Dahsyatnya Memaafkan

Takwa (ilustrasi).

Salah satu ciri orang yang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain.

Faozan Amar




Salah satu ciri orang yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam surah Ali Imran 134 adalah mau memaafkan kesalahan orang lain. Mengapa demikian? Sebab, manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dan, ketika ber in teraksi dengan sesama manusia, pasti akan berbuat salah dan dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.


Apalagi, jika ia adalah sesama Muslim. "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu" (QS al-Hujurat: 10). Karena itu, saling memaafkan adalah kunci untuk mewujudkan perdamaian.


Alkisah, setiap akan berangkat ke masjid Nabi Mu ham mad SAW selalu melewati sebuah rumah ber tingkat yang dihuni seorang nenek tua. Suatu ketika, saat lewat di depan rumah itu, Rasulullah mendapati si nenek berada di lantai tingkat rumahnya sedang mengerjakan sesuatu. Tepat berada di depan rumah, rupanya ia sedang bersiap untuk melempari Nabi dengan kotorankotoran yang baru dibersihkannya. Dengan sengaja ia menjatuhkannya persis di atas kepala Rasulullah.


Dengan harapan Nabi marah, ternyata justru dibalas dengan senyuman tulus. Tak puas dengan itu, keesokan harinya nenek itu kembali melempari kotoran dan melu da hinya. Nabi pun tetap membalasnya dengan senyum manis. Hingga suatu hari, si nenek tidak tampak di tem pat biasanya melempari kotoran. Nabi heran dan ber ta nya kepada tetangga sebelah rumah nenek tersebut. Kemudian, tetangga itu menjawab bahwa si nenek tua itu hidup sebatang kara dan sekarang sedang sakit.


Bayangkan, kira-kira apa yang akan terucap oleh kita apabila orang yang selama ini menzalimi ternyata sedang sakit. Tentu akan senang bukan? Namun demikian, berbeda dengan Nabi SAW. Tanpa menunggu lama, Rasulullah bergegas menuju rumah si nenek tua itu. Karena sudah mengetuk pintu tak ada jawaban, akhirnya Nabi masuk dan menyaksikan nenek tua sedang berbaring lemas. Karena perangainya yang buruk, tak ada satu pun tetangganya mau menjenguk nenek itu, dan Nabi adalah orang yang pertama kali menjenguknya.


Beliau menyiapkan makanan, menimbakan air dan membersihkan rumah. Penasaran siapa yang membantunya, si nenek berusaha bangkit dan mencari tahu. Kagetlah ia, yang tulus membantu dan menjenguknya pertama kali justru orang yang selama ini paling dihinakan dan dibencinya. Bagaimana tidak tersentak hati, si nenek melihat tidak ada sedikitpun dendam dan rasa amarah di hati Rasulullah. Karena itulah, si nenek kemudian minta maaf dan berjanji akan memeluk Islam sebagai ajaran yang akan dianutnya. Dan, Nabi SAW memaafkannya.


Kisah lain tentang memaafkan dapat kita baca dari Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Setelah di penjara oleh lawan-lawan politiknya, hal yang pertama kali dilakukan ketika dibebaskan adalah memaafkan sipir penjara yang selalu menyiksanya dalam penjara. "Memaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, tapi akan melapangkan jalan kita di masa depan," demikian kata Mandela.


Kita tahu setelah menjadi Presiden, Mandela tidak hanya menghapus kebijakan pemisahan warna kulit (apartheid), tetapi juga membawa Afrika Selatan sebagai sebuah negara maju di benua Afrika, memberantas kemiskinan, serta rekonsiliasi rasial. "Memaafkan adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada orang lain dan diri kita sendiri." Dalam dan melalui pengampunan, kita menjadikan diri kita dan orang lain sebagai hadiah. Kehadiran orang lain dalam kehidupan selalu dihargai sebagai subjek yang perlu dihormati.


Itulah dua kisah tentang betapa dahsyatnya memaafkan. Forgive, but not forget, sebuah kalimat yang mendunia dari Nelson Mandela. Mari kita saling memaafkan agar jalan kedamaian dapat terwujud. Dan, kita tidak harus melupakan karena akan menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Wallahu a'lam.n

No comments: