Masjid Sembilan Kubah Kuno yang Masih Jadi Misteri

Masjid 9 kubah setelah direstorasi.
Masjid 9 kubah setelah direstorasi.
Di daratan putih yang berdebu di utara Afghanistan, para arkeolog tengah berusaha untuk mengungkap rahasia dari salah satu masjid tertua di dunia. Masjid tersebut memiliki struktur bangunan yang masih berdiri tegak setelah seribu tahun dalam kesendiriannya.

Adalah Masjid Sembilan Kubah yang berkilau dengan sisa-sisa batu lazuli lapis biru yang menancapkannya. Nama untuk masjid itu diberikan untuk kubah yang pernah memahkotai tiang-tiangnya yang didekorasi dengan rapi.

Hasil penanggalan karbon yang dilakukan pada awal 2017 menunjukkan, bahwa struktur kuno di Provinsi Balkh tersebut dibangun pada abad kedelapan, sesaat setelah Islam masuk ke Asia Tengah. Namun, tepat pada saat kapan dan di bawah kepimpinan siapa, keberadaan dari masjid itu masih menjadi misteri. Bertahannya bangunan sederhana dengan hanya 20 kali 20 meter itu telah memperdaya para ahli.

"Ini adalah keajaiban, masjid masih berdiri meski ada waktu dan erosi," kata arsitek Italia, Ugo Tonietti, dilansir dari Gulf News, Selasa (9/1).

Tonietti adalah seorang arsitek dari Universitas Florence, yang mengkhususkan diri pada konservasi warisan budaya. Ia mengatakan, masjid tersebut telah melewati waktu berabad-abad dan telah mengalami kerusakan sebagian disebabkan oleh iklim yang gersang di wilayah ini. Menurutnya, masjid sembilan kubah itu adalah salah satu bangunan Islam terbaik yang terpelihara pada usianya di dunia ini. Karena menurutnya, bangunan masjid itu sangat berharga dan sangat rentan. Waktu telah melunturkan sebagian warna dari tiang-tiang bangunannya. Namun, masjid tersebut adalah tontonan yang mempesona.

"Ini adalah mahakarya. Anda harus membayangkan bagaimana tampilannya, dihiasi sepenuhnya dengan lapis, beberapa bagian berwarna merah, semuanya ditutupi dan dilukis: seperti taman surga di dalamnya, dengan langit di atas, kubah dengan hiasan putih dan biru," ujar Toniette.

Dia mengatakan, daun pohon anggur yang halus tergores pada pilar menyerupai yang terlihat di Samarra. Ia mengacu pada ibukota Islam yang berkuasa pada abad ke-9, yang dikuasai Kerajaan Abbasiyah yang terbentang dari Tunisia hingga Pakistan.

Namun, masjid di Balkh itu bisa berusia lebih tua lagi. Karena penanggalan karbon dan sumber sejarah menunjukkan bahwa bangunan itu bisa saja telah dibangun pada awal tahun 794.

Julio Sarmiento-Bendezu, Direktur Delegasi Arkeologi Prancis di Afghanistan, yang memimpin penggalian di lokasi tersebut, mengatakan, bangunan itu menunjukkan bahwa masjid pada Kekaisaran Abbasid telah dipengaruhi oleh Afghanistan. "Masjid ini luar biasa dalam keindahannya, konservasi, dekorasi, dan keilmuan yang dimilikinya," kata Bendezu.

Namun, masjid yang memiliki nama Persia 'Noh Gonbad' itu baru ditemukan kembali secara kebetulan. Pada akhir 1960an, seorang arkeolog Amerika bepergian di wilayah tersebut dan meminta masyarakat setempat untuk membawanya ke sebuah masjid yang dihancurkan oleh Genghis Khan, kaisar Mongol yang mengamuk di sepanjang wilayah tersebut pada awal abad ke-13.

Penduduk desa kemudian membawanya ke kuil yang sepi dan setengah terkubur ini, yang berada sekitar 20 km sebelah barat Mazar i-Sharif. Begitu ditemukan, bangunan tersebut kembali merana saat perang berkecamuk di Afganistan. Pertumpahan darah menyelimuti negara tersebut dalam beberapa dasawarsa. Baru pada 2006, penggalian mulai dilakukan di lokasi tersebut.

"Awalnya kami mengira itu adalah monumen yang terisolasi, tapi saat kami melanjutkan, kami melihat bangunan itu menempel pada struktur tua lainnya," kata Sarmiento-Bendezu.

Pada Juli lalu, para arkeolog menemukan dasar dari pilar bangunan pada kedalaman 1,5 meter. Namun, survei menunjukkan adanya sisa-sisa bangunan tertimbun lebih dalam.

Seorang arsitek dan insinyur asal Iran dari Universitas Tehran, Arash Boostani, mengatakan  bangunan masjid itu adalah jendela yang terbuka menuju periode kuno. Yang mana, di sana mereka bisa menemukan basis budaya berikutnya. Boostani ditugaskan oleh Aga Khan Trust for Culture (AKTC) untuk bekerja di situs tersebut.

Spesialis dalam melestarikan monumen bersejarah tersebut mengatakan, bahwa beberapa desain bunga di masjid tersebut adalah desain pra-Islam dan telah diserap dari budaya lokal. Bangunan, yang telah terlindungi dari elemen atap logam, tetap rentan karena struktur bata dan seni menyusunnya yang rentan terhadap erosi. Kubah Noh Gonbad dirobohkan sesaat setelah masjid dibangun di lokasi tersebut selama berabad-abad sejak keberadaannya.

"Dengan gempa pada tahun 819 sebagian besar masjid roboh. Gempa bumi yang lain seratus tahun kemudian menghantam dinding luar dan sebagian besar dari 15 lengkungan," kata Boostani.

Para ahli merentangkan jaring fiberglass untuk mendukung dua lengkungan utama, yang sangat retak. Mereka juga menambahkan semen, tanpa mengubah hiasan gypsum. Ia mengatakan, tempat itu selalu dihuni dan digunakan. Mereka menemukan perapian di sana. Menurutnya, potongan-potongan kubah, betapapun beratnya, diangkut dan digunakan untuk menutupi makam di dekatnya. Karena itulah, ia menilai bangunan itu memiliki nilai simbolik yang kuat.

Masjid Noh Gonbad ini tetap menjadi tempat ziarah. Para wanita datang dan berkumpul pada Jumat dan menangis di atas makam seorang suci yang tak dikenal, Hadji Pyada, yang dikubur di sana pada abad ke-15. "Seperti semua penggalian, masjid Sembilan Kubah itu memunculkan lebih banyak pertanyaan daripada yang mereka jawab," kata arkeolog tersebut.

No comments: