujud.
Jika Anda melihat bendera Israel, nampak jelas dua garis berwarna biru yang ditengahnya terdapat logo Bintang Daud sebagai simbol wilayah negara Israel Raya.
Tahukah Anda apa maksud kedua garis biru tersebut? Kedua garis itu adalah dua sungai yang membentang sebagai batas negara Israel Raya, yaitu Sungai Nil di Mesir, hingga ke sungai Eufrat di Irak.
Pemakaian keagamaan dari “Israel Raya” merujuk kepada salah satu pengertian Alkitab dari Tanah Israel yang ditemukan dalam Kejadian 15:18-21, Ulangan 11:24, Ulangan 1:7, Ulangan 34:1-15 atau Ezekiel 47:13–20.
Saat ini, definisi paling umum dari wilayah yang melingkupi istilah tersebut adalah wilayah Negara Israel yang dipadukan dengan teritorial yang diduduki Israel.


Dalam sejarah, kaum Zionis Revisionis memakai sebuah pengartian dari seluruh wilayah yang masuk Palestina Mandat Britania, yang meliputi Mandat Palestina itu sendiri dan Trans-Yordan, yang dikembangkan secara terpisah setelah 1923.
Sistim POLITIK PECAH-BELAH (divide et īmpera) negara berdasarkan agama, rasial, suku, etnis, dan golongan yang dilakukan mereka memang sudah tersohor seantero planet Bumi sejak masa lampau. DENGAN BERBAGAI CARA yang picik, terutama dengan membonceng dan mengunggulkan agama, rasial, suku, etnis, dan golongan sebagai KULIT. Karena yang terpenting adalah TERPECAH agar dapat DIKENDALIKAN.
Zionis akan berusaha memecah-belah agar dapat mengontrol negara-negara yang tak mau patuh dan tunduk kepada mereka.
Jika tak mau maka negara-negara yang tak mau patuh dan tunduk kepada mereka akan “di cap” sebagai negara “teroris” atau “komunis”, sementara mereka para Zionis adalah Satanis.
Misalnya saja sebagai contoh: Iran yang mulai dituduh teroris karena penganut Syiah, sebuah kartu As yang dapat mereka mainkan dengan kelompok Islam Sunni untuk mengadu domba.
Juga Korea Utara, Venezuela, Cina, dan semua negara yang dekat dengan Blok-Timur. Propaganda barat sangat maju karena memegang nyaris semua mediadi planet ini.
Di dunia ini sejak “zaman baheula”, hanya ada DUA KEKUATAN UTAMA saja, yaitu paham Kapitalis dan paham Sosialis. Dimana paham Kapitalis adalah yang memikili banyak modal, uang, tanah, dan kekuasaan, dan PASTI akan menjadikan budak bagi semua manusia lainnya. Jumlah mereka para elit hanya sedikit, sekitar 1% persen saja dari seluruh penduduk Bumi.
Para elite, aristokrat dan pengusaha ultra kaya yang hanya berjumlah 1% persen itu, tidak akan mau membagikan kekayaannya yang sudah bagai sampah, karena saking kayanya, kepada manusia miskin se-planet ini. Perlu pula Anda ketahui, jika kekayaan mereka dibagikan, maka tidak ada lagi manusia atau individu yang miskin di planet ini.
Mereka lebih baik memanfaatkan dan “memainkan” kekayaannya untuk dapat menguasai manusia seantero planet ini dalam satu komando mereka, “the New World Order”(NWO), melalui politik pecah belah (divide et īmpera atau“divide and rule” atau“memecah dan memerintah”), politik adu domba, fitnah dan sejenisnya, hingga saling berperang, terkotak-kotak sehingga akhirnya manusia seantero dunia dapat mereka kuasai, karena mereka berpengaruh dalam hal apapun! Anda pun tak dapat mengelaknya.

Sementara Sosialis adalah sebaliknya, sepeti namanya ‘sosial” maka akan bersifat lebih horizontal antar manusia, tak ada yang begitu sangat kaya, dan saling berbagi dengan lainnya. Nah, pertanyaannya: Agama diturunkan untuk apa, menjadikan manusia bersifat kapitalis atau sosialis??? Karena itulah kenapa agama juga “dihajar” habis-habisan oleh para kapitalis hingga akhir zaman.
Jadi jangan heran jika kini Islam diadu-domba agar dapat dikuasai untuk dikendalikan. Dan barrier atau pembatas atau penghalang mereka kini tinggal satu, yaitu: umat Islam (Muslim).
Para pakar konspirasi YAKIN, bahwa rencana “Yinon Plan” bukan satu-satunya rencana pro-Zionis, masih ada beberapa rencana “OVER TOP SECET” lainnya yang sedang dijalankan memecah belah negara-negara di dunia hingga akhir zaman. Apakah Indonesia termasuk dalam perencanaannya?
Indikasinya sangat mudah, yaitu kembali ke akar masalah: Jika mulai terjadi politik pecah-belah dengan membonceng dan mengunggulkan agama, rasial, suku, etnis, dan golongan sebagai KULIT. Akhirnya, semua kembali lagi kepada individu kita masing-masing… Paham atau tidak? (©2017 

Sumber:

(1) pp. 49–59,Yinon, Oded (February 1982b). Beck, Yoram, ed. “אסטראטגיה לישראל בשנות השמונים” [A Strategy for Israel in the 1980s]. Kivunim (in Hebrew). 14: 49–59.
(2) Karmi, Ghada (2007). Married to Another Man: Israel’s Dilemma in Palestine. Pluto Press. ISBN 978-0-745-32066-3.
(3) Bernstein, Deborah (2012). “Introduction”. In Bernstein, Deborah. Pioneers and Homemakers: Jewish Women in Pre-State Israel. SUNY Press. pp. 1–20. ISBN 978-0-791-49660-2.
(4) Chomsky, Noam (1999). Fateful Triangle: The United States, Israel, and the Palestinians. South End Press. p. 456. ISBN 978-0-896-08601-2.
(5) Primakov, Yevgeny (2009). Russia and the Arabs: Behind the Scenes in the Middle East from the Cold War to the Present. Translated by Paul Gould. New York: Basic Books. p. 201. ISBN 978-0-465-01997-7.
(6) Masalha, Nur (2000). Imperial Israel and the Palestinians: The Politics of Expansion. Pluto Press. pp. 94–95. ISBN 978-0-745-31615-4.
(7) Sleiman, André G. (2014). “Zionizing the Middle East: Rumours of the ‘Kissinger Plan’ in Lebanon, 1973–1982”. In Butter, Michael; Reinkowski, Maurus. Conspiracy Theories in the United States and the Middle East: A Comparative Approach. Walter de Gruyter. pp. 76–99. ISBN 978-3-110-33827-0.
(8) Legrain, Jean-François (2013). “The Shiite Peril in Palestine:Between Phobias and Propaganda”. In Maréchal, Brigitte; Zemni, Sami. The Dynamics of Sunni-Shia Relationships: Doctrine, Transnationalism, Intellectuals and the Media. Hurst Publishers. pp. 48, 266. ISBN 978-1-849-04217-8.
(9) Becker, Ted; Polkinghorn, Brian (2017). A New Pathway to World Peace: From American Empire to First Global Nation. Wipf and Stock. ISBN 978-1-532-61819-2.
(10) Cohen Tzemach, Yaron (8 February 2016). “The Conspiracy Theorists Celebrate: How Israel Created ISIS in order to Take Over the World – and What is the Connection to the Gangster Dr. Farid?”. TheMarker (in Hebrew). Retrieved 14 July 2017.
(11) pp. 49–59, Yinon, Oded (February 1982b). Beck, Yoram, ed. “אסטראטגיה לישראל בשנות השמונים” [A Strategy for Israel in the 1980s]. Kivunim (in Hebrew). 14: 49–59.
(12) Chomsky, Noam (1999). Fateful Triangle: The United States, Israel, and the Palestinians. South End Press. p. 456. ISBN 978-0-896-08601-2.
(13) Labévière, Richard (2000). Dollars for Terror: The United States and Islam. Algora Publishing. ISBN 978-1-892-94120-6.
(14) Ali, Abbas J. (Fall 1990). “Management Theory in a Transitional Society: The Arab’s Experience”. International Studies of Management & Organization. 20 (3): 7–35. JSTOR 40397141.
(15) Ahmad, Muhammad Idrees (2014). The Road to Iraq: The Making of a Neoconservative War. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-748-69304-7.
(16) Heard, Linda S. (26 April 2006). “Is the US Waging Israel’s Wars?”. CounterPunch. Retrieved 9 October 2016.
(17) Tilley, Virginia (2010). The One-State Solution: A Breakthrough for Peace in the Israeli-Palestinian Deadlock. University of Michigan Press. ISBN 978-0-472-02616-6.
(18) Ahmad, Muhammad Idrees (2014). The Road to Iraq: The Making of a Neoconservative War. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-748-69304-7.
(19) Ahmad, Muhammad Idrees (2014). The Road to Iraq: The Making of a Neoconservative War. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-748-69304-7.
(20) Sleiman, André G. (2014). “Zionizing the Middle East: Rumours of the ‘Kissinger Plan’ in Lebanon, 1973–1982”. In Butter, Michael; Reinkowski, Maurus. Conspiracy Theories in the United States and the Middle East: A Comparative Approach. Walter de Gruyter. pp. 76–99. ISBN 978-3-110-33827-0.


(21) Chossudovsky, Michel (6 September 2015). Shahak, Israel, ed. “Editorial note”. Global Research.
Pustaka:
(TAMAT)

No comments: