ODED YINON PLAN: Pecah Belah Dunia Arab oleh Zionis, Bagaimana Indonesia? (Bag.1)

Istilah Oded Yinon atau kini disebut “Yinon Plan” merujuk pada sebuah makalah esai yang diterbitkan pada Februari 1982 dalam jurnal bahasa Ibrani, “Kivunim” yang dalam bahasa Inggris berarti Directions atau “Arahan”.
Jurnal ini berjudul “A Strategy for Israel in the 1980s” (Strategi untuk Israel pada 1980-an). Journal ini untuk Yudaisme dan Zionisme, Issue no. 14 – Winter, 5742, Februari 1982, Editor: Yoram Beck. Komite Editorial: Eli Eyal, Yoram Beck, Amnon Hadari, Yohanan Manor, Elieser Schweid. Diterbitkan oleh Departemen Publisitas / Organisasi Zionis Dunia, Yerusalem. (1)


Mungkin timbul pertanyaan, mengapa Zionis mempublikasikan dokumen ini? Jawabannya diberikan oleh Israel Shahak, penerjemah dokumen ini ke dalam bahasa Inggris. Menurutnya, publikasi dokumen ini ditujukan untuk orang-orang Yahudi sedunia agar mereka memahami (dan mendukung) strategi politik Israel.
Dalam perhitungan mereka (dan ini terbukti hingga sekarang), bangsa-bangsa Timur Tengah tidak akan terlalu peduli pada dokumen ini dan tidak akan melakukan langkah-langkah strategis untuk melawan rencana dan strategi jangka panjang Zionis ini.
Kivunim berkala triwulanan (per tiga bulan) (2), yang didedikasikan untuk studi Yudaisme dan Zionisme yang muncul antara tahun 1978 dan 1987 (3), dan diterbitkan oleh “the World Zionist Organization’s department of Information” atau departemen Informasi Organisasi Zionis Dunia yang berada di Yerusalem. (4)
Artikel itu ditulis oleh Oded Yinon, adalah mantan penasihat Ariel Sharon, mantan pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Israel dan jurnalis untuk The Jerusalem Post.
Istilah ini dikutip sebagai contoh awal dari mengkarakterisasi proyek-proyek politik di Timur Tengah dalam hal logika perpecahan sektarian (sectarian divisions). (8)
Istilah ini telah memainkan peran dalam kedua analisis resolusi konflik oleh para sarjana yang menganggapnya telah mempengaruhi perumusan kebijakan yang diadopsi oleh pemerintahan Amerika di bawah George W. Bush (9), dan juga dalam teori konspirasi yang menurutnya artikel tersebut diprediksi atau direncanakan untuk peristiwa politik besar di Timur Tengah sejak 1980-an, termasuk invasi Irak tahun 2003 dan penggulingan Saddam Hussein, Perang Sipil Suriah dan kebangkitan Negara Islam.
Klaim tersebut telah dibuat bahwa artikel Yinon diadopsi oleh anggota “Institute for Zionist Strategies” di pemerintahan Amerika sampai dianggap diambil sebagai cara untuk memajukan kepentingan Amerika di Timur Tengah, serta mencapai impian bangsa Yahudi akan sebuah negara Zionis “dari sungai Nil di Mesir hingga ke sungai Eufrat di Irak”, yang mencakup sebagian besar Timur Tengah, seperti yang tertulis dalam Alkitab Ibrani (Hebrew Bible). (10)
The Arab Springs
Dari makalah itulah, timbul gagasan dalam suatu project sangat rahasia yang terus berjalan hingga kini untuk menumbangkan dan memecah belah bangsa-bangsa di Timur Tengah yang dikenal pada mas kini sebagai The Arab Springs atau “Musim Semi Arab” atau dalam istilah mereka “Kebangkitan dunia Arab”
The Arab Springs adalah gelombang revolusi atau serangkaian protes anti-pemerintah, demonstrasi atau unjuk rasa anti-pemerintah dan pemberontakan bersenjata yang menyebar di Timur Tengah pada akhir 2010. Ini dimulai sebagai tanggapan terhadap rezim yang menindas dan standar hidup yang rendah, dimulai dengan protes di Tunisia sejak 18 Desember 2010, dan Mesir, perang saudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, dan Yaman.


Juga terjadi protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman, serta protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Kerusuhan di perbatasan Israel bulan Mei 2011 juga terinspirasi oleh kebangkitan dunia Arab ini.



Arab Springs pada tahun 2011. Hingga kini beberapa negara Arab masih diadu domba melalui intelijen asing sebagai phak ketiga agar selalu perang saudara.
Protes ini menggunakan teknik pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi, pawai, dan pemanfaatan media sosial, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan Skype, untuk mengorganisir, berkomunikasi, dan meningkatkan kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan dan penyensoran Internet oleh pemerintah.
Banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh pihak berwajib, serta milisi dan pengunjuk rasa pro-pemerintah. Slogan pengunjuk rasa di dunia Arab yaitu “Ash-sha`b yurid isqat an-nizam” atau “Rakyat ingin menumbangkan rezim ini”.
Dalam berita tersebut, media sosial telah digembar-gemborkan sebagai kekuatan pendorong di belakang penyebaran revolusi yang cepat bagai kanker di Timur Tengah bahkan di seluruh dunia, ketika protes baru muncul sebagai tanggapan terhadap kisah sukses yang dibagikan dari yang terjadi di negara lain.
Dari Timur Tengah, efek Arab Spring kemudian mendunia, seperti terjadi di benua Afrika yaitu di Djibouti, Ivory Coast, Gabon, Malawi, Mali, Mozambique, Uganda, dan Zimbabwe. Protes terhadap pemerintah juga terjadi di benua Eropa seperti di Bosnia dan Herzegovina, Yunani, Russia, Spanyol, Turki, Ukraina bahkan di Inggris Raya.
Sementara di benua Asia yang terkena dampaknya terjadi di Armenia, Azerbaijan, China, Tibet, Kurdistan di Irak, Iran, Malaysia, Maldives, Myanmar, Korea Utara dan Vietnam bahkan Israel.
Protes di Israel disebut sebagai “Protes Perumahan Israel 2011”, adalah serangkaian demonstrasi jalanan yang sedang berlangsung di seluruh Israel mulai 14 Juli 2011 dan seterusnya, dan mereka telah menyertakan demonstrasi terbesar yang pernah terlihat di negara itu, yang terjadi pada 3 September 2011 dan memiliki 460.000 pemrotes di seluruh negeri, termasuk 300.000 pemrotes di Tel Aviv saja.
/media/2019/07/640px-Israel_Housing_Protests_Tel_Aviv_August_6_2011b.jpg

Warga Israel protest di Tel Aviv, Juli 2011
“Protes Perumahan Israel 2011” dimulai setelah sekelompok warga Israel protes di Facebook dan memimpin ratusan orang untuk berkemah di tenda di pusat Tel Aviv di Rothschild Boulevard. gerakan segera mendapatkan momentum dan memulai wacana publik di Israel mengenai tingginya biaya perumahan dan biaya hidup. Protes cepat menyebar ke banyak kota lain di Israel ketika ribuan demonstran Israel mulai berkemah di tenda-tenda di tengah jalan-jalan pusat sebagai sarana untuk para pengunjuk rasa merasa keberatan dengan kenaikan harga perumahan di Israel, dan terutama di kota-kota besar negara itu.
Setelah dilakukan penelitian media dan ilmiah bahwa protes tersebut telah diilhami oleh Arab Spring yang sedang berlangsung, namun protes di Israel umumnya non-kekerasan.
Di benua Amerika juga tak ketinggalan tersulut efek Arab Spring, seperti di Argentina, Bolivia, Brazil, Ekuador, Mexico, dan Amerika Serikat, bahkan hingga ke negara kepulauan di Pasifik, yaitu Fiji.
Serangkaian demonstrasi terjadi di Amerika Serikat, dimulai pada 14 Februari 2011 dan berlanjut hingga 12 Maret 2011, yang melibatkan puluhan ribu demonstran termasuk anggota serikat pekerja, mahasiswa, dan warga negara lainnya. Tujuan utama protes berkaitan dengan undang-undang perundingan bersama dan berlangsung terutama di sekitar Wisconsin State Capitol, yang terletak di Madison, Wisconsin, dengan protes yang lebih kecil di kota-kota Milwaukee dan Green Bay, di berbagai kampus universitas termasuk Universitas Wisconsin- Madison dan University of Wisconsin – Milwaukee, dan menyebar ke ibukota negara bagian AS lainnya, Columbus, Ohio.
/media/2019/07/640px-2011_Wisconsin_Budget_Protests_1_JO.jpg
Ribuan orang berkumpul di luar gedung Capitol Wisconsin untuk memprotes tagihan Gubernur Walker. Pertemuan itu diperkirakan mencapai 70.000 hingga 100.000 orang.
Serangkaian demonstrasi yang terjadi di Amerika Serikat dianggap terinspirasi oleh Revolusi Mesir 2011 dalam rentetan Arab Spring oleh ketua Komite Anggaran Amerika Serikat tentang Anggaran, Paul Ryan dan resesi akhir tahun 2000-an.
Sementara sensor oleh pemerintah dan dilakukannya tindakan pencegahan akibat efek Arab Spring ini terjadi di Ethiopia, Equatorial Guinea, Eritrea, Kazakhstan, Nigeria, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Sementara dampak politik akibat Arab Spring justru terjadi di Perancis yaitu: Menteri Luar Negeri Prancis Michele Alliot-Marie mengundurkan diri, Israel: pemerintah Israel memerintahkan penyelidikan atas kegagalan intelijen karena ketika protes di Mesir dimulai, Kepala Intelejen IDF Aviv Kochavi menyatakan pemerintah Mesir tidak dalam bahaya runtuh.
Sedangkan dampak politik akibat Arab Spring di Inggris Raya: Howard Davies dari London School of Economics mengundurkan diri karena dukungan moneter lembaga tersebut dari Libya, dan di Amerika Serikat: Presiden Barack Obama, Sekretaris Pertahanan Robert Gates, Direktur CIA Leon Panetta, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, dan pejabat tinggi lainnya serta lembaga pemerintah terkejut atas pemberontakan-pemberontakan tersebut, dan dituduh memimpin kegagalan intelijen besar-besaran.



Dampak the Arab Spring.

Argumentasi Makalah “Yinon Plan”


Yinon berpendapat bahwa dunia sedang menyaksikan zaman baru dalam sejarah tanpa preseden (hal yang telah terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh), yang membutuhkan pengembangan perspektif baru dan strategi operasional untuk mengimplementasikannya. Fondasi rasionalis dan humanis dari peradaban Barat berada dalam kondisi runtuh. (11)
Blok Barat hancur sebelum serangan gabung
Dunia Muslim Arab yang mengelilingi Israel telah secara sewenang-wenang diiris dan dipecah-belah menjadi 19 negara yang secara etnis heterogen oleh kekuatan kekaisaran, yaitu Perancis dan Inggris. (13)
Dan mereka hanya sebagai “rumah sementara bagi kartu-kartu yang disatukan oleh orang asing” – gagasan bahwa Pan-Arabisme adalah “a house of cards” atau rumah kartu yang akan runtuh telah diperdebatkan oleh Fouad Ajami beberapa tahun sebelumnya (14), terdiri dari etnis minoritas dan mayoritas yang saling bermusuhan, yang setelah hancur menjadi berkeping-keping, maka wilayah kekuasaan feodal, tidak akan lagi menantang Israel, dalam interpretasi Ahmad. (15)
Faktor-faktor sentrifugal akan memunculkan dinamika fragmentasi yang, meski sangat berbahaya, akan menawarkan peluang bagi Israel yang gagal dieksploitasi pada tahun 1967. (13)
Fouad Ajami kemudian mulai menganalisis kelemahan negara-negara Arab, dengan mengutip apa yang dia anggap sebagai kelemahan dalam struktur nasional dan sosial mereka, menyimpulkan bahwa Israel harus bertujuan untuk membawa fragmentasi dunia Arab ke dalam mosaik pengelompokan etnis dan pengakuan. (6)
“Setiap jenis konfrontasi antar-Arab, akan terbukti menguntungkan bagi Israel dalam jangka pendek,” kata Fouad Ajami. (16)
Fouad Ajami melihat peristiwa-peristiwa kontemporer di Lebanon sebagai bayangan dari perkembangan masa depan secara keseluruhan di seluruh dunia Arab. Gejolak akan menciptakan “preseden” (hal yang telah terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh), untuk membimbing strategi jangka pendek dan jangka panjang Israel.

Secara khusus, ia menegaskan bahwa tujuan langsung kebijakan haruslah pembubaran kemampuan militer negara-negara Arab di sebelah timur Israel, sementara tujuan jangka panjang utama harus bekerja menuju pembentukan wilayah unik yang didefinisikan dalam hal identitas etnonasional dan agama. (17)
Cetak Biru untuk Timur Tengah
  • LibyaKebohongan dilakukan Zionist Israel terhadap Presiden Libya, Muamar Gaddafi. Agen Mossad Zionist Israel menanamkan pemancar radio di kompleks Presiden Libya, Muamar Gaddafi di Tripoli, Libya untuk menyiarkan transmisi palsu teroris.Seorang agen Mossad mengakui bahwa pada tahun 1984 lalu, Mossad telah melakukan operasi intelijen “Bendera Palsu” (False Flag Operation) dengan cara menanam pemancar radio di kompleks rumah Gaddaffi di Tripoli, Libya.Kemudian Mossad menyiarkan trasmisi teroris palsu yang sebelumnya telah direkam oleh Mossad melalui pemancar yang telah ditanam itu. Hal itu dilakukan untuk menuduh bahwa Gaddaffi sebagai pendukung teroris. Tak lama sesudah operasi intelijen False Flagitu, Ronald Reagan segera membom dan menyerang Libya untuk membunuh pemimpin Libya itu.
    • MesirYinon mengira pertemuan Camp David Accords tahun 1978, yaitu perjanjian damai yang ditandatangani oleh Menachem Begin dan Anwar Sadat, adalah salah.Yinon mengklaim, salah satu tujuan Israel untuk tahun 1980-an adalah “pembongkaran Mesir”, sebuah negara yang ia gambarkan sebagai “mayat”, untuk membangun kembali “status quo ante” (keadaan sebagaimana ketika belum terjadi peperangan), ketika Israel menguasai Semenanjung Sinai. (12)Yinon berharap dapat melihat pembentukan negara Kristen Koptik di perbatasan utara Mesir, namun tak terjadi. Yinon menyematkan harapan pada invasi cepat Israel ke Sinai yang dipicu oleh pecahnya masa depan oleh Mesir dari persyaratan perdamaian yang ditengahi Amerika, sesuatu yang, di bawah Hosni Mubarak, gagal terwujud. (16)

    • (BERSAMBUNG)

No comments: