Candi Sukuh di Teras III (dok pribadi)
Tiba dan menjelajah di Lereng Barat Gunung Lawu membuat saya terpana. Selain Eloknya Batu Permata yang baru ditemukan, ternyata permata sesungguhnya yakni si Candi Sukuh juga sangat mengagumkan. Candi ini berciri punden berundak. Unik. Mirip tinggalan masa
Megalithikum. Biasanya candi dengan
genre punden berundak di bangun dengan menempelkan bagian belakangnya di dinding bukit/ gunung. Tapi tidak demikian halnya dengan Sukuh.
Kompleks Candi Sukuh dibangun di sebuah pelataran puncak bukit. Candi induknya terletak di teras ketiga. Alas Candi Induk berdenah segi empat. Makin ke atas makin kecil, membentuk Trapesium. Di puncak candi terdapat bangunan berbentuk kubus. Ada tangga naik di depan untuk menuju puncak melalui sebuah lubang diatap badan dan atap candi. Tangga naik hanya cukup dilalui satu orang.
Tangga naik ke puncak dengan arca Bulus di depannya (dok pribadi)

Sepintas, candi ini mirip
Chichen Itza. Situs kuno peradaban Suku Maya di Semenanjung Yucatan, Mexico, Amerika Selatan. Boleh dikatakan Candi Sukuh adalah miniatur
Chichen Itza, karena Candi Sukuh tingginya “hanya” sekitar 6 meter.
Chichen Itza 24 meter! Jadi, tidak perlu ke Mexico untuk melihat “
Chichen Itza” karena di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah sudah ada miniaturnya.
Chichen Itza di Yucatan Mexico (altius directory dot com)
Candi Sukuh, selain berciri sebagai punden berundak, tapi juga mirip dengan piramida yang terpancung puncaknya. Candi punden berundak menjadi
trend di masa akhir Majapahit. Terjadi gejala Millenarisme dengan membangun
Candi Punden Berundak di Gunung-Gunung. Ini sebagai bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dipercaya bersemayam di gunung. Jika memang Candi Sukuh dibangun pada masa akhir masa Majapahit, sekitar abad ke-15 tentu sangat jauh dengan masa pembangunan
Chichen Itza yang konon didirikan 800 tahun sebelum masehi. Lalu mengapa dua situs itu memiliki kesamaan? Apakah Candi Sukuh juga mendapat pengaruh kebudayaan Maya? Perlu kajian mendalam untuk menjawabnya.
Chichen Itza dibangun sebagai tempat pemujaan dan persembahan Suku Maya. Disamping itu, suku Maya juga dikenal diseantero jagad sebagi
trah manusia yang cakap di bidang penanggalan dan astronomi. Bilamana
Chichen Itza dan bangunan disekitarnya juga sangat berhubungan dengan ilmu astronomi. Bagaimana dengan Candi Sukuh? Apakah juga ada kaitannya dengan ilmu perbintangan? Ini juga perlu penelitian yang tidak mudah. Memang biasanya, kebudayaan berunsur
Megalith, sering dihubungkan dengan ilmu astronomi.
Stonehenge di Wiltshire, Inggris misalnya. Hmmm…..Candi Sukuh yang penuh misteri!
Stonehenge (wikipedia)
Candi Erotis
Kompleks Candi Sukuh dibangun secara bertingkat (berteras). Di Teras I terdapat sebuah Gapura. Kondisinya masih lumayan bagus. Gapura di Teras II kondisinya memprihatinkan. Gapuranya hampir runtuh. Namun, masih ada bekas arca dwarapala sebagai penjaga pintunya. Lalu naik lagi ke Teras III. Di Teras III inilah Candi Sukuh berada. Sebelum ke Candi Induk, sebaiknya menimati tinggalan di tersa III. Di pelatarannya banyak dijumpai beberapa artefak kuno yang sangat menggoda. Jika dari tampilannya saja Candi Sukuh sudah menyisakan banyak pertanyaan, maka artefak dan ornamen-ornamen di Candi Sukuh juga menyajikan sejuta cerita yang penuh gelora . Erotisme tanpa tedeng aling-aling dimunculkan secara vulgar oleh para Silpin-nya (pemahat arca).
Vulgar tidak proporsional (dok pribadi)
Di Teras III, di kanan kiri penuh dengan artefak kuno. Dari sisi kiri mula-mula tersaji deretan relief yang masih bagus pahatannya. Ada cerita
Sudhamala, Garudeya, Ramayana, Swargarohanaparwa, dan cerita
Bima Suci. Di depan candi induk terdapat tiga arca Bulus (penyu). Nah, di sisi depan kiri candi induk inilah dijumpai erotisme yang menggoda. Arca seorang pria tanpa busana,telanjang bulat, blejet…jet…dan tanpa kepala (karana sudah dirusak) sedang memegang penisnya yang ereksi… he he he….. Begitu juga di tembok gapura (Candi Perwara), ada sebuah ornamen yang menggambarkan hal yang hampir sama. Kalau biasanya untuk menggambarkan pria dan wanita menggunakan Lingga Yoni, ini
to the point: penis dan vagina. Entahlah, mengapa seperti itu.
Namun diantara beberapa ornamen kuno itu, paling menarik perhatin saya adalah relief Bima Suci yang berukuran agak besar di sisi kanan depan Candi Induk. Sepintas, nampak seperti tapal kuda. Begitu dicermati, saya lebih sepakat bahwa relief ini adalah sebuah Rahim. Menggambarkan proses pembuahan dan kelahiran yang terjadi dalam dan dari rahim seorang ibu. Mungkin para Silpin ingin menyampaikan pesan bahwa tidak ada ibu yang jahat. Semua anak yang dilahirkan adalah sama. Suci. Alam, lingkungan dan masyarakat sekitarnyalah yang akan menjadikannya sosok yang baik atau sosok yang jahat.
Rahim seorang Ibu ?? (dok pribadi)
Bila dihubungkan dengan relief cerita yang lain, yakni
Sudhamala, ini nampaknya saling berhubungan. Relief Sudhamala erat kaitannya dengan tradisi ruwat meruwat. Meruwat maknanya membuang sial, membuang sebel, membuang kejahatan dari jiwa seseorang. Mensucikan diri. Tak heran bagian depan candi induk ini juga disebut juga Gapura Pangruwat.
Relief di teras III (dok pribadi)
Tak berhenti sampai di situ, masih ada “permata” lain di Candi Sukuh. Di pelataran Teras III sebelah kanan, ada dua arca patung Garuda. Ada yang menghubungakan ini dengan cerita Garudeya. Pembebasan seorang ibu oleh anak-anaknya yang setia pada orangtua, dari kejahatan dan konspirasi ular naga. Sayangnya arca-arca garuda ini tanpa kepala. Menariknya di bagian belakang Garuda, yang sayapnya merekah ini terdapat deretan inskripsi Jawa Kuno. Sayangnya, sang juru kunci pun tak mampu berbagi cerita. Dan begitu kjta akan meninggalkan pelataran Teras III, tepat di sisi kiri Candi Induk, agak ke bawah terdapat relief Pandai Besi diwujudkan dalam sosok Gajah.
Diapit dua Arca garuda (dok pribadi)
Relief Pandai Besi (dok pribadi)
Sangat asyik berlama-lama di kompleks candi Sukuh ini. Lingkungannya teduh, asri dan tamannya tertata rapi. Ada beberapa pohon besar, rindang menaungi pelataran. Udara segar berhembus menyelusup dari lereng gunung. Di arah Barat dan Utara terhampar pemandangan indah. Desa dan kota-kota di Jawa Tengah nampak kecil nun jauh di sana. Mungkin ini juga ada hubungannya denga relief Sudhamala. Jika ke Candi Sukuh akan bisa meruwat batin. Membersihkan batin dari hiruk pikuk keseharian yang kadang tanpa makna.
Cocok untuk meruwat batin.. teduh sejuk dan indah (dok pribadi)
Teguh H
No comments:
Post a Comment