Singa Kerawang – Bekasi, “Jagoannya Warga Bekasi”

“Lantas terbersit difikiran kita, memangnya sepenting apa sih buah karya Beliau ?”
Beliau adalah Tokoh yang sangat hebat, Salah satu karya Beliau yang dapat kita rasakan manfaatnya sampai sekarang adalah pembangunan jalan Raya Kerawang-bekasi. Beliau bekerja keras dalam pembukaan akses jalan secara besar-besaran antara kampung Ujung Malang, Teluk Pucung, dan Pondok Ungu. Saat itu, Dalam setiap jalan yang dibangun beliau tidak pernah mengeluarkan biaya untuk pembebasan tanah warga, tetapi apabila itu merupakan instruksi dari Engkong Kiai, semua warga dengan sukarela dan ikhlas akan mewakafkan, beliau sendirilah yang bersedia terjun langsung memimpin gotong-royong pengerjaannya pada pertengahan tahun 1941.
Karena kepiawaiannya membela warga bekasi maka, Singa Karawang Bekasi atau Si Belut Putih itulah julukan yang tepat di berikan  kepada beliau, sebuah julukan yang memang layak di berikan kepadanya atas keberanian dan jiwa patriotnya semasa revolusi melawan penjajahan belanda dan atas jasa-jasanya yang tiada tara kepada Negara ini  pulalah sehingga pemerintah Indonesia melalui presiden SBY menetapkan Kepres yang menganugrahkannya gelar Pahlawan Nasional Indonesia dan mendapatkan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.
Menurut saya, Anugerah itu sangat tepat di berikan padanya, Dan tepat pada hari Kamis tanggal 09 November 2006 dalam rangka peringatan Hari Pahlawan di Istana Negara Jakarta beliau diberikan penghargaan tersebut.
Sosok Beliau sangat terkenal dimata orang Bekasi karena ia menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Betawi (khususnya di Karawang-Bekasi) pada masa revolusi. Beliau merupakan Seorang Kyai yang sangat peduli dengan pendidikan, cerdas, berani dan sangat dihormati oleh lingkungan sekitarnya. Saking menginspirasinya sampai Kisah kepahlawanan KH. Noer Alie pun telah menginspirasi seorang pujangga besar Indonesia, yaitu Khairil Anwar untuk menulis karya puisi Antara Karawang-Bekasi yang sangat terkenal itu. Dan Puisi ini menjadi salah satu karya Puisi terbaik bangsa Indonesia.
Sedari Kecil Jiwa kepemimpinan beliau sudah terpancar, saat bermain dengan teman-teman beliau selalu jadi Pemenang. Beliau selalu ingin tampil di muka umum sebagai orang yang pertama, meskipun jumlahnya temannya belasan hingga puluhan. Ketika memainkan permainan anak-anak pun ia tidak mau kalah. Di hampir semua permainan ia selalu tampil sebagai pemenang, seperti cor, bengkat, peletokan, layang-layang, teprak, dan perang-perangan (nama-nama permainan jaman dulu J )
Noer Alie lahir di Desa Ujung Malang Bekasi tanggal 15 juli 1914 ayah beliau seorang petani bernama Anwar bin Layu dan  ibunya bernama Maimunah. Dia menuntut ilmu dengan guru Mughni di Ujung Malang. Di sini ia mendapat pelajaran al-Fiah (tata bahasa Arab), al-Qur’ân, Tajwid, Nahwu, Tauhid, dan Fiqih. Seiring dengan perkembangan usia dan pelajaran yang telah didapat, keinginantahuannya terhadap dunia luar pun semakin kuat. Mula-mula ia dan kawan-kawannya bermain ke kampung-kampung di sekitarnya. Sampai pada keingintahuannya untuk melihat rumah gedung tuan tanah, tingkah laku tuan tanah dan aparatnya.
Semangat cinta tanah air bernuansa keagamaan merasuk dalam dirinya. Kepada adiknya Hj. Marhamah, ia mengutarakan cita-citanya untuk menjadi pemimpin agama dan membangun sebuah perkampungan surga. Dimana penduduknya beragama Islam dan menjalankan syariat Islam, oleh karena itu masa muda beliau dihabiskan untuk sungguh-sungguh belajar bermacam-macam ilmu demi mencapai keinginannya tersebut.
Semangat Nasionalisme yang sanhat membara dalam dadanya mampu mengobarkan semangat Perjuangan  kepada masyarakat untuk melawan penjajah Belanda yang sejak lama menjajah tanah air. Beliau memimpin laskar Rakyat Bekasi melawan Belanda, beliau juga pernah bergabung dan menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh . Nama Kh Noer Ali sangat dikenal oleh rakyat dan ditakuti Belanda karena keberanian dan jiwa patriotnya.
Dan saat masa perjuangan dengan Penjajah berakhir, Beliau kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At. Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk.
Sewaktu saya SD, At-Taqwa adalah tempat ngaji saya. Kini masjid At. Taqwa sangat megah dan kian bermanfaat sepanjang hari.
Sayangnya, Tanggal 3 may 1992 warga Bekasi kehilangan pahlawannya, Beliau wafat dalam menyelesaikan tugas mulianya di usia 78 tahun. Masyarakat dan para ulama lainnya merasa sangat kehilangan sosok beliau, karena beliau merupakan ulama dan pejuang yang telah banyak berjasa bagi negara. Maka dari itu tahun 2006 lalu Pemerintah memberikan gelar pahlawan Nasional Kepada Kh Noer Ali dan Namanya pun di abadikan menjadi nama jalan Kh Noer Ali di kalimalang bekasi. Kini Pondok pesantrennyapun berkembang dengan Pesat sebagai tanda Bakti beliau atau buah sujud beliau pada Negara tercinta. semoga beliau diterima di sisi Allah SWT, dan keberkahan selalu terpancar untuk seluruh keturunannya. Amin
berikut Kutipan Puisi
Karawang - Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?


Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami


Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu


Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami


Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian


Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi


Karya Chairil Anwar

ratihanggraeni

No comments: