Sang Khalifah Panata Tajuq, Siapakah Dia?

Tujuh orang muadzin mengumandangkan adzan pertama pada salat Jumat di Masjid Agung Kasepuhan (Sang Cipta Rasa) Cirebon Jawa Barat , Jumat (3/10). Adzan yang dikumandangkan oleh tujuh orang muadzin tersebut telah menjadi tradisi di Masjid Agung Kasepuhan (S

Dalam salah satu wasiatnya, Sunan Gunung Jati pun menitipkan kepada para penerusnya dan umat Islam pada umumnya, untuk senantiasa menjaga dan memakmurkan masjid. "Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin (Saya titip masjid/mushola dan fakir miskin)," begitulah bunyi wasiat Sang Wali.





Wasiat Sunan Gunung Jati itu selaras dengan kiprah Wakil Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia(DMI), Komjen Pol Syafruddin. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia tersebut dinilai telah berjasa dalam mengembangkan dan memakmurkan masjid.


photo


Wakil Ketua Umum DMI Komjen Pol. Syafruddin menerima Anugerah Khalifah Panata Tajuq dari Keraton Kasepuhan Cirebon Sultan Sepuh XIV Keraton Kesepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat SE.




Untuk itu, Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat pun menganugerahinya gelar sebagai Khalifah Panata Tajuq. Anugerah itu diberikan langsung oleh Sultan Sepuh kepada Syafruddin dalam acara Simposium Wisata Religi Berbasis Masjid, di Keraton Kasepuhan Cirebon, Sabtu (5/5).





Sultan Sepuh menilai, Syafruddin sangat serius dalam membina satu juta masjid di seluruh Indonesia. Selain itu, Syafruddin juga sangat serius dalam membangundestinasi wisata relijius berbasis masjid. "Beliau juga merupakan Tokoh Perubahan Republika 2018," tutur Sultan Sepuh, kepada Republika.co.id, Sabtu (5/5).








Sultan Sepuh berharap, pemberian gelar itu bisa menambah semangat Syafruddin untuk membina masjid di seluruh Indonesia. Dia pun berdoa semoga hal tersebut menjadi amal ibadah dan inspirasi dalam menebar kebaikan dan amal soleh bagi umat.





Sementara itu, Wakil Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Pol Syafruddin mengungkapkan, masjid bukan hanya tempat ibadah ritual semata. Namun, masjid juga menjadi pusat kegiatan masyarakat dalam berbagai bidang. Pihaknya pun berupaya mengembangkan masjid menjadi wisata reliji.





Khusus tentang Cirebon, Syafruddin mengatakan, selain Masjid Sang Cipta Rasa, ada 20 masjid lainnya yang akan disinkronisasikan. Dengan demikian, bisa lebih menarik minat masyarakat, baik domestik maupun mancanegara, untuk berwisata ke masjid-masjid, terutama yang punya sejarah panjang tentang peradaban Islam.





"Cirebon akan kita jadikan ikon wisata halal dan wisata reliji untuk ke depannya," tegasSyafruddin.





Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Pemkot Cirebon menyambut baik diluncurkannya wisata religi berbasis masjid. Wisata religi dinilai sebagai potensi masa datang yang dapat menjadi pendorong utama kemajuan daerah.





"Kami menyambut baik dilaksanakannya acara ini dan berterima kasih atas penunjukkan KotaCirebon sebagai tuan rumah," kata Pj Wali Kota Cirebon, Dedi Taufik, saat pembukaan Simposium Wisata Religi Berbasis Masjid di Keraton Kasepuhan.





Dedi mengungkapkan, Kota Cirebon memiliki akar sejarah yang kuat dalam pengembangan Islam di tanah Jawa. Hingga kini, peninggalan-peninggalan sejarah tersebut masih bisa terlihat dan terpelihara dengan baik. Bahkan wejangan 'Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin' dari Sunan Gunung Jati hingga kini juga masih dijalankan dengan baik.





Dedi menambahkan,tak hanya memakmurkan masjid, namun pengembangan wisata religi atau wisata halal juga akan mendorong pemberdayaan perekonomian di sekitar masjid. Dia menilai, hal tersebut merupakan potensi masa datang yang dapat menjadi pendorong utama kemajuan daerah, khususnya Kota Cirebon.

No comments: