Jenderal Terhebat itu Bernama Muhammad SAW (3)
3. Menghindari Pengepungan Yang Tidak Perlu
Setelah Penaklukkan Mekkah, banyak suku-suku di jazirah Arabia yang
menyatakan diri tunduk kepada pemerintahan Islam. Namun, ada suatu suku
besar di dekat Mekkah yang selalu melakukan perlawanan. Suku itu bernama
suku Thaif, daerahnya sangat subur dan
wilayahnya menempati posisi di pegunungan. Sebelum hijrah, Nabi SAW
pernah suatu kali berdakwah kepada suku Thaif ini, namun yang didapat
hanya cemoohan. Bahkan, saking kufurnya, pemimpin-pemimpin suku Thaif
ini menghasut anak-anak kecil mereka untuk melempari batu-batuan kepada
Nabi SAW hingga tubuh dan wajah beliau berdarah-darah.
Karena posisi Thaif yang bergunung-gunung, maka mereka kuat dalam pertahanan. Di samping itu, suku Thaif terkenal sebagai pemanah-pemanah yang hebat. Nabi SAW memerintahkan pasukannya untuk mengepung Thaif agar bisa memutus jalur ekonomi dan logistik mereka ke dunia luar. Pengepungan ini berlangsung sampai sebulan lamanya. Tidak ada tanda-tanda dari suku Thaif ini akan menyerah. Berperang secara terbuka pun mereka tidak mau. Mereka hanya menempatkan pasukan-pasukan pemanahnya saja di tempat-tempat strategis dan sewaktu-waktu bisa membunuh beberapa pasukan Islam. Karena wilayah Thaif sangat subur, maka pengepungan blokade ekonomi yang dijalankan Nabi SAW tidak berjalan efektif. Dikepung selama setahun pun mungkin mereka akan tetap bertahan hidup.
Maka, Nabi SAW memutuskan untuk menarik pasukannya dari Thaif. Keputusan ini awalnya ditentang oleh prajurit-prajurit yang kebanyakan baru masuk Islam dan masih begitu bersemangat. Nabi memandang orang-orang ini dengan penuh kasih dan bijaksana. Nabi bangga dengan semangat dan keberanian mereka yang meluap-luap. Beliau akhirnya mengalah dan memutuskan untuk tetap melakukan pengepungan jika itu memang kehendak mereka. Setelah beberapa hari pengepungan dilanjutkan, ternyata beberapa prajurit tempur gugur terkena hujaman panah. Nabi kemudian kembali mengajak prajuritnya, “Kita pulang saja?” Para prajurit yang sudah tahu bahaya yang dihadapi langsung kompak berteriak, “Kita pulang saja, wahai Nabi.” Dalam buku biografi Nabi itu tertulis bahwa Nabi SAW menarik pasukannya dari Thaif sambil tertawa hingga gigi putih beliau terlihat. Allahuma sholi ala Muhammad.
Apa pelajaran yang diambil dari peristiwa Thaif ini? Penarikan pasukan adalah sebuah strategi dalam peperangan dan hal itu bukanlah sebuah tindakan pengecut. Jika pasukan musuh hanya berlindung di balik benteng kokoh dan tidak dengan sungguh-sungguh ingin berperang, maka penarikan pasukan dari area pengepungan adalah strategi yang brilyan. Kekalahan fatal Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler dalam peperangan melawan Rusia adalah karena tidak melakukan penarikan pasukan seperti yang dilakukan Nabi SAW. Saat itu musim dingin di Rusia, sedangkan pasukan Rusia hanya bersembunyi saja di wilayah yang begitu luasnya itu. Setelah berbulan-bulan pengepungan Rusia tanpa hasil, Pasukan Napoleon dan tentara Jerman sama-sama habis perbekalan, banyak sekali prajurit yang mati sia-sia karena cuaca dingin dan kelaparan.
pande
Karena posisi Thaif yang bergunung-gunung, maka mereka kuat dalam pertahanan. Di samping itu, suku Thaif terkenal sebagai pemanah-pemanah yang hebat. Nabi SAW memerintahkan pasukannya untuk mengepung Thaif agar bisa memutus jalur ekonomi dan logistik mereka ke dunia luar. Pengepungan ini berlangsung sampai sebulan lamanya. Tidak ada tanda-tanda dari suku Thaif ini akan menyerah. Berperang secara terbuka pun mereka tidak mau. Mereka hanya menempatkan pasukan-pasukan pemanahnya saja di tempat-tempat strategis dan sewaktu-waktu bisa membunuh beberapa pasukan Islam. Karena wilayah Thaif sangat subur, maka pengepungan blokade ekonomi yang dijalankan Nabi SAW tidak berjalan efektif. Dikepung selama setahun pun mungkin mereka akan tetap bertahan hidup.
Maka, Nabi SAW memutuskan untuk menarik pasukannya dari Thaif. Keputusan ini awalnya ditentang oleh prajurit-prajurit yang kebanyakan baru masuk Islam dan masih begitu bersemangat. Nabi memandang orang-orang ini dengan penuh kasih dan bijaksana. Nabi bangga dengan semangat dan keberanian mereka yang meluap-luap. Beliau akhirnya mengalah dan memutuskan untuk tetap melakukan pengepungan jika itu memang kehendak mereka. Setelah beberapa hari pengepungan dilanjutkan, ternyata beberapa prajurit tempur gugur terkena hujaman panah. Nabi kemudian kembali mengajak prajuritnya, “Kita pulang saja?” Para prajurit yang sudah tahu bahaya yang dihadapi langsung kompak berteriak, “Kita pulang saja, wahai Nabi.” Dalam buku biografi Nabi itu tertulis bahwa Nabi SAW menarik pasukannya dari Thaif sambil tertawa hingga gigi putih beliau terlihat. Allahuma sholi ala Muhammad.
Apa pelajaran yang diambil dari peristiwa Thaif ini? Penarikan pasukan adalah sebuah strategi dalam peperangan dan hal itu bukanlah sebuah tindakan pengecut. Jika pasukan musuh hanya berlindung di balik benteng kokoh dan tidak dengan sungguh-sungguh ingin berperang, maka penarikan pasukan dari area pengepungan adalah strategi yang brilyan. Kekalahan fatal Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler dalam peperangan melawan Rusia adalah karena tidak melakukan penarikan pasukan seperti yang dilakukan Nabi SAW. Saat itu musim dingin di Rusia, sedangkan pasukan Rusia hanya bersembunyi saja di wilayah yang begitu luasnya itu. Setelah berbulan-bulan pengepungan Rusia tanpa hasil, Pasukan Napoleon dan tentara Jerman sama-sama habis perbekalan, banyak sekali prajurit yang mati sia-sia karena cuaca dingin dan kelaparan.
pande
No comments:
Post a Comment