Kisah Sukarno di Balik Masjid Sunan Gunung Jati Garmini

Masjid Sunan Gunung Jati Garmini
Masjid Sunan Gunung Jati Garmini
Andrian Saputra
Penamaan Masjid Sunan Gunung Jati Garmini diberikan Sukarno.


Masjid Sunan Gunung Jati Garmini Cirebon ternyata memiliki kaitan erat dengan proklamator RI, Presiden Sukarno. Bahkan masjid yang terletak di Jalan Kesambi, Kecamatan Kesambi, Cirebon itu menyimpan secuil kisah yang menggambarkan sisi religiusitas Sukarno. 


Lahan yang kini menjadi Masjid Sunan Gunung Jati Garmini dulunya adalah sebuah area persawahan. Lahan itu milik seorang tokoh perempuan di Cirebon yang juga aktif di Nadhlatul Ulama Cirebon yakni Hj Siti Garmini Sarojo. Pada 17 Agustus 1960, Garmini yang juga istri dari Sultan Hasanuddin ke-4 dari Keraton Kanoman Cirebon mewakafkan lahan sekitar 500 meter persegi itu dan membangun sebuah masjid. 



Awal pembangunan masjid pun menjadi istimewa, sebab dihadiri langsung Presiden Sukarno. Tak hanya menyaksikan peletakan batu pertama, bahkan Sukarno langsung yang memberikan nama bagi masjid ini yaitu Masjid Sunan Gunung Jati. 


photo


Muadzin Masjid Sunan Gunung Jati Garmini, Raden Muhammad Tuban


Menurut Raden Muhammad Tuban, seorang sesepuh Kesambi sekaligus pengurus dan muazin di masjid Sunan Gunung Jati Garmini, nama Sunan Gunung Jati dipilih tak lepas sebagai penghormatan Sukarno terhadap keluarga keraton dan seorang wali penyebar Islam di Cirebon yakni Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. 


“Karena Ibu Garmini ini punya suami Sultan Hasanuddin keempat, makanya Sukarno bisa dipanggil datang oleh Sultan. Jadi yang meresmikannya Sukarno langsung,” kata Raden Muhammad Tuban yang sudah berusia 77 tahun saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (23/7). 


Setelah masjid berdiri, Sukarno pun tak pernah melupakan masjid itu. Menurut Raden Muhammad Tuban, jika Sukarno kebetulan melintasi Kota Cirebon, tokoh Proklamasi itu pasti menyempatkan diri singgah di Masjid Sunan Gunung Jati. Menariknya Sukarno selalu datang ke Masjid Sunan Gunung Jati pada malam hari tanpa diketahui orang banyak. “Kalau lewat Cirebon pasti kesini, tapi Soekarno kalau datangnya itu malam terus untuk sholat tahajud,” kata Raden Muhammad Tuban. 


Dan saban datang ke masjid untuk melaksanakan shalat malam, menurut Raden Muhammad Tuban Sukarno selalu menggunakan baju adat keratonan yang diberikan oleh keraton lengkap dengan penutup kepalanya. 


Setidaknya sudah tiga kali Raden Muhammad Tuban menyaksikan kedatangan Sukarno saat malam hari untuk shalat malam di Masjid itu. Menurutnya saban datang ke masjid, Sukarno selalu shalat di shaf pertama tepat dibelakang mihrab. “Kalau datang engga lama paling sekitar sepuluh menit,” katanya.


Masjid Sunan Gunung Jati Garmini pun mempunyai desain yang cukup menarik. Seluruh bangunan masjid dicat berwarna hijau, menurut Raden Muhammad Tuban, warna hijau telah dipilih sejak awal berdirinya masjid itu.


photo


Suasana Pondok Tahfiz Masjid Sunan Gunung Jati Garmini.


Terdapat sembilan pintu yang mengelilingi masjid yang mempunyai makna untuk mengingat perjuangannya para wali songo yakni sembilan wali yang menyebarkan Islam di Nusantara. 


Sementara tiga pintu di depan berukuran lebih besar dan berbentuk setengah lingkaran pada bagian atasnya. Menurut Raden Muhammad Tuban dulunya pintu depan masjid dibiarkan terbuka sehingga masyarakat dapat masuk kapanpun.


Selain itu terdapat pintu kecil di luar masjid dekat pelataran, pintu tersebut awalnya dikhususkan bagi pendiri masjid yakni Hj Garmini. Di pekarangan masjid terdapat Pondok Tahfiz Alquran Garmini yang setiap sore hari menjadi tempat bagi sekitar 40 santri mempelajari Alquran.

No comments: