Rekonsiliasi ‘PKI’ Dapatkah Dilakukan?
Pada
pagi buta, 1 Oktober 1965. Disaat demokrasi terpimpin telah menjerat
masyarakat Indonesia. Lapisan awan dan udara semakin gelap gulita.
Suasana benar-benar sangat mengerikan dan mengenaskan.
Melihat
tayangan Mata Najwa di Metro TV pukul 22 Malam (05/01/12), terlihat
Putra nomer satu di PKI, Ilham Aidit dengan mengatakan bahwa PKI itu
salah. Namun perlakuan kepada keluarga eks-PKI selalu mendapatkan
perlakuan diskriminasi ujar Ilham sang Putra Dipa Nusanatara Aidit.
Baiklah
penulis akan menanggapi persoalan rekonsiliasi korban yang dinyatakan
PKI maupun dituduh PKI. Kita harus melihat sudut pandang sejarah sebelum
kejadian, apakah kita menyaksikan, membaca literature-literatur sejarah
atau mendapatkan cerita dari orang-orang tua-tua kita bagaimana
kekejaman PKI pada saat itu.
Rekonsialiasi
menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti
“perbuatan memulihkan pada keadaan semula” atau “memberi memaafkan jalan bagi
sesama”. Penulis, menyaksikan bahwa pemulihan korban PKI ke Komnas Ham
itu adalah suatu hak keluarga eks-PKI. Berdasarkan data-data yang ada,
misalnya; 1 oktober 1965 jalan, “sebagai hari kudeta jahanam”. Menjadi
hal kontroversi antara pihak, masing-masing terbelah menjadi dua kubu.
Pemberentokan 1 Oktober 1965 dilakukan oleh gerakan gerombolan PKI untuk melakukan coup d’etat,
membunuh para jendral, ulama dan segala kartu kebuka semua. Pihak lain,
menjelaskan didalangi oleh CIA dan ABRI untuk meraih mahligai
kekuasaan. Namun harus diperhatikan poros Jakarta sampai Peking itu
adalah tafsir gamlang hubungan kedekatan PKI dan Peking Cina. (K.H. Isa
Anshary; Pembinaan Generasi Muda pada Masa Orba; 1967).
Maka
kita kembali pada perpekstif history 1946 di Cirebon yang dipimpin oleh
Muhammad Joesoep sasarannya Markas Divisi II Cirebon. Serangan tersebut
menggunakan lasjkar Pemuda Sosialis Indonesia, Pesindo yang didatangkan
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Upaya kudeta PKI dan Lasjkar Merah
Pesindo ini gagal hanya berusia 2 hari
Setelah
datang Moeso dari Uni Soviet dan bergabung dengan Amir Sjarifoeddin
melakukan kudeta yang dilakukan Moeso Cs, di Madiun fair 1948 dengan
cara-cara kejam, membunuh, mendera membantai, mendapatkan acaman,
intimidasi bagaikan manusia tak tahan pada siksaan neraka dunia. Apakah
dengan perlakuan orang Komunis kepada orang yang beda pendapat harus
melakukan kekejian, kemungkaran. Pasti, saja sebagaimana Komunis
memerintah sebuah negara dalam waktu sekejap akan ada orang yang mati
melayang.
Kadang
kala kita sebagaimana bangsa Indonesia, mudah sekali menjadi bangsa
pemaaf. Namun mudah lupa saja pada kejadian pemberontakan itu. Penulis ,
sebenarnya dapat menerima pintu maaf mereka, akan tetapi mereka harus
minta maaf kepada anak-anak tokoh Masjumi dan Umat Islam. Sebagaimana,
tokoh-tokoh Masjumi dianggap kontra-revolusioner dengan Bung Karno atas
desakan PKI dan tokoh-tokoh Masjumi di masukan kepenjara. Dibuang
ketempat pengasingan dalam waktu yang lama. Keluarganya tidak
mendapatkan jaminan hidup, dibiarkan terlantar dalam kepapaan dan kesengsaraan.
Jika
pemerintahan kolonial dahulu bersikap human terhadap orang politik yang
diasingkan, mempersatukan mereka dengan keluarganya dan mendapat
jaminan hidup dari pemerintah nasional yang dikuasai PKI hal demikian
itu haram; tak ada.
Sudah
saatnya bangsa Indonesia, menjadikan pemberontakan 1926-1948-1965
sebagai pembelajaran bagi kita untuk tidak terulang lagi, ibaratnya
jangan sampai negeri ini masuk kelubang yang sama lubang yang penuh
kubangan darah. Penulis ini
tidak ada sentiment-perseorang dengan keluarga eks-PKI, walaupun itu
adalah akibat ulah politik mereka. Penulis sengaja menggunakan bahasa
dan kata sederhana agar mudah dicerna dan dipahami. Dengan tegas ketika
Orde Baru memimpin semua keluarga eks-PKI diteror, diintimidasi,
dilarang menjadi pegawai birokrasi, dikucilkan oleh masyarakat jelas itu
adalah tindakan yang salah, bahwa didalam ajaran Islam tidak ada
istilah dosa tururan, padahal anak-anak cucu-cucu PKI tidak mengerti
kejadian itu, dan mereka waktu itu terlalu kecil untuk memahami kejadian
itu.
Insafilah!
Semoga Allah Merahmati kita!
“Dan
sesungguhnya telah Kami Muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik Dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna Atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami Ciptakan” (Al Qur’an surat Al Israa’ (17) ayat 70)
Azmi Muhammad
No comments:
Post a Comment