Suku Karo
Sejarah Suku Karo
Sejarah suku Karo umumnya masih lah tabir bagi orang Karo sendiri, namun belakangan ini beberapa penelitian ahli antropologi Karo telah memperjelas keberadaan suku Karo.
Salah satu bukti keberadaan suku Karo disebutkan oleh Brahma Putra dalam bukunya “Karo dari Zaman ke Zaman” yaitu berdirinya sebuah kerajaan di Sumatera dengan nama Kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad ke 1 masehi, dengan nama rajanya “Pa Lagan”.
Penemuan terbaru juga membuktikan eksistensi suku Karo lebih jelasnya bisa dilihat pada website http://sundaland-gunungtoba.blogspot.com/2015/05/dna-suku-gayo-sama-dengan-karo-sibayak.html.
Wilayah Suku Karo
Wilayah suku Karo berada di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Karo, Kab. Deli Serdang, Kab. Langkat, Kota Medan (Didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring), Kota Binjai, Kab. Dairi (Kec. Taneh Pinem, Kec. Tiga Lingga, Kec. Gunung Sitember), Kab. Simalungun bagian atas (Kec. Dolok Silau dan Kec. Silima Kuta), Aceh Tenggara (Kec. Lau Sigala-gala dan Kec. Simpang Simadam). Wilayah suku Karo ini dinamakan dengan Taneh Karo atau Tanah Karo.
Penduduk
Populasi orang Karo tepatnya kurang lah diketahui, namun dari tulisan beberapa penulis Karo memperkirakan jumlah populasi suku Karo sekitar 1-2 juta jiwa. Populasi suku Karo ini umumnya berada di Tanah Karo dan sebagian telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia bahkan ke luar negeri.
Merga (Klan) Karo
Merga atau Klan dalam suku Karo ada 5 dan masing-masing merga mempunyai cabang atau sub-merga. Adapun merga dalam Suku Karo yaitu: Karo-Karo, Ginting, Tarigan, Sembiring dan Perangin-angin. Lengkapnya Merga tersebut sebagai berikut:
1. Karo-Karo terdiri dari: Barus, Sitepu, Surbakti, Purba, Sinulingga, Kaban dan lainnya (semuanya ada 18)
2. Ginting terdiri dari: Munthe, Suka, Manik, Sugihen, Seragih dan lainnya (semuanya ada 16)
3. Tarigan terdiri dari: Sibero, Silangit, Tambun, Gerneng dan lainnya (semuanya ada 13)
4. Perangin-angin terdiri dari: Bangun, Sebayang, Pinem, Sukatendel, Sinurat dan lainnya (semuanya 18)
5. Sembiring terdiri dari: Kembaren, Meliala, Brahmana, Depari dan lainnya (semuanya ada 15)
Bahasa Karo
Bahasa Karo dalam masyarakat Karo dikenal dengan istilah cakap Karo. Suku karo juga mempunya aksara tersendiri dinamakan dengan Hasara Karo.
Rumah Adat Karo
Rumah adat Karo dikenal dengan istilah Rumah Siwaluh Jabu (Rumah dengan delapan ruang) dan diperkirakan telah ada sejak 500 tahun yang lalu.
Salam Suku karo
Salam dalam masyarakat Karo adalah “Mejuah-juah“.
Agama
Umumya orang Karo beragama Kristen, Islam sebagian Hindu dan agama lainnya.
Organisasi Karo
Semua organisasi Karo memakai nama Karo kecuali satu, yaitu Gereja Protestan Karo yang kemudian pada tahun 1941 namanya diubah menjadi Gereja Batak Karo Kristen Protestan (GBKP), lebih jelasnya bisa dilihat di website http://www.sipayo.com/2015/01/sejarah-penamaan-gereja-batak-karo-protestan-di-tahun-1941.html. Penamaan Gereja ini tidak memakai nama Karo karena pengaruh gereja Batak (HKBP). Sudah banyak protes masyarakat Karo agar GBKP memakai nama Karo tapi masyarakat Karo sepertinya harus menunggu dan berdoa.
Adapun nama-nama organisasi dalam masyarakat Karo yaitu:
1. Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI)
2. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
3. Gereja Injili Karo Indonesia (GIKI)
4. Keluarga Muslim Karo (KAMKA)
5. Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA)
6. Persatuan Catur Karo (Percaka)
7. Dan lainnya
Masalah Eksistensi Suku Karo
Orang Karo adalah Karo bukan yang lain, tetapi banyak tulisan orang diluar Karo (orang Belanda dan orang Batak) yang menyebut suku Karo dengan nama suku Batak Karo. Hal tersebut adalah sebuah kesalahan besar dan membuat masyarakat Karo tersinggung dengan penamaan tersebut. Penyebutan nama yang salah tersebut disebabkan oleh kesalahan sebelumnya, yaitu:
1. Belanda yang menjajah Indonesia tidak meneliti masyarakat Sumatera Utara yang terdiri dari banyak suku bangsa. Belanda hanya membedakan Melayu dan non Melayu mereka sebut Batak.
2. Para ahli adat orang Batak telah mengarang sebuah sejarah dengan menyebutkan bahwa suku Karo berasal dari suku Batak. Pernyataan itu adalah salah dan hanyalah merupakan karangan saja, tapi akibatnya orang Batak jaman sekarang telah dipengaruhi oleh ahli mereka itu (pendahulu mereka) tanpa melihat yang sebenarnya.
Pencerahan dan Himbauan
Sekarang ini telah banyak penjelasan dan pembuktian atas kekeliruan penyebutan terhadap Karo sebagai Batak Karo. Baik tulisan ilmiah maupun di internet. Salah satunya di internet adalah di grup facebook bernama “Jamburta Merga Silima”, lebih jelasnya bisa dilihat di website https://www.facebook.com/groups/jamburtamergasilima/.
Saya menghimbau kepada teman dari suku Batak agar tidak menulis lagi tulisan tentang suku Karo, karena sebagai orang yang diluar Karo teman dari Batak tidak mengetahui Karo dan juga menyebut suku Karo sebagai Karo.
Mejuah-juah.
Moses
No comments:
Post a Comment