Jasmerah! Tsunami Aceh dan Bom Nuklir Bawah Laut

Tsunami Sumatra atau “Tsumani Samudera Hindia” (Indian Ocean Tsunami) atau lebih sering disebut sebagai “Tsunami Aceh” yang terjadi pada tangal 26 Desember tahun 2004 silam, masih merupakan kontroversi yang melahirkan konspirasi diantara para peneliti independen di dunia.
Beberapa ilmuwan independen dari berbagai ilmu yang terkait menyatakan: bahwa tsunami yang terjadi tersebut bukan berasal dari gempa bumi, melainkan adalah bom bawah laut yang ditanam, dan diledakkan dari bawah Samudera Hindia tak berapa lama setelah terjadinya gempa bumi alami yang terjadi sebelumnya.
“Salah satu profesor dibidang fisika asal Perancis melalukan riset mendalam dan mempublikasikan hasil riset ilmiahnya pada situsnya”, begitu yang dikatakan Jerry Duane Gray, seorang WNI asal Amerika yang kini menjadi muallaf dan menetap di Indonesia (untuk lengkapnya, Anda bisa melihat pernyataannya pada video dibawah artikel ini).
“Namun situs itu kemudian secara misterius menghilang. Tapi alhamdulillah, saya berhasil menyimpan halaman itu di PC saya”, lanjut Jerry.
Jerry mengaku berhasil mendapatkan isi riset alamiah dari website yang dipublikasikan oleh salah satu Profersor di bidang fisika asal Perancis, yang mana Jerry tetap tak mau menyebutkan namanya demi kerahasiaan pribadi sang profesor.
Salah satu teori kontroversi panas terjadi setelah Tsunami Samudera Hindia atau Tsumani Aceh pada tahun 2004 lalu, yang telah menghancurkan banyak kota pesisir di berbagai negara dan menyebabkan kematian ratusan ribu orang, adalah: karena tsunami disebabkan oleh “bom tsunami”, yaitu senjata nuklir / atom yang diledakkan dengan posisi strategis di bawah lautan.
Project Seal: Tsunami Bomb
“Penyerangan tak kentara” dengan cara seakan terjadinya bencana alamiah ini, telah dilakukan sejak tahun 1944 melalui proyek super rahasia AS yang bernama “Project Seal”.
“Proyek Anjing Laut” tersebut melakukan riset dan uji coba bagaimana cara menghancurkan lawan atau musuh melalui laut dengan cara membuat gelombang tsunami yang besar dan ditujukan ke daerah pesisir atau pantai lawan untuk kemudian membuat kematian massal, yang kemudian dinamakan “bomb tsunami”.
Menurut berkas yang telah direklasifikasi (declassified), percobaan “bomb tsunami” memanfaatkan ledakan untuk memicu “gelombang mini” yang pernah diluncurkan di lepas pantai Selandia Baru pada tahun 1944 dan 1945 yang kemudian disebut sebagai “Project Seal“.
Salah satu sumber dari Timur Tengah dalam situs Al-Osboa (kini sudah dihapus) mengungkapkan bahwa ledakan bawah laut yang disebut “tsunami bomb” adalah yang menyebabkan Tsunami di Aceh.
Sumber yang telah dihapus itu juga menyebutkan bahwa tujuan “tsunami bomb” adalah untuk menyerang negara Muslim.
Sementara itu, surat kabar Mesir (halaman pada situs Al-Osboa juga sudah dihapus) dengan berani juga menyatakan hal yang sama, bahwa tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh dan banyak kota di negara sekitarnya adalah percobaan ledakan nuklir bawah laut.
Dokumen dari proyek militer super rahasia “Project Seal” ini kemudian juga dibocorkan pada Januari 2013 oleh Ray Waru, yang menyatakan bahwa proyek ini adalah proyek rahasia sejak tahun 1944.
Proyek ini adalah lanjutan dari “Project Manhattan” yang sempatt terbengkalai. Namun kali ini, “Project Seal” menuai kesuksesan. Kala itu ledakan menggunakan 2200 ton TNT agar tercipta tsunami setinggi 33 kaki.
Sementara untuk membuat tsunami di Aceh, mereka menggunakan peledak setara dengan 26 Megaton TNT. Jumlah yang sama seperti saaat AS melakukan percobaan nuklir bawah laut pada masa lalu.
Gempa Bumi Alami, P-Wave dan S-Wave
Dinyatakan bahwa gempa alami adalah rangkaian pergerakan atau pergeseran perlahan antar lempengan Bumi yang saling bertumbukan, secara berkala, dan terus menerus, sedikit demi sedikit.
Kemudian jika sudah mendekati titik klimaks atau jenuh, maka pada kali terakhir, lempeng akan bergerak dan menimbulkan gesekan besar secara mendadak. Lalu gesekan antar lempeng bumi itu menjadi gempa bumi, kemudian diikuti oleh gelombang sekunder yang menyertainya.
Namun apa yang terjadi di Aceh tidak demikian. Gempa tiba-tiba terjadi. Dan kemudian menimbulkan tekanan pada air laut untuk menghasilkan tsunami tanpa adanya gelombang susulan pada pusat gempa.
Secara alami, pada gelombang permukaan air, kadang gelombang susulan memang akan terjadi dengan sendirinya, setelah gelombang utama bergerak, tapi yang dimaksud disini adalah gelombang sekunder dari getaran pada pusat gempa tersebut, yang tidak pernah terjadi.
“Gempa terjadi ibarat kita menarik suatu benang, jika kita tarik terus-menerus, maka benang akan tegang dan terjadi getaran atau vibrasi pada kedua pangkalnya, untuk kemudian putus,” ujar Jerry Duane Gray, mantan militer AS yang kini sudah mengantongi pasport menjadi warga negara Indonesia ini.
P-Wave
“Vibrasi bersamaan dengan gempa bawah laut itu disebut ‘P-Wave’ maka barulah terjadi gempa, setelah itu disusul oleh ‘S-Wave‘”, lanjut Jerry yang dulunya juga pernah menjadi seorang teknisi pesawat terbang ini.
P-Wave atau “Primary Wave” atau ‘gelombang utama’ adalah adalah salah satu dari dua jenis gelombang seismik utama.
Dalam bahsa Indonesia kadang sering juga disebut sebagai “gelombang tanah” (dinamakan demikian karena merambat di dalam tanah), adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gempa bumi dan terekam oleh seismometer pertama kali.
Nama tersebut terutama berasal dari fakta bahwa jenis gelombang ini memiliki kecepatan paling tinggi dibandingkan gelombang-gelombang seismik lainnya.
Gelombang ini pula yang pertama kali akan tiba dan terdeteksi pada setiap stasiun pengukuran seismik, kemudian jenis gelombang berikutnya yang datang akan juga terdetaksi, yang dinamakan “gelombang-s” atau gelombang sekunder, atau S-Wave.
“Gelombang ini disebut ‘P-Wave‘, namun tanpa diikuti oleh S-Wave, hal ini menunjukkan bahwa gempa Aceh adalah buatan manusia dan bukan gempa alami”, ujar Jerry.
“Hanya satu gelombang saja ketika terjadi gempa bumi di Aceh itu, tanpa adanya ketegangan jenuh pada lempeng dan terjadi dengan tiba-tiba, boom! Dan gelombangnya hanya P-Wave, lalu tsunami tercipta”, jelas Jerry.
S-Wave
Sementara itu, dalam seismologi juga ada ‘S-Wave‘ adalah secondary waves atau gelombang sekunder, adalah jenis gelombang elastis yang merupakan salah satu dari dua jenis gelombang tubuh elastis (elastic body waves) yang utama.
Dinamakan S-Wave karena mereka bergerak melalui tubuh suatu benda, tidak seperti surface waves atau gelombang permukaan.
Antara terjadinya ketegangan lempeng untuk kemudian menjadi gempa dan adanya gempa susulan memang terkadang tidak lama, hanya beberapa detik saja hingga beberapa menit.
Terjadinya hal ini adalah wajar dan justru membuat pola bahwa gempa bumi yang terjadi adalah gempa alami atau gempa natural.
Namun menurut Jerry, apa yang terjadi di Aceh adalah tiba-tiba terjadi gempa, timbul P-Wave, tanpa adanya gelompang susulan atau S-Wave pada air laut seperti biasanya. Itu artinya bukan gempa bumi, tapi ledakan dalam air laut.
NOAA Amerika mencatat gempa Aceh sebesar 9,1 bahkan ada yang mencatat 9,6 skala Richter.
Padahal masih banyak gedung di Aceh tetap berdiri, bahkan banyak yang kacanya tidak pecah.
“Jika memang terjadi besaran skala Richter 9, maka radius ribuan kilometer bisa terkena dampaknya. Pihak Indonesia mencatat gempa Aceh 2004 hanya sebesar 6,4 skala Richter,” jelas Jerry.
Indonesia dan India Protes
“Indonesia protes, dan menyatakan bahwa itu adalah ledakan dalam air. Tapi esoknya Indonesia diam. India yang juga terkena dampaknya juga mengetahui hal ini dan marah besar, namun dua hari setelah musibah ini, pemerintah India juga ikut diam,” lanjut Jerry.
“Hal yang dilakukan India yang akhirnya diam, karena pihak Israel menjanjikan teknologi nuklir terbaru bagi India jika protes ini ditarik kembali,” ungkap Jerry.
“Dua bulan kemudian, India mendapat apa yang dijanjikan, yaitu teknologi senjata nuklir terdepan (Advance Nuclear Technology) dari Israel dan juga Amerika,”
Padahal dalam sejarah, Israel tak pernah mau membagikan teknologi nuklirnya kepada negara lain,” jelas Jerry menambahkan.
Peneliti mensinyalir bahwa ada kemungkinan bahwa teknologi nuklir yang diberikan Israel kepada India ada kaitannya dengan perang senjata nuklir antara India dan Pakistan.
Terjadi dua kali gempa bumi
Dari penelusuran, telah terjadi dua gempa bumi yang waktunya tidak terlalu lama. Gempa bumi pertama terjadi di dasar laut pada pukul 00:58 GMT (07:58 WIB) pada 26 Desember 2004 di dekat Melaubuoh yang berada di Samudera Hindia, lepas pantai barat Aceh. Gempa bumi pertama ini besar, berskala 9,1 pada skala Richter.
Dan gempa bumi kedua, terjadi di Samudera Hindia juga, yang jaraknya ratusan kilometer dari gempa bumi pertama, namun berada di Barat-Laut dari Aceh di daerah Kepulauan Andaman, India. Gempa bumi ini jauh lebih kecil getarannya, hanya 7,5 pada skala Richter.
Menurut beberapa peneliti, justru gempa bumi kedua yang mencurigakan inilah yang menyebabkan tsunami besar, bukan gempa pertama. Hal ini dilihat dari lokasi dan wilayah yang terkena pada banyak pantai disekitarnya, jika ditarik dari lokasi gempa, maka sangat cocok.
Gempa kedua ini hanya terjadi beberapa menit setelah gempa pertama, bukan 4 jam setelahnya seperti yang banyak dillaporkan.
Namun aneh, menurut banyak laporan. gempa bumi ini terjadi pada pukul 04:21 GMT di hari yang sama pada tanggal 26 Desember 2004. Menurut beberapa peneliti, gempa bumi kedua inilah yang menghasilkan tsunami besar dan menerjang beberapa pantai negara-negara disekitarnya.
Anda bisa googling image tentang gempa di Aceh ini, yang mana terjadinya tsunami bukan berasal dari gempa pertama yang disinyalir adalah gempa alami dan berada di sisi barat pantai Aceh dengan kekuatan 9 SR, namun tsunami tercipta jusru berasal dari gempa kedua yang mencurigakan, berkekuatan 7 SR yang berada di barat laut Aceh dekat Kepulauan Andaman.
Padahal telah diberitakan oleh media barat, bahwa gempa kedua justru terjadi pada pukul 11:21 WIB di siang hari, sedangkan tsunami Aceh terjadi pada pagi hari sekitar pukul 8-9 pagi WIB.
Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Suatu hal yang tak mungkin, kecuali gempa kedua memang tercipta tak lama setelah gempa pertama yang berada di pantai barat Aceh mulai terjadi.
Tapi anehnya, media dan informasi barat manyamarkan, menyatakan bahwa gempa pertamalah, yang dekat dengan pantai barat Aceh, yang menyebabkann tsunami besar dan kemudian menerjang kota Banda Aceh.
Jika dilihat dari posisinya gempa bumi pertama, tidak mungkin tsunami masuk ke Banda Aceh dengan sangat besar, karena gempa pertama berada di sisi barat pulau Sumatra dan tidak pada garis lurus (direct hit). Apalagi jika yang ikut terkena dampak sangat besar adalah pantai di Thailand, sangat tak masuk akal karena ada di balik pulau Sumatra.
“Tsunami di Afrika juga bukan berasal dari gempa bumi di Aceh, tapi disana memang ada tsunami,” ujar Jerry.
“Pangkalan militer rahasia Inggris-USA di Diego Garcia yang berada ditengah Samudra Hindia, seharusnya juga terkena dampak tsunami dari gempa ini dan hancur, tapi ternyata tidak. Ini merupakan hal yang tidak mungkin jika gempa Aceh adalah gempa alami”, lanjut Jerry.
Diego Garcia yang berada pada kordinat 07°19′27.6″S 72°27′17.4″E adalah pangkalan rahasia join Inggris dan AS ditengah-tengah Samudera Hindia atau disebelah selatan kepulauan Maldives.
Pada pangkalan militer rahasia ditengah samudra Hindia ini dipenuhi oleh kapal-kapal perang AS dan Inggris dan juga pesawat-pesawat pembom canggih dari berbagai jenis, mulai dari jenis Stratofortress hingga B-2 Stealth Bomber.
Dari pangkalan militer inilah biasanya pesawat-pesawat pembom diluncurkan untuk membom negara-negara di Timur Tengah. Pangkalan militer ini juga pernah diisyukan sebagai tempat pendaratan rahasia pesawat Malaysian Airlines MH370 yang hilang tak berbekas.
Menurut Jerry dan juga para peneliti independen, di pangkalan militer rahasia ini tsunami akibat gempa bumi di Aceh tidak merusakkan apapun dan hal itu adalah tak mungkin.
Sedangkan kepulauan Maldives yang berada tepat diutaranya, juga mengalami tsunami hebat. Sementara daratan yang lebih jauh lagi, seperti pantai timur Afrika juga mengalami dampak tsunami akibat gempa di Aceh tersebut.
“Semua media di dunia tidak berani memberitakan hal ini. Semua media takut dengan Barat”, ujar Jerry melanjutkan.
Jauh sebelumnya, Departemen Pertahanan A.S. bahkan telah menyatakan keprihatinannya tentang teknologi “bom dasar laut”, yang ia maksud dari Project Seal, karena dapat menyebabkan gempa yang dapat digunakan dalam peperangan, ia menyatakan hal ini sebelum bencana tahun 2004 lalu.
Pada tahun 1997 Menteri Pertahanan William S. Cohen pernah menyatakan, “Yang lainnya terlibat bahkan dalam jenis terorisme ekologis dimana mereka dapat mengubah iklim, memicu gempa bumi dan gunung berapi dari jarak jauh melalui penggunaan gelombang elektromagnetik. Jadi, ada banyak pemikiran yang cerdik jadi ada yang sedang bekerja mencari cara dimana mereka bisa mendatangkan teror ke negara lain.
(©2015 IndoCropCircles.com / video source and content: the telegraph, BBC, the daily mail, live science, US geological survey, new zealand herald).

No comments: