“MISTERI HUTAN SANCANG GARUT SELATAN dan PEMELUK ISLAM PERTAMA DI NUSANTARA”
“MISTERI HUTAN SANCANG GARUT SELATAN”Prabu Rakeyan Sancang…
MISTERI HUTAN SANCANG GARUT SELATAN
Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, menurut Pengamat sejarah Deddy Effendie, adalah seorang Pangeran dari Tarumanegara, yang bernama Rakeyan Sancang.Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) (Sumber : Islam masuk ke Garut sejak abad 1 Hijriah dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe).
berdasarkan informasi terbaru dari tokoh Ulama Mesir yang dikemukakan kepada Ir H. Dudung Fathirrohman menyatakan, Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.Maka jika meneliti naskah Pangeran Wangsakerta besar kemungkinan Tokoh dari Asia Timur Jauh itu adalah Prabu Kretawarman (561-628 M) Maharaja Tarumanagara generasi VIII yang memiliki dua orang putri, pertama Putri dari Calankayana, dan istri yang kedua berasal dari Sumatera tidak memiliki anak sehingga menangkat anak kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri bernama Brajagiri.</p><br /><br /><br /> <p>Kretawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (wwang amet samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai selatan Garut.</p><br /><br /><br /> <p>Putrinya Setiawati dinikahi Kretawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan dan mungkin dilupakan.</p><br /><br /><br /> <p>Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia.</p><br /><br /><br /> <p>Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali(42) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi.</p><br /><br /><br /> <p>Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir.</p><br /><br /><br /> <p>Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali.</p><br /><br /><br /> <p>Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / hutan Sancang dan gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali.</p><br /><br /><br /> <p>Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudawarman (Saat itu semua raja Kertanegara juga disebut Siliwangi), yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kretawarman) turut memimpin pasukan.</p><br /><br /><br /> <p>Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kretawarman.</p><br /><br /><br /> <p>Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang mengejar Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan.</p><br /><br /><br /> <p>Kisah Rakeyan Sancang itupun setelah sepuluh abad kemudian terungkap kembali, ketika Walangsungsang dari Cirebon menyusuri sungai Cimanuk sampai ke hulu sungai kemudian menemukan pedang yang disebut-sebut sebagai pedang Nabi Muhammad SAW, pedang itu milik Rakeyan Santang atau Kean Santang, pemberian Ali bin Abi Thalib ketika membantu Ali dalam peperangan menagakkan Syariat Islam,</p><br /><br /><br /> <p>Walahualam</p><br /><br /><br /> <p>anolles:<br /><br /><br /><br /> ::) ::) ummm 10 abad yang ya jaraknya….<br /><br /><br /><br /> lalu kang gimana ma kisah yang konon ceritanya prabu siliwangi (entah prabu yang mana mengingat siliwangi hanyalah gelar) memiliki 3 anak…. rakyean santang, lara santang dan walangsungsang…<br /><br /><br /><br /> trus kan kemudian larasantang sendiri adalah anak dari nyisubang larang. lara santang berniat menyusul kepergian kakanya rakyean santang namun kemudian di perjalanan beliau nikah dengan syekh maulana akbhar dari gujarat dan memiliki anak waliaullah Sunan gunung Jati.</p><br /><br /><br /> <p>emang apakah ada pengulangan penokohan kisah antara rakyean sancang di abad ke 6 dengan kyean santang kakak larasantang yang hidup 10 abad berikutnya….</p><br /><br /><br /> <p>atau emang ini kisah berbeda mengingat santang dan sancang jelas berbeda hanya saja apa yang menjadi tujuan kyean santang pergi dari kerajaan dan pada text wangsit siliwangi yang di ucapkan sesaat sebelum beliau muksa itu terjadi dialog antara siapa??</p><br /><br /><br /> <p>oya… sedikit informasi yang anol terima dari sodara bangsa jin (abi Banen seorang tabib dari kerajaan lingga sirna) yang sempet komunikasi dikit. kalo jelmaan harimau yang sering di sebut2 prabu siliwangi itu adalah piaraannya sang prabu dari jenis Jin yang bernama si jabrang… mohon untuk di mengerti biaar kita tidak terjebak dalam syirik. sangprabu adalah tokoh sama halnya seperti kita manusia.. beliau sudah meninggal sesuai dengan qada dan qadarnya sang pencipta. hanya saja bangsa Jin memiliki umur jauh lebih panjang dari bangsa manusia….</p><br /><br /><br /> <p>Jali Jengki:<br /><br /><br /><br /> Seperti yang saya bilang dimuka, banyak versi tuturan lisan. Adapun literatur yang berkaitan banyak sekali ditemukan pada naskah-naskah kuno, mengapa demikian? karena masyarakat Sunda lebih banyak meninggalkan naskah kuno ketimbang candi sebagaimana banyak di jumpai di daerah timur. Naskah kuno yang berkaitan dengan cerita Raja-raja Pajajaran adalah Babad Pajajaran, Wangsakerta (Pustaka rajya-rajya I BhumiNusantara-Negara Kretabhumi), Babad Klayan, Purwaka Caruban Nagari, Babad Misteri Kabut Caringin Kurung dan banyak lagi….</p><br /><br /><br /> <p>Benar Silihwangi (Silih-Wangi) adalah gelar sebagai penerus Prabu Linggabuwana yang dijuluki Prabu Wangi karena gugur secara satria di Bubat, hal ini dapat kita lihat dalam Wangsakerta (RRBN:21)</p><br /><br /><br /> <p>“Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira”.(Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya)Kalau gelar Silihwangi yg orang tua dari Pangeran Cakrabuwana, Rara Santang, Pangeran Sangara (Rakean Santang) menurut NK 1.2:21 adalah Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa/Ki Sunu yang mendapat dua gelar karena mewariskan dua kerajaan Sunda-Galuh. Dari Galuh Surawisesa bergelar Prabu Guru Dewataprana, kedua Sri Baduga Maharaja Ratu (H)aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata (gelar ini pernah pula dipakai oleh Prabu Linggabuwana/Prabu Wangi). Ini yang dianggap Raja pertama Pajajaran.Rakeyan Sancang-Rakeyan Santang adalah orang yang berbeda, jadi menurut saya tidak ada pengulangan baik cerita maupun napak tilas.Kalau menurut Babad Klayan pupuh keduapuluh empat berdasar tuturan lisan, Harimau merupakan ungkapan siloka kata-kata Sunan Gunung Jati yang selanjutnya berkembang sedemikian rupa dalam masyarakat.
Banyak juga cerita seperti mas Anol bilang tentang peliharaan jin berbentuk harimau ini, berpulang bagaimana kita saja menyikapinya.” src=”<a href=" hphotos-ak-prn1="" http:="" n.jpg="" p526x296="" rel="nofollow" sphotos-c.ak.fbcdn.net="" />http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/p526x296/555795_4569340719506_1248579290_n.jpg” ; />Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, menurut Pengamat sejarah Deddy Effendie, adalah seorang Pangeran dari Tarumanegara, yang bernama Rakeyan Sancang.Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) (Sumber : Islam masuk ke Garut sejak abad 1 Hijriah dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe).
berdasarkan informasi terbaru dari tokoh Ulama Mesir yang dikemukakan kepada Ir H. Dudung Fathirrohman menyatakan, Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.
Maka jika meneliti naskah Pangeran Wangsakerta besar kemungkinan Tokoh dari Asia Timur Jauh itu adalah Prabu Kretawarman (561-628 M) Maharaja Tarumanagara generasi VIII yang memiliki dua orang putri, pertama Putri dari Calankayana, dan istri yang kedua berasal dari Sumatera tidak memiliki anak sehingga menangkat anak kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri bernama Brajagiri.
Kretawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (wwang amet samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai selatan Garut.
Putrinya Setiawati dinikahi Kretawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan dan mungkin dilupakan.
Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia.
Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali(42) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi.
Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir.
Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali.
Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / hutan Sancang dan gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali.
Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudawarman (Saat itu semua raja Kertanegara juga disebut Siliwangi), yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kretawarman) turut memimpin pasukan.
Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kretawarman.
Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang mengejar Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan.
Kisah Rakeyan Sancang itupun setelah sepuluh abad kemudian terungkap kembali, ketika Walangsungsang dari Cirebon menyusuri sungai Cimanuk sampai ke hulu sungai kemudian menemukan pedang yang disebut-sebut sebagai pedang Nabi Muhammad SAW, pedang itu milik Rakeyan Santang atau Kean Santang, pemberian Ali bin Abi Thalib ketika membantu Ali dalam peperangan menagakkan Syariat Islam,
Walahualam
anolles:
::) ::) ummm 10 abad yang ya jaraknya….
lalu kang gimana ma kisah yang konon ceritanya prabu siliwangi (entah prabu yang mana mengingat siliwangi hanyalah gelar) memiliki 3 anak…. rakyean santang, lara santang dan walangsungsang…
trus kan kemudian larasantang sendiri adalah anak dari nyisubang larang. lara santang berniat menyusul kepergian kakanya rakyean santang namun kemudian di perjalanan beliau nikah dengan syekh maulana akbhar dari gujarat dan memiliki anak waliaullah Sunan gunung Jati.
emang apakah ada pengulangan penokohan kisah antara rakyean sancang di abad ke 6 dengan kyean santang kakak larasantang yang hidup 10 abad berikutnya….
atau emang ini kisah berbeda mengingat santang dan sancang jelas berbeda hanya saja apa yang menjadi tujuan kyean santang pergi dari kerajaan dan pada text wangsit siliwangi yang di ucapkan sesaat sebelum beliau muksa itu terjadi dialog antara siapa??
oya… sedikit informasi yang anol terima dari sodara bangsa jin (abi Banen seorang tabib dari kerajaan lingga sirna) yang sempet komunikasi dikit. kalo jelmaan harimau yang sering di sebut2 prabu siliwangi itu adalah piaraannya sang prabu dari jenis Jin yang bernama si jabrang… mohon untuk di mengerti biaar kita tidak terjebak dalam syirik. sangprabu adalah tokoh sama halnya seperti kita manusia.. beliau sudah meninggal sesuai dengan qada dan qadarnya sang pencipta. hanya saja bangsa Jin memiliki umur jauh lebih panjang dari bangsa manusia….
Jali Jengki:
Seperti yang saya bilang dimuka, banyak versi tuturan lisan. Adapun literatur yang berkaitan banyak sekali ditemukan pada naskah-naskah kuno, mengapa demikian? karena masyarakat Sunda lebih banyak meninggalkan naskah kuno ketimbang candi sebagaimana banyak di jumpai di daerah timur. Naskah kuno yang berkaitan dengan cerita Raja-raja Pajajaran adalah Babad Pajajaran, Wangsakerta (Pustaka rajya-rajya I BhumiNusantara-Negara Kretabhumi), Babad Klayan, Purwaka Caruban Nagari, Babad Misteri Kabut Caringin Kurung dan banyak lagi….
Benar Silihwangi (Silih-Wangi) adalah gelar sebagai penerus Prabu Linggabuwana yang dijuluki Prabu Wangi karena gugur secara satria di Bubat, hal ini dapat kita lihat dalam Wangsakerta (RRBN:21)
“Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira”.
(Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya)
Kalau gelar Silihwangi yg orang tua dari Pangeran Cakrabuwana, Rara Santang, Pangeran Sangara (Rakean Santang) menurut NK 1.2:21 adalah Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa/Ki Sunu yang mendapat dua gelar karena mewariskan dua kerajaan Sunda-Galuh. Dari Galuh Surawisesa bergelar Prabu Guru Dewataprana, kedua Sri Baduga Maharaja Ratu (H)aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata (gelar ini pernah pula dipakai oleh Prabu Linggabuwana/Prabu Wangi). Ini yang dianggap Raja pertama Pajajaran.
Rakeyan Sancang-Rakeyan Santang adalah orang yang berbeda, jadi menurut saya tidak ada pengulangan baik cerita maupun napak tilas.
Kalau menurut Babad Klayan pupuh keduapuluh empat berdasar tuturan lisan, Harimau merupakan ungkapan siloka kata-kata Sunan Gunung Jati yang selanjutnya berkembang sedemikian rupa dalam masyarakat.
Banyak juga cerita seperti mas Anol bilang tentang peliharaan jin berbentuk harimau ini, berpulang bagaimana kita saja menyikapinya.
Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, menurut Pengamat sejarah Deddy Effendie, adalah seorang Pangeran dari Tarumanegara, yang bernama Rakeyan Sancang.Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) (Sumber : Islam masuk ke Garut sejak abad 1 Hijriah dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe).
berdasarkan informasi terbaru dari tokoh Ulama Mesir yang dikemukakan kepada Ir H. Dudung Fathirrohman menyatakan, Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.Maka jika meneliti naskah Pangeran Wangsakerta besar kemungkinan Tokoh dari Asia Timur Jauh itu adalah Prabu Kretawarman (561-628 M) Maharaja Tarumanagara generasi VIII yang memiliki dua orang putri, pertama Putri dari Calankayana, dan istri yang kedua berasal dari Sumatera tidak memiliki anak sehingga menangkat anak kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri bernama Brajagiri.</p><br /><br /><br /> <p>Kretawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (wwang amet samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai selatan Garut.</p><br /><br /><br /> <p>Putrinya Setiawati dinikahi Kretawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan dan mungkin dilupakan.</p><br /><br /><br /> <p>Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia.</p><br /><br /><br /> <p>Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali(42) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi.</p><br /><br /><br /> <p>Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir.</p><br /><br /><br /> <p>Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali.</p><br /><br /><br /> <p>Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / hutan Sancang dan gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali.</p><br /><br /><br /> <p>Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudawarman (Saat itu semua raja Kertanegara juga disebut Siliwangi), yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kretawarman) turut memimpin pasukan.</p><br /><br /><br /> <p>Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kretawarman.</p><br /><br /><br /> <p>Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang mengejar Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan.</p><br /><br /><br /> <p>Kisah Rakeyan Sancang itupun setelah sepuluh abad kemudian terungkap kembali, ketika Walangsungsang dari Cirebon menyusuri sungai Cimanuk sampai ke hulu sungai kemudian menemukan pedang yang disebut-sebut sebagai pedang Nabi Muhammad SAW, pedang itu milik Rakeyan Santang atau Kean Santang, pemberian Ali bin Abi Thalib ketika membantu Ali dalam peperangan menagakkan Syariat Islam,</p><br /><br /><br /> <p>Walahualam</p><br /><br /><br /> <p>anolles:<br /><br /><br /><br /> ::) ::) ummm 10 abad yang ya jaraknya….<br /><br /><br /><br /> lalu kang gimana ma kisah yang konon ceritanya prabu siliwangi (entah prabu yang mana mengingat siliwangi hanyalah gelar) memiliki 3 anak…. rakyean santang, lara santang dan walangsungsang…<br /><br /><br /><br /> trus kan kemudian larasantang sendiri adalah anak dari nyisubang larang. lara santang berniat menyusul kepergian kakanya rakyean santang namun kemudian di perjalanan beliau nikah dengan syekh maulana akbhar dari gujarat dan memiliki anak waliaullah Sunan gunung Jati.</p><br /><br /><br /> <p>emang apakah ada pengulangan penokohan kisah antara rakyean sancang di abad ke 6 dengan kyean santang kakak larasantang yang hidup 10 abad berikutnya….</p><br /><br /><br /> <p>atau emang ini kisah berbeda mengingat santang dan sancang jelas berbeda hanya saja apa yang menjadi tujuan kyean santang pergi dari kerajaan dan pada text wangsit siliwangi yang di ucapkan sesaat sebelum beliau muksa itu terjadi dialog antara siapa??</p><br /><br /><br /> <p>oya… sedikit informasi yang anol terima dari sodara bangsa jin (abi Banen seorang tabib dari kerajaan lingga sirna) yang sempet komunikasi dikit. kalo jelmaan harimau yang sering di sebut2 prabu siliwangi itu adalah piaraannya sang prabu dari jenis Jin yang bernama si jabrang… mohon untuk di mengerti biaar kita tidak terjebak dalam syirik. sangprabu adalah tokoh sama halnya seperti kita manusia.. beliau sudah meninggal sesuai dengan qada dan qadarnya sang pencipta. hanya saja bangsa Jin memiliki umur jauh lebih panjang dari bangsa manusia….</p><br /><br /><br /> <p>Jali Jengki:<br /><br /><br /><br /> Seperti yang saya bilang dimuka, banyak versi tuturan lisan. Adapun literatur yang berkaitan banyak sekali ditemukan pada naskah-naskah kuno, mengapa demikian? karena masyarakat Sunda lebih banyak meninggalkan naskah kuno ketimbang candi sebagaimana banyak di jumpai di daerah timur. Naskah kuno yang berkaitan dengan cerita Raja-raja Pajajaran adalah Babad Pajajaran, Wangsakerta (Pustaka rajya-rajya I BhumiNusantara-Negara Kretabhumi), Babad Klayan, Purwaka Caruban Nagari, Babad Misteri Kabut Caringin Kurung dan banyak lagi….</p><br /><br /><br /> <p>Benar Silihwangi (Silih-Wangi) adalah gelar sebagai penerus Prabu Linggabuwana yang dijuluki Prabu Wangi karena gugur secara satria di Bubat, hal ini dapat kita lihat dalam Wangsakerta (RRBN:21)</p><br /><br /><br /> <p>“Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira”.(Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya)Kalau gelar Silihwangi yg orang tua dari Pangeran Cakrabuwana, Rara Santang, Pangeran Sangara (Rakean Santang) menurut NK 1.2:21 adalah Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa/Ki Sunu yang mendapat dua gelar karena mewariskan dua kerajaan Sunda-Galuh. Dari Galuh Surawisesa bergelar Prabu Guru Dewataprana, kedua Sri Baduga Maharaja Ratu (H)aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata (gelar ini pernah pula dipakai oleh Prabu Linggabuwana/Prabu Wangi). Ini yang dianggap Raja pertama Pajajaran.Rakeyan Sancang-Rakeyan Santang adalah orang yang berbeda, jadi menurut saya tidak ada pengulangan baik cerita maupun napak tilas.Kalau menurut Babad Klayan pupuh keduapuluh empat berdasar tuturan lisan, Harimau merupakan ungkapan siloka kata-kata Sunan Gunung Jati yang selanjutnya berkembang sedemikian rupa dalam masyarakat.
Banyak juga cerita seperti mas Anol bilang tentang peliharaan jin berbentuk harimau ini, berpulang bagaimana kita saja menyikapinya.” src=”<a href=" hphotos-ak-prn1="" http:="" n.jpg="" p526x296="" rel="nofollow" sphotos-c.ak.fbcdn.net="" />http://sphotos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/p526x296/555795_4569340719506_1248579290_n.jpg” ; />Mengenai siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda, menurut Pengamat sejarah Deddy Effendie, adalah seorang Pangeran dari Tarumanegara, yang bernama Rakeyan Sancang.Rakeyan Sancang disebutkan hidup pada masa Imam Ali bin Abi Thalib. Rakeyan Sancang diceritakan, turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) (Sumber : Islam masuk ke Garut sejak abad 1 Hijriah dan Jemaah Haji, Tempo Doeloe).
berdasarkan informasi terbaru dari tokoh Ulama Mesir yang dikemukakan kepada Ir H. Dudung Fathirrohman menyatakan, Ali bin Abi Thalib dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta dalam membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M) mendapatkan bantuan dari seorang tokoh asal Asia Timur Jauh.
Maka jika meneliti naskah Pangeran Wangsakerta besar kemungkinan Tokoh dari Asia Timur Jauh itu adalah Prabu Kretawarman (561-628 M) Maharaja Tarumanagara generasi VIII yang memiliki dua orang putri, pertama Putri dari Calankayana, dan istri yang kedua berasal dari Sumatera tidak memiliki anak sehingga menangkat anak kemudian diakuinya sebagai anaknya sendiri bernama Brajagiri.
Kretawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya Prabu Sudawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan dari anak seorang pencari kayu bakar (wwang amet samidha) Ki Prangdami bersama istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir Pantai selatan Garut.
Putrinya Setiawati dinikahi Kretawarman yang hanya digaulinya selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan dan mungkin dilupakan.
Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan meninggal dunia.
Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali(42) yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi.
Sumber lainnya menyebutkan (640 M) Rakeyan Sancang tidak sempat berkelahi dengan Syaidina Ali namun menyatakan kalah akibat tidak mampu mencabut tongkat Syaidina Ali yang hanya menancap di tanah berpasir.
Sejak itulah Rakeyan Sancang menyatakan dirinya masuk Islam kemudian meneruskan berguru kepada Syaidina Ali.
Di pesisir selatan wilayah Tarumanagara (Cilauteureun, Leuweung / hutan Sancang dan gunung Nagara) secara perlahan Islam diperkenalkan oleh Rakeyan Sancang yang ketika itu yang mau menerima Islam sedikit sekali.
Upaya Rakeyan Sancang menyebarkan Islam terdengar oleh Prabu Sudawarman (Saat itu semua raja Kertanegara juga disebut Siliwangi), yang dinilai bisa mengganggu stabilitas pemerintahan, timbulah pertempuran yang ketika itu Senapati Brajagiri (anak angkat Sang Kretawarman) turut memimpin pasukan.
Rakeyan Sancang unggul, Prabu Sudawarman sempat melarikan diri yang dikejar Rakeyan Sancang, tapi tusuk konde Rakeyan Sancang jatuh pertempuran terhenti kemudian mereka saling menceriterakan silsilah sehingga ada pengakuan Rakeyan Sancang anak Sang Kretawarman.
Peristiwa tersebut berkembang menjadi ceritera dari mulut ke mulut yang menyatakan Kean Santang mengejar Prabu Siliwangi untuk di Islam-kan.
Kisah Rakeyan Sancang itupun setelah sepuluh abad kemudian terungkap kembali, ketika Walangsungsang dari Cirebon menyusuri sungai Cimanuk sampai ke hulu sungai kemudian menemukan pedang yang disebut-sebut sebagai pedang Nabi Muhammad SAW, pedang itu milik Rakeyan Santang atau Kean Santang, pemberian Ali bin Abi Thalib ketika membantu Ali dalam peperangan menagakkan Syariat Islam,
Walahualam
anolles:
::) ::) ummm 10 abad yang ya jaraknya….
lalu kang gimana ma kisah yang konon ceritanya prabu siliwangi (entah prabu yang mana mengingat siliwangi hanyalah gelar) memiliki 3 anak…. rakyean santang, lara santang dan walangsungsang…
trus kan kemudian larasantang sendiri adalah anak dari nyisubang larang. lara santang berniat menyusul kepergian kakanya rakyean santang namun kemudian di perjalanan beliau nikah dengan syekh maulana akbhar dari gujarat dan memiliki anak waliaullah Sunan gunung Jati.
emang apakah ada pengulangan penokohan kisah antara rakyean sancang di abad ke 6 dengan kyean santang kakak larasantang yang hidup 10 abad berikutnya….
atau emang ini kisah berbeda mengingat santang dan sancang jelas berbeda hanya saja apa yang menjadi tujuan kyean santang pergi dari kerajaan dan pada text wangsit siliwangi yang di ucapkan sesaat sebelum beliau muksa itu terjadi dialog antara siapa??
oya… sedikit informasi yang anol terima dari sodara bangsa jin (abi Banen seorang tabib dari kerajaan lingga sirna) yang sempet komunikasi dikit. kalo jelmaan harimau yang sering di sebut2 prabu siliwangi itu adalah piaraannya sang prabu dari jenis Jin yang bernama si jabrang… mohon untuk di mengerti biaar kita tidak terjebak dalam syirik. sangprabu adalah tokoh sama halnya seperti kita manusia.. beliau sudah meninggal sesuai dengan qada dan qadarnya sang pencipta. hanya saja bangsa Jin memiliki umur jauh lebih panjang dari bangsa manusia….
Jali Jengki:
Seperti yang saya bilang dimuka, banyak versi tuturan lisan. Adapun literatur yang berkaitan banyak sekali ditemukan pada naskah-naskah kuno, mengapa demikian? karena masyarakat Sunda lebih banyak meninggalkan naskah kuno ketimbang candi sebagaimana banyak di jumpai di daerah timur. Naskah kuno yang berkaitan dengan cerita Raja-raja Pajajaran adalah Babad Pajajaran, Wangsakerta (Pustaka rajya-rajya I BhumiNusantara-Negara Kretabhumi), Babad Klayan, Purwaka Caruban Nagari, Babad Misteri Kabut Caringin Kurung dan banyak lagi….
Benar Silihwangi (Silih-Wangi) adalah gelar sebagai penerus Prabu Linggabuwana yang dijuluki Prabu Wangi karena gugur secara satria di Bubat, hal ini dapat kita lihat dalam Wangsakerta (RRBN:21)
“Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira”.
(Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya)
Kalau gelar Silihwangi yg orang tua dari Pangeran Cakrabuwana, Rara Santang, Pangeran Sangara (Rakean Santang) menurut NK 1.2:21 adalah Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa/Ki Sunu yang mendapat dua gelar karena mewariskan dua kerajaan Sunda-Galuh. Dari Galuh Surawisesa bergelar Prabu Guru Dewataprana, kedua Sri Baduga Maharaja Ratu (H)aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata (gelar ini pernah pula dipakai oleh Prabu Linggabuwana/Prabu Wangi). Ini yang dianggap Raja pertama Pajajaran.
Rakeyan Sancang-Rakeyan Santang adalah orang yang berbeda, jadi menurut saya tidak ada pengulangan baik cerita maupun napak tilas.
Kalau menurut Babad Klayan pupuh keduapuluh empat berdasar tuturan lisan, Harimau merupakan ungkapan siloka kata-kata Sunan Gunung Jati yang selanjutnya berkembang sedemikian rupa dalam masyarakat.
Banyak juga cerita seperti mas Anol bilang tentang peliharaan jin berbentuk harimau ini, berpulang bagaimana kita saja menyikapinya.
No comments:
Post a Comment