Ustadz Abdul Somad

Meski seringkali memaparkan dalil-dalil yang serius, Ustadz Abdul Somad tetap punya cara menyampaikan kepada umat agar mudah dimengerti Kupas Tuntas Ustadz Abdul Somad (1)
Tafaqquh
Ustad Abdul Somad (UAS)
Nama Ustadz Abdul Somad (UAS) kini tengah moncer. Video-video ceramahnya banyak ditonton dan diunduh oleh jutaan para pengguna medsos. Suaranya yang lantang saat ceramah dan pemaparannya mendalam menjadi kekhasan sarjana Jurusan Ilmu Hadits Universitas Al-Azhar, Mesir ini.
Pertama kali jagat medsos mengenal ceramah ustadz kelahiran Silau Lama, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara ini ketika ia menyampaikan khutbah Jum’at tentang keruntuhan khilafah di Turki dan Erdogan. Tak kurang dari sejuta orang menonton khutbah yang “menggetarkan” itu.
“Itulah pertama ceramah saya dikenal secara nasional,” ujar ustadz kelahiran 17 Mei 1977 ini.
Bagi UAS, khutbah tahun 2014 yang menjadi viral itu tak lepas dari kemajuan teknologi media. Ini, tambahnya, sebuah kesempatan bagi dunia dakwah. Di saat Barat ingin menjadikan segala fasilitas itu untuk merusak anak muda Islam dan fasilitas internet menjadi ajang menebar maksiat, namun justru dakwah bisa hadir di tengah itu semua.
“Saya kira ini tidak terfikirkan oleh Barat sendiri. Bahwa orang mengenal kita bukan dari televisi, justru dari Youtube, Twitter, Whatsapp, dan Instagram,” papar UAS.
***
Maka itu, imbuhnya, jangan lewatkan segala kecanggihan itu untuk wasilah dakwah. UAS mengajak anak-anak muda Islam dan para dai agar bisa menguasai itu semua. “Islam tidak pernah melarang, justu ini semua alternatif untuk menyebarkan Islam melalui dakwah di media sosial,” ungkapnya.
Nyatanya, penyebaran video dakwah melalui jejaring media sosial memang terus berkembang. Ada yang sengaja mengunduh ceramah dari internet, lalu diproduksi ulang menjadi video singkat dengan menggunakan akun lain. “Ceramah resmi saya ada di Channel Tafaqquh,” tegasnya.
UAS hadir di era yang tepat. Di saat seluruh perangkat komunikasi terkoneksi dengan dunia internet. Di manapun orang berada, ceramah UAS dapat dinikmati. Yang menarik, lulusan S2 dari Daarul Hadits Al-Hassania, Maroko ini mampu memaparkan setiap jawaban dari jamaah secara gamblang.
“Saya coba paparkan setiap persoalan dalam pandangan imam-imam mazhab. Saya ingin umat ini paham tentang perbedaan yang ada dalam mazhab, sehingga kita semua tetap saling menghormati,” ulas UAS.
Namun semua itu, kata UAS, tak lepas dari pendidikan yang ia terima selama menempuh pendidikan di Mesir dan Maroko. Sebelum berangkat studi ke Mesir, ia banyak menerima pelajaran tentang Mazhab Syafi’i dari guru-gurunya di Indonesia. Namun, saat di Mesir, ia diajarkan oleh dosen fikih yang bermazhab Hanafi. Di Maroko, ia banyak berjumpa syaikh-syaikh yang bermazhab Maliki.
“Meski begitu kami tak diajarkan untuk saling menghujat, mentahjir, atau berkelahi gara-gara perbedaan itu,” ungkap UAS.
Meski seringkali memaparkan dalil-dalil yang serius, UAS tetap punya cara menyampaikan kepada umat agar mudah dimengerti. Tak jarang, dalam ceramahnya, kerap terlontar ucapannya yang bisa mengulas senyum jamaah. Tak heran, di media sosial ada yang sampai memberikan judul “Video Lucu Ceramah Ustadz Abdul Somad”.
Walhasil, ada sebagian kalangan yang menjadikan hal itu sebagai bahan “serangan” terhadap UAS. Apakah kelucuan itu memang disengaja atau sekedar pencair suasana? Bagaimanakah UAS akan membawa dakwahnya ini? Siapa sebenarnya UAS dan bagaimana ia bisa seperti sekarang?
Untuk menjawab pertanyaan itu, akhir tahun lalu majalah Suara Hidayatullah, menurunkan laporan lengkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) Riau ini. Berikut ini kutipannya yang akan dimuat secara bersambung. Insyaallah.

No comments: