BATU TULIS SANGHYANG TAPAK CIAMIS” : KALENDER SUNDA TERTUA DI DUNIA SUNDA CALENDER IS THE OLDEST IN THE WORLD

KALENDER SUNDA TERTUA DI DUNIA
SUNDA CALENDER IS THE OLDEST IN THE WORLDS
“BATU TULIS SANGHYANG TAPAK CIAMIS”
Batu Tulis Sang Hyang Tapak Galuh Camis meruapakan keotentikan dan keakuratan data yang dijadikan rujukan Ali Atmadiredja dalam membuat kembali kalender Sunda. Kalender Sunda diperkirakan sudah ada puluhan ribu tahun yang lalu menyesuaikan penghitungan hari berdasarkan Solar/matahari, Lunar/ Bulan dan Astronomi/ Bintang… yaitu dengan ditemukannya garis2 metrik di Batu tulis yang menunjukkan keakuratan dibanding Kalender Masehi maupun Jawa…138 kali lebih AKURAT bila dibandingkan dengan kalender Georgian maupun Masehi..
Republika
Selasa, 28 Maret 2006
Menghitung Waktu Ala Kalender Sunda
Hitungan Kala Sunda menggunakan basis matematika dan astronomi.Perbedaan suku tidak hanya terlihat dari warna kulit manusia dan bahasanya.Namun, leluhur dari sebuah suku di bumi ini masing-masing meninggalkan pedoman penghitungan waktu. Misalnya di tanah Sunda, sudah 500 tahun ini tidak terbuka warisan nenek moyangnya, yakni Kalender Sunda. Awal tahun 2006 ini, Tokoh Sundayang berlatar belakang ilmu matemetika, Ali Sastramidjaja, berhasil menggali Kalender Sunda dari kuburannya. Selama sembilan tahun, Abah Ali, panggilan AliSastramidjaja bersama Yayasan Canda Sangkala, mengumpulkan data seputar Kalender Sunda.Dalam proses penggalian data Kalender Sunda, Ali melibatkan kalangan astronom dan pakar lainnya. Bila melihat pada jumlah hari dan bulannya, Kalender Sunda atau yang sering disebut Kala Sunda, sama dengan kalender Masehi dan Hijriah.
Yakni, 12 bulan dalam setahun, dan 30 hari dalam sebulan.Hanya, nama hari danbulan antara Kala Sunda dan Masehi serta Hijriah berbeda. Di Kala Sunda, kitamenggunakan nama Radite untuk hari Ahad, Soma untuk Senin, Anggara untuk Selasa, Buda untuk Rabu, Respati untuk Kamis, Sukra untuk Jumat, serta Tumpek untuk hariSabtu.
Pakar Astronom dari ITB, Muji Raharjo menilai, Kala Sunda keotentikan data Atmadiredja yang dijadikan rujukan Ali keotentikan data Atmadiredja yang dijadikan rujukan Ali keotentikan data Atmadiredja yang dijadikan rujukan Ali yang diangkat kembali oleh Abah Ali, jauh lebih akurat dibandingkan dengan kalender Masehi.
Bahkan, Abah Ali berani menetapkan bila Kala Sunda 138 kali akurat ketimbang
kalender Masehi yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) tahun 1956.
Dalam hitungan Kala Sunda yang mengacu pada konsep Candrakala (bulan-waktu), tahun 2006 masehi ini merupakan tahun tahun 1942 Caka. Dalam Kala Sunda, biasanya nama tahun diikuti dengan kata Caka. Caka berasal dari kata Candrakala, yang artinya bulan (Candra) dan waktu (Kala).
Sebagian kelompok Sunda, hingga kini kerap menggunakan Kala Sunda sebagai
acuan untuk menentukan gerhana matahari, bulan, hajatan, atau pindah rumah.
Seorang konsultan perencanaan dan arsitek yang turut berperan dalam peluncuran Kala Sunda, Roza Rahmadjasa Mintaredja membantah bila penerapan hitungan waktu itu sebagai konsep mistik, wangsit atau ramalan yang biasa digunakan para dukun.
”Hitungan Kala Sunda menggunakan basis matematika dan astronomi. Itu semua
dengan cara penghitungan,” ujar Roza, dalam peluncuran Kala Sunda di Aula Serba Guna Kota Bandung, belum lama ini. Bagi Roza, hanya kekuasaan Allah SWT yang mampu mengubah taksiran atau hitungan Kala Sunda.
Sebuah LSM yang bernama Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Hidup Tatar Sunda (DPKLTS), memandang Kala Sunda ini sebagai kalender fenologi. Artinya, Kala Sunda mampu mengaitkan proses periodik pada tanaman dan hewan dengan cuaca dan lingkungan di sekitarnya.
Anggota DPKLTS, S Sobirin mengatakan, Kala Sunda ini akan bermanfaat bagi
masyarakat dalam rangka menyelamatkan lingkungan hidup. Pasalnya, melalui Kala Sunda ini, kita bisa membaca gejala alam. ”Andaikan kearifan budaya dan
pengenalan waktu diterapkan, maka bencana lingkungan di tanah air ini bisa
dihindari,” cetusnya.
Ditambahkan Roza yang menjadi Pupuhu (Ketua) Kala Sunda ini, sosialisasi Kala
Sunda untuk saat ini tidak mudah. Dirinya berharap, dibutuhkan kearifan lokal
bagi orang Sunda dalam menjungjung tinggi peninggalan nenek moyangnya.
Ditegaskan dia, sangat sedikit orang Sunda yang mengerti tentang Sunda dan
kesundaan.
Menurut dia, masyarakat saat ini semakin cerdas dan pintar. Namun, imbuh dia,
di balik kecerdasannya itu kerap tumbuh jiwa tidak arif dalam membaca kondisi
zaman ini. ”Kami coba mengajak warga Sunda untuk lebih ngamumule (melestarikan) budaya dan asset sukunya,” ucapnya.
Dalam acara peluncuran Kala Sunda, belum lama ini, tim yang tergabung dalam
Kala Sunda mencoba mengingat pengunjung yang menghadirinya, bila Sunda tidak bisa dipisahkan dari Siliwangi dan Indonesia. Lebih-lebih, suku Sunda memiliki saham dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tidak heran, dalam Kala Sunda dilengkapi dengan foto pahlawan yang berasal
dari tanah Siliwangi. Di antaranya, R Otto Iskandar Dinata (Si Jalak Harupat),
Dewi Sartika, RAA Wiranatakusumah, R Enoch Danubrata, Inggit Garnasih Soekarno (istri Soekarno), Penghulu H Hasan Mustafa. Selain memperjuangkan kemerdekaan RI, pahlawan asal Sunda itu turut berjuang dalam menyebarluaskan Agama Islam.
Paling tidak, dengan kata Siliwangi, kita dituntut untuk hidup rukun sesama
bangsa. Siliwangi yang berasal dari Silih (saling) dan Wangi (harum) itu
menyuruh umat untuk saling mengharumkan nama sesamanya. Melalui Kala Sunda ini, seluruh masyarakat Sunda dituntut menjadi pelopor dalam menjaga martabat budayanya. Dalam beberapa pertunjukannya, dalang kondang, H Asep Sunandar Sunarya, mengingatkan semua umat untuk mejaga budayanya. Menurut Asep, kondisi budayaakanmencerminkan kondisibangsanya.
”Bila budayanya rusak, maka bangsanya pun sedang rusak,” ucapnya. Karenabudaya Sunda atau timur, sarat dengan pesan yangdiamanatkandalam Alquran.
Misalnya dalam cara berpakaian orang Sunda atau timur, tentu berbeda denganbudaya barat.
Fakta angka 9 TahunWaktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data seputar Kalender Sunda.138 Kali Lipat: Tingkat akurasi Kala Sunda dibandingkan kalender Masehi yangditetapkan PBB tahun 1956.
( sandy ferdiana )

No comments: