BAKTI RAJA UNTUK SANG IBUNDA-2
Kisruh Rumah Tangga Sang Raja
Namun, sang pangeran tahu, apresiasi ayahnya itu
tidak lantas membuatnya bahagia. Bagaimanapun ia tahu, sang ayah sedang
tidak bertegur sapa dengan ibu tirinya, permaisuri raja, GKR
Kenconowungu. Pangeran Adipati Anom sama sekali tidak tahu apa musabnya
dan secara tata karma tentu tidak berani untuk bertanya kepada ayahnya.
Bahkan, lama-lama ia mendengar sang ayah akan menceraikan permaisurinya
itu dan akan dipulangkan ke Madura.
Walaupun ibu tiri, tetapi sang pangeran tidak
kurang cintanya kepada GKR Kenconowungu mengingat sejak usia 1,5 tahun
dia tidak lagi memperoleh curahan kasih sayang dari ibunya. Dia bertekad
andaikata benar Sunan Pakubuwono akan menceraikan GKR Kenconowungu,
maka ia sendiri akan mengantar sang ibu ke Madura. Dia sendiri bertekad
tidak akan pernah kembali ke Kasunanan Surakarta dan memilih hidup
bersama sang kakek, Adipati Cakraningrat di Madura. Dia juga
memerintahkan para abdi dalem Kadipaten (kediaman resmi putra mahkota)
untuk selalu siaga dan berpakaian seragam prajurit. Ia juga membuat
sendiri sebuah perahu besar yang kelak akan digunakannya menyusuri
sungai Bengawan Sala menuju Madura andai perceraian raja dan permaisuri
terjadi. Perahu itu besar, indah, dan berwibawa, dan bahkan di ujungnya
ada hiasan berupa kepala raksasa (Gupala). Perahu itu diberi nama Kyai
Rajamala dan sampai sekarang masih tersimpan di Museum Radya Pustaka,
Surakarta.
Sunan Pakubuwono kemudian memanggil sang putra
mahkota. Pangeran Adipati Anom tak kuasa lagi menahan perasaannya.
Dengan takzim ia mengatakan bahwa jika sampai ayahnya menceraikan
permaisuri dia akan mengantar ibunya ke Madura dan tidak akan bersedia
kembali lagi ke kerajaan. Alangkah terkejutnya sang raja mendengar
curahan hati Pangeran Adipati Anom. Lebih terkejut lagi saat ia dengan
mata kepala sendiri sebuah perahu besar dan sekian banyak prajurit yang
akan mengantar putranya ke Madura. Suatu masalah besar jika niat itu
terlaksana. Ia tidak akan mempunyai putra mahkota yang sudah sekian lama
ia cita-citakan menjadi penguasa Surakarta. Seketika terharulah hati
sang raja dan segeralah ia merangkul dengan perasaan sayang kepada
Pangeran Adipati Anom. Dia juga berjanji bahwa dia tidak akan pernah
menceraikan GKR Kenconowungu, apalagi mengembalikan isterinya itu
Madura.
Legalah Pangeran Adipati Anom mendengar janji
ayahnya itu. Dan ia pun bersedia memangku jabatan putera mahkota dan
akan selalu mendampingi ayahnya dalam menjalankan roda pemerintahan.
Bahkan selanjutnya, sang raja dan permaisuri berkenan untuk menggunakan
perahu Kyai Rajamala itu untuk bersukaria dan menghibur diri
bersama-sama dengan para kerabat keratin mengarungi sungai Bengawan
Sala.
Seni Budaya
Untuk mengenang dan mengabadikan rasa cinta kepada GKR Kenconowungu, Pangeran Adipati Anom menggubah Gending Ludira Madu untuk mengiringi tari Serimpi. Tarian ini adalah tarian untuk hiburan raja yang dilakukan oleh 4 orang perempuan. Iringan gending diberi nama Ludira Madu, artinya darah Madura, suatu persembahan untuk ibunya, GKR Kenconowungu. Di samping itu, ia juga menggubah Gending Loro-Loro, untuk mengiringi tari Penthul, sosok yang digambarkan sebagai abdi kerajaan dengan menggunakan topeng yang lucu. Diberi nama Loro-Loro, artinya
dua-dua, karena menurut sang pangeran hidup di dunia selalu 2 dimensi,
senang dan sedih; benar dan salah; dan seterusnya.
mas Ishar
No comments:
Post a Comment