Mutiara di Lembah Fergana

Istana Khudayar Khan di Kota Kokand, Lembah Fergana.
Istana Khudayar Khan di Kota Kokand, Lembah Fergana.

Lembah Fergana adalah salah satu tempat perkembangan peradaban Khanate pada abad ke-19. Sebuah kawasan yang pernah menjadi bagian dari jalur budaya, Jalur Sutra.

Cermin tingginya peradaban masa lalu itu terpelihara hingga kini pada Istana Khudayar Khan, istana termegah pada era Dinasti Kokand Khanate (1709-1876 M) di Kota Kokand, Lembah Fergana.

Betapa indahnya Istana Khudayar Khan. Istana ini merupakan pusat kediaman dan pemerintahan khan era Dinasti Kokand Khanate. Wilayahnya membentang dari Kirgistan hingga timur Uzbekistan, Tajikistan, hingga tenggara Kazakhstan.

Kokand adalah kota benteng utama, pemerintahan Dinasti Kokand Khanate selama 150 tahun. Walaupun tidak setenar Dinasti Khanate di Bukhara, menurut catatan sejarah, setidaknya ada 29 khan yang memerintah dari kota ini.

Salah satu di antaranya termasuk Muhammad Khudayar Khan yang memerintah selama 30 tahun (1845-1875 M) dengan empat kali periode pemerintahan. Muhammad Khudayar Khan pada 1873, pada periode keempat pemerintahannya, ia menugaskan arsitek terbaik Mir Ubaidullah membangun istana megah, Istana Khudayar Khan.

Terletak di Taman Muqimi, bangunan berbentuk benteng (citadel) seluas empat hektare ini kemudian dianggap istana megah khan terakhir Dinasti Kokand Khanate sebelum akhirnya pasukan Tsar Russia menginvasi dinasti ini tiga tahun kemudian pada Maret 1876.

Dalam sebuah memoar, seorang diplomat Amerika Serikat yang ditugaskan di wilayah Rusia dan Asia Tengah pada 1867, Eugene Schuyler, mengungkapkan, Istana Khudayar Khan adalah citadel megah yang dibangun sebagai tandingan dari pemerintahan Khanat di Bukhara.

"Bangunan ini jauh lebih besar dan megah dari berbagai istana Khanate yang lain di Asia Tengah. Semua ubin keramik istana ini tersusun sangat indah, berkilauan, memancarkan warna cerah biru, kuning, dan hijau," ungkapnya.

Beberapa kalangan pun menjuluki istana ini sebagai Mutiara di Lembah Fergana.
Istana Khudayar Khan dirancang di atas platform bukit dengan fondasi batu bata setinggi tiga meter. Untuk menuju ke istana, terdapat jalan masuk menanjak yang mengarah ke pintu masuk utama.

Pada gerbang pintu masuk utama, terdapat dua menara bergaya Gulastan India dengan susunan keramik Majolica khas istana ini. Sebuah tulisan kaligrafi Arab bergaya Farisi bertuliskan “Syed Muhammad Khudayar Khan-Penguasa Besar” terlihat dari susunan keramik Majolica khas Fergana.

Di setiap atas lengkungan bangunan depan pun terdapat kaligrafi Arab dari berbagai mozaik keramik. Dominasi mozaik keramik berwarna biru dengan pola geometris juga tersusun indah dari bangunan depan istana. Dua menara bergaya Gulastan India pun terdapat di sudut kanan dan kiri bagian depan bangunan istana.

Istana ini juga dikelilingi tembok dengan batu berukir yang sang mengesankan. Di sisi sayap kanan istana, terdapat bangunan menara yang penuh dilapisi susunan potongan keramik, sangat memukau meniru pola pada tenunan sutra khas wilayah ini.

Istana ini juga memiliki tujuh halaman yang berada di bagian dalam dan beberapa bagian kompleks serta paviliun dengan tujuan berbeda. Kompleks bangunan Istana Khudayar Khan ini terbagi menjadi empat bagian, di antaranya, benteng, istana tengah, taman, dan ruang istana dalam utama yang memiliki bentuk persegi empat.

Setiap bagian memiliki gerbang yang dibangun pada sumbu yang sama menghadap ke timur. Secara keseluruhan, istana ini memiliki 113 kamar, interior setiap ruangan pun dibuat sangat mengagumkan.

Hampir di setiap langit-langit dan sudut ruangan dipenuhi ornamen dan ukiran tradisional khas bercorak tradisional Jalur Sutra di Lembah Fergana. Seperti mozaik susunan potongan keramik pada kubah dan fasad bercorak tanaman khas Timurid serta pola lengkungan sarang lebah pada tiang dan gerbang khas Persia.

Semua ini berpadu dengan panel dan ukiran langit-langit berpola geometris dengan hiasan berbentuk bunga, kini model langit-langit seperti ini terkenal pada bangunan khas Mongolia.

Saat ini, dari 113 kamar yang terdapat di Istana Khudayar Khan ini, hanya 19 kamar di antaranya kini dibuka dan difungsikan sebagai museum. Di beberapa ruangan pun tetap mempertahankan berbagai furnitur dan barang antik dari Rusia, Tiongkok, hingga Jepang.

Sebagian besar furnitur dan barang itu tersimpan di museum yang menceritakan sejarah istana ini dan kejayaan Dinasti Kokand Khanate. Setelah invasi yang dilakukan Tsar Rusia pada Maret 1876, berbagai bangunan peninggalan Kokand Khanate banyak yang dihancurkan, termasuk salah satunya beberapa bagian Istana Khudayar Khan.

Lembah Fergana di Uzbekistan.
Lembah Fergana di Uzbekistan.
Jalur Sutra di Lembah FerganaSebuah rute legendaris, rute peradaban. Begitulah rute perdagangan Jalur Sutra selama berabad-abad melewati kawasan yang kini dikenal dengan Asia Tengah.

Lembah Fergana adalah satu dari beberapa rute Jalur Sutra yang kini masuk dalam kawasan tiga negara Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan. Jalur ini sebagai pertemuan peradaban antara Tiongkok dan Persia serta Timur Tengah dan juga Rusia dengan Mughal, Afghanistan modern.

Ini menjadikan wilayah ini tumbuh sebagai pusat peradaban sekaligus sasaran perebutan kekuasaan di Jalur Sutra. Layaknya Bukhara dan Samarkand, di Lembah Fergana ini terdapat pula beberapa kota dengan bangunan peninggalan arsitektur Islam era Khanat. Di antaranya, Kokand, Marghilan, dan Andijan.

Pada 1709, Shaybanid Emir Shahrukh dari Minglar Uzbek mengumumkan kemerdekaan dari Khanate Bukhara, mendirikan negara di bagian timur dari Lembah Fergana.

Ia membangun benteng di Kokand dan menjadikannya ibu kota Dinasti Kokand Khanate hingga 150 tahun, terpisah dari Khan di Bukhara. Lembah Fergana tumbuh dan memegang peran kunci dalam sejarah dan budaya Khanate di Asia Tengah. Seni kerajinan dekoratif hingga arsitektur Fergana terkenal dan menjadi ciri khas bangunan di wilayah Jalur Sutra ini.

Hingga akhirnya, Khudayar Khan membangun istana megah dengan berbagai seni dekorasi mozaik keramik dan pahatnya yang memukau. Istana Khudayar Khan pun menjadi simbol Kokand bersama bangunan berkubah biru kehijauan (turquoise) yang telah menjadi simbol arsitektur Asia Tengah.

Selain itu, beberapa bangunan bersejarah lain di Kokand, di antaranya, Madrasah Narbuta-bey dari abad ke-18, Masjid Jami Kokand, Mausoleum Madori Khan yang diperuntukkan bagi makam ibu dan para istri khan dan Dakhma Shakon, bangunan makam yang diperuntukkan bagi para khan.

Amri Amrullah  

No comments: