Rahasia Kemenangan di Bulan Ramadhan

Perlawanan ini hanya bisa dimenangkan oleh mereka yang tidak berhenti kepada keagungan bulan Rumadhan Rahasia Kemenangan di Bulan Ramadhan
DUA kemengan gemilang yang diraih oleh umat Islam dalam perang Badar Kubra (2 H) dan Fath Mekah (8 H), seringkali dikaitkan dengan keagungan bulan suci Ramadhan. Sebenarnya tidak salah, namun ada unsur lain yang barangkali kurang diperhatikan, yaitu: karakteristik umat yang dimenangkan Allah dalam bulan penuh berkah ini. Sebab, satu sama lain adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.
Perang Badar Kubra misalnya, memang benar peristiwa ini terjadi di bulan Ramadhan yang disebut sebagai “Yaum al-Furqân” (Hari Pembeda antara yang Haq dan Bathil) sebagaimana termaktub dalam surah Al-Anfal [8] aya 41.
Namun, bila melihat pada karakteristik pejuang dari perang monumental ini –atas izin Allah- juga berperan besar dalam menorehkan kemenangan gemilang.
Melalui surah Ali Imran [3] ayat 123 sampai 128 dan Al-Anfal [8] ayat 41 sampai 45 ada beberapa poin yang membuat mereka ditolong oleh Allah. Menurut ayat tersebut, para pejuang ini memiliki: iman kuat, ketakwaan tinggi, sabar, taat, ketenangan hati, yakin akan pertolingan Allah, tegar dalam perjuangan dan selalu mengingat Allah.
Kemenangan pada Fath Makkah pun juga tidak lepas dari sifat-sifat yang dimiliki oleh pejuang hebat. Berdasarkan surah Al-Fath [48] ayat 1 sampai 29, didapati karakteristik luhur mereka, di antaranya: iman, ketenangan jiwa, menyokong dan mengagungkan Rasulullah, bertasbih, loyalitas tinggi, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, takwa, tegas kepada orang kafir dan berkasih sayang kepada sesama mukmin serta rajin beribadah untuk memperoleh karunia dan rida Allah.
Beberapa karakter yang terdapat dalam kedua perang tersebut ternyata secara subtansial hampir sama. Artinya, kemenangan yang dihadiahkan Allah di bulan Ramadhan itu bukan barang gratis. Dibutuhkan keimanan, ketakwaan, perjuangan, pengorbanan, keikhlasan niat, ketenangan jiwa dan karakteristik luhur lainnya.
Dari sini, bisa dimengerti rahasi betapa banyak peperangan yang dimenangkan oleh umat Islam di bulan Ramadhan: di samping berada dalam momen bulan yang begitu agung, kualitas mereka juga sangat tinggi sehingga patut ditolong oleh Allah Subhanahu wata’ala.
Menariknya, dari berbagai cerita sejarah gemilang kemenangan umat Islam di bulan Ramadhan, rata-rata kemenangan tidak ditentukan oleh kuantitas, namun kualitas. Laksana kisah Thalaut dan Daud yang bisa mengalahkan raksasa Jalut. Pada Al-Baqarah [2]: ayat 249 disebutkan, “Betapa banyak kelompok yang sedikit mengalahkan kelompok yang banyak atas izin Allah.” Para sahabat di lembah Badar bisa menang dengan jumlah sedikit berdasarkan iman.
Dari sini pula, bisa dimengerti mengapa umat Islam sempat kalah dalam perang Hunain pasca membebaskan kota Mekah sebagaimana yang disinggung dalam surah At-Taubah [9] ayat 25 adalah karena mereka terlalu membanggakan kuantitas, ujub dengan jumlah banyak padahal itu sama sekali tidak berarti di sisi Allah tanpa adanya keimanan dan keikhlasan.
Kemenangan dalam perang-perang lain di bulan Ramadhan seperti: Buwaib, Naubah, Pembebasan Andalusia, Pembebasan di Prancis, Balath Syuhada, Amuriyah, Harim, Shafad, Anthakiyah, Ainun Jalut, Armenia Kecil, Cyprus dan lain sebagainya (baca: Min Ma’ârik al-Muslimîn fî Ramadhân, karya: Dr. Abdul Aziz [1994]) tidak bisa dilepaskan dari kualitas kepribadian para pejuang di bulan Ramadhan.
Sangat relevan sekali nasihat populer Umar bin Khattab yang ditujukan kepada para pejuang muslim sebelum berduel di medan pertempuran bahwa pertolongan Allah tidak diperoleh dari sekadar persiapan matang tapi juga karena kekuatan iman dan kemaksiatan musuh. Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu juga pernah mengingatkan, sebagaimana termaktub dalam “Fath al-Bâri” (2001 :VI/30) : “Persiapkan amal saleh sebelum perang, sesungguhnya kalian perang dengan amal (shaleh) kalian.”
Di bulan Ramadhan ini, mungkin tidak ada perang secara fisik. Namun, musuh-musuh lain seperti setan, hawa nafsu dan lain sebagainya masih siap sedia.
Perlawanan ini hanya bisa dimenangkan oleh mereka yang tidak berhenti kepada keagungan bulan Rumadhan, tapi sekaligus memantaskan diri dengan karakter-karakter luhur yang dimiliki oleh orang-orang yang dimenangkan Allah pada Badar, Fath Makkah dan lain sebagainya.*/Mahmud Budi Setiawan

No comments: